Menuju konten utama

Paradoks Pandemi COVID-19: Catatan Kematian Selama 5 Tahun Terakhir

Paradoks Pandemi COVID-19: catatan kematian selama lima tahun terakhir dalam bulan yang sama pada kasus gangguan pernapasan.

Paradoks Pandemi COVID-19: Catatan Kematian Selama 5 Tahun Terakhir
Ilustrasi Virus Corona COVID-19. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Para ilmuwan di Inggris telah menciptakan istilah baru untuk COVID-19, yakni paradoks pandemi SARS-CoV-2.

Istilah ini mengacu pada perbandingan antara tingkat kematian pada bulan-bulan awal pandemi dengan lima tahun terakhir pada bulan-bulan yang sama.

Para peneliti di Warwick School of Medical berkolaborasi dengan Institute of Digital Healthcare, University of Warwick, untuk melakukan analisis statistik dari catatan kematian selama lima tahun terakhir di Inggris dan Wales, demikian seperti dilansir dari Medical Daily.

Periode waktu yang diteliti dimulai dari awal pandemi pada bulan Desember 2019 hingga akhir Maret 2020.

Data dikumpulkan dari Kantor Statistik Nasional. Kematian mingguan rata-rata diperhitungkan selama periode penelitian.

Para peneliti juga melihat tingkat kematian terkait penyakit pernapasan dan membuat subkelompok, karena COVID-19 menyebabkan gangguan pernapasan pada kasus-kasus serius. Sesak napas adalah salah satu gejala awal yang dicatat pada pasien COVID-19.

Selanjutnya, penelitian memperhitungkan pertumbuhan populasi dan tren individu lainnya selama lima tahun terakhir.

Akhirnya, para peneliti menemukan bahwa tingkat kematian nasional telah menurun dalam empat bulan pertama wabah global dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Terutama, bulan-bulan menjelang pandemi yang diumumkan pada 11 Maret oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Penting untuk dicatat bahwa penurunan angka kematian yang diamati awal tahun ini hanya dibandingkan dengan lima tahun terakhir selama bulan-bulan yang sesuai (Desember hingga Maret).

“Kami menggunakan data pemerintah di Inggris dan Wales untuk membandingkan angka kematian mingguan selama pandemi COVID-19 dan selama 5 tahun sebelumnya. Tingkat kematian meningkat selama setiap minggu Desember 2019 kecuali satu dan sepanjang paruh pertama Januari 2020,” tulis makalah tersebut terkait tren yang diamati.

Namun sejak saat itu, lanjut makalah tersebut, secara konsisten ada lebih sedikit kematian setiap minggu dibandingkan dengan rata-rata selama 5 tahun sebelumnya.

"Total kematian mingguan turun dari 11.548 menjadi 10.841 pada pertengahan Februari dan dari 11.498 menjadi 10.895 pada pertengahan Maret,” jelas makalah ini dengan penjabaran statistik.

Para peneliti mengutip langkah-langkah jarak sosial dan masalah kesehatan yang berlebihan untuk penurunan tersebut.

Sebelum pemberlakuan lockdown, orang sudah mulai sering mencuci tangan, meningkatkan bermacam-macam kebersihan.

Selain itu, tindakan pencegahan ini menghentikan warga dengan penyakit menular lainnya selain SARS-CoV-2 dari pencampuran bersama.

“Kurangnya penyebaran penyakit ini bisa menyebabkan penurunan angka kematian. Faktor lain dapat menjadi perhatian di sekitar virus, yang bisa berarti orang membuat keputusan kesehatan yang lebih sadar dalam hal makan, berolahraga, mengurangi merokok dan beristirahat, ketika mereka merasa tidak sehat, atau mencari nasihat dari 111 tentang gejala mereka," ujar Profesor Theo Arvanitis, Institute of Digital Healthcare di WMG, University of Warwick.

Karena ini bertentangan dengan apa yang diharapkan dari pandemi, para peneliti menggambarkan fenomena yang tidak biasa ini sebagai sebuah paradoks.

Secara khusus, mereka menyebutnya paradoks pandemi COVID-19 karena mereka jelas terpesona dengan perkembangan tersebut.

Selain itu, grafik yang mewakili tingkat kematian pasien COVID-19 tidak pernah sepenuhnya dapat diprediksi.

Alasannya karena ada lonjakan dalam jumlah kematian pada bulan Maret setelah wabah awal.

“Minggu 20 Maret memperlihatkan lebih banyak kematian daripada rata-rata selama 5 tahun sebelumnya. Anehnya, ini tidak mencerminkan peningkatan kematian akibat pernafasan,” kata para peneliti melalui Journal of International Medical Research pada 20 Juni.

"Secara paradoks, tetapi berpotensi penting, angka kematian mingguan yang lebih rendah daripada yang diamati selama tahap awal pandemi SARS-CoV-2. Paradoks ini mungkin memiliki implikasi untuk pemanfaatan layanan kesehatan saat ini dan masa depan," terang makalah tersebut.

Baca juga artikel terkait PARADOKS PANDEMI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dewi Adhitya S. Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Agung DH