Menuju konten utama

Pangkal Ucapan Prabowo Soal Kedubes Australia yang Keliru di Media

Kekeliruan media menulis pernyataan Prabowo soal rencana Australia memindahkan kedubes dari Tel Aviv ke Yerussalem dengan cepat "digoreng" warga maya dan PDIP.

Pangkal Ucapan Prabowo Soal Kedubes Australia yang Keliru di Media
Capres Nomor Urut 02 Prabowo Subianto memberikan pidato politiknya pada acara Pembekalan Relawan Pasangan Capres-Cawapres Nomor Urut 02 Prabowo- Sandi di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (22/11/2018). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Respons calon presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto soal rencana pemindahan Kedutaan Australia di Israel dari Tel Aviv ke Yerussalem berakhir kontroversial. Pernyataan Prabowo disimpulkan secara keliru sejumlah media dan menjadi perbincangan warga maya (netizen) di media sosial dan politikus.

Laman BBC pada 22 November 2018 menurunkan laporan berjudul: "Prabowo: Pemindahan kedutaan Australia ke Yerussalem bukan masalah untuk Indonesia". Laman Republika Online juga menurunkan laporan yang berjudul "Prabowo: Pemindahan Kedutaan Australia Bukan Masalah Bagi RI" pada Kamis 22 November 2018 pukul 22:19 WIB. Laman berita Viva News juga menurunkan artikel dengan judul hampir senada: "Prabowo Tak Masalah Kedutaan Australia Pindah ke Yerusalem" pada Jumat 23 November 2018 pukul 04:15 WIB.

Bukan hanya media online dalam negeri, pernyataan Prabowo juga disimpulkan secara keliru oleh situs berita luar negeri Sydney Morning Herald (SHM). Dalam artikel yang dimuat pada Kamis 22 November 2018 SHM menurunkan artikel berjudul: "Indonesian Presidential Candidate Says Jerusalem Move No Problem" yang dalam bahasa Indonesia berarti "Calon Presiden Indonesia Mengatakan Pemindahan ke Yerussalem Bukan Masalah."

Keliru dan Akhirnya Direvisi

Kekeliruan dalam menyimpulkan pernyataan Prabowo bermula dari kesalahan mengutip pernyataan Prabowo. Dalam sesi wawancara dengan wartawan usai menjadi pembicara di acara Indonesia Economic Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta pada 21 November 2018 lalu, Prabowo ditanyai dua buah pertanyaan dalam bahasa Inggris. Pertama, apa pendapat Prabowo tentang dukungan Australia atas rencana Amerika Serikat membangun pelabuhan militer di Papua Nugini. Kedua, bagaimana tanggapannya soal rencana Australia memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerussalem.

Untuk pertanyaan pertama Prabowo menjawab dalam bahasa Inggris dengan: "PNG sangat dekat dengan Australia secara tradisional. Jadi itu urusan Australia dan PNG dan AS. Saya tidak melihat itu menjadi masalah bagi Indonesia."

Kemudian untuk pertanyaan kedua yangterkait pemindahan kedutaan Australia dari Tel Aviv ke Yerussalem Prabowo menjawab dalam bahasa Inggris dengan:

"Untuk pemindahan kedutaan, saya belum membaca soal keputusan Australia memindahkan kedutaannya ke Yerusalem. Kita sebagai pendukung Palestina, kita tentu punya pendapat sendiri, tapi Australia juga merupakan negara independen dan berdaulat, maka kita harus menghormati kedaulatan mereka."

Dari jawaban itu tampak ada dua konteks jawaban yang diucapkan Prabowo. Pertama, ia tidak melihat ada masalah bagi Indonesia atas dukungan Australia terkait rencana Amerika Serikat membangun pelabuhan militer di Papua Nugini.

Kedua, Prabowo menyatakan dirinya mendukung Palestina. Namun di sisi lain rencana Australia memindahkan kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerussalem merupakan hak Australia sebagai negara berdaulat.

Namun sejumlah media sebagaimana dikutip di atas mencampur adukan pernyataan Prabowo yang tidak mempermasalahkan dukungan Australia atas rencana Amerika Serikat membangun pangkalan militer di Papua Nugini dengan pernyataan Prabowo bahwa pemindahaan kedutaan Australia dari Tel Aviv ke Yerussalem merupakan hak Australia sebagai negara berdaulat.

Sejumlah media yang melakukan kekeliruan dalam menyimpulkan pernyataan Prabowo telah merevisi judul berita mereka. BBC misalnya mengganti judul "Prabowo: Pemindahan kedutaan Australia ke Yerussalem bukan masalah untuk Indonesia" menjadi "Pemindahan kedutaan ke Yerusalem, Prabowo hormati kedaulatan Australia", kemudian SMH yang semula menulis judul: " "Indonesian Presidential Candidate Says Jerusalem Move No Problem" diubah menjadi "Presidential candidate says Indonesia should respect Australian sovereignty on embassy move".

Dipolitisasi Warga Maya dan PDIP

Namun misinformasi media dalam mengutip pernyataan Prabowo dengan cepat direspons warga maya anti Prabowo. Ramai-ramai mereka menuliskan dan menyebarkan tagar #PrabowoAntekZionis.

Seperti tak mau kehilangn momentum Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto juga menyebarkan rilis atau pernyataan pers ke media dengan tendensi menyudutkan Prabowo. Melalui rilis berjudul: "PDIP: Pernyataan Prabowo Setuju Pemindahan Kedubes Australia ke Yerusalem, Ahistoris", Hasto mengkritik keras Prabowo.

"Pak Prabowo tidak hormati hukum internasional dan sikap kemerdekaan hak segala bangsa," demikian pembukaan rilis Hasto.

Hasto kemudian mengatakan PDI Perjuangan sangat terkejut dengan sikap Prabowo yang tidak mempersoalkan pemindahan Kedubes Australia ke Yerusalem. Sebab menurut Hasto Prabowo mestinya memahami hukum internasional bahwa Yerusalem berstatus quo. Selain itu Indonesia juga mendukung sepenuhnya kemerdekaan Palestina sesuai amanat konstitusi "Dengan demikian sikap Pak Prabowo tersebut ahistoris,” ujar Hasto.

Hasto menambahkan sikap Prabowo kontradiktif dengan retorika yang dibangun selama ini. Namun Hasto tak mencontohkan retorika Prabowo yang ia maksud. Selanjutnya ia menuding pernyataan Prabowo dimaksudkan untuk meraih dukungan pihak-pihak tertentu. "Jangan gadaikan kebijakan politik luar negeri untuk kepentingan sempit," tutup Hasto.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Muhammad Akbar Wijaya

tirto.id - Politik
Reporter: Frendy Kurniawan
Penulis: Muhammad Akbar Wijaya
Editor: Fahri Salam