Menuju konten utama

Pangdam: Perlu Anjing Pelacak untuk Mencari Jenazah Korban Tsunami

Masih banyak jenazah korban tsunami yang diperkirakan belum ditemukan oleh tim evakuasi.

Pangdam: Perlu Anjing Pelacak untuk Mencari Jenazah Korban Tsunami
Polisi dan relawan mengevakuasi korban tewas akibat Tsunami yang tertimbun di bawah reruntuhan di kawasan Carita, Banten, Jawa Barat, Senin (24/12/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.

tirto.id - Pencarian korban tsunami di Perairan Selat Sunda, Banten yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) malam lalu, perlu melibatkan anjing pelacak.

"Anjing pelacak bisa mengendus jenazah di puing-puing bangunan yang roboh," kata Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Tri Soewandono saat jumpa pers di Labuan, Pandeglang, Banten, Senin (24/12/2018).

Sejauh ini, kata dia, masih banyak jenazah korban tsunami yang diperkirakan belum ditemukan oleh tim evakuasi.

Karena itu, ujarnya, pencarian jenazah korban tsunami perlu melibatkan anjing pelacak.

Kerja keras dari tim evakuasi, lanjutnya, masih terus berjalan hingga seminggu ke depan demi menemukan para korban tsunami yang hilang.

"Kami menerima informasi masih banyak korban yang hilang dan belum ditemukan," katanya.

Penciuman anjing pelacak, menurutnya, cukup tajam untuk mencari mayat yang tertimpa reruntuhan.

Ia pun menambahkan bahwa jalan menuju Kecamatan Sumur yang sebelumnya sempat terputus akibat tsunami, kini sudah bisa dilintasi kendaraan.

Para relawan yang ada, juga sudah bisa kembali memasok distribusi bantuan ke daerah itu.

"Kita prioritaskan penyaluran bantuan agar para korban tidak terancam kerawanan pangan," katanya.

Semetara itu, pihak Polres Pandeglang juga telah menyiapkan anjing pelacak guna mencari korban hilang dan belum ditemukan.

"Kami berharap jenazah korban tsunami bisa ditemukan, sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan jika mayat membusuk," kata Kapolres Pandeglang Ajun Komisaris Besar Indra Luttiyanto Amstono.

Ia menambahkan bahwa pencarian jenazah korban tsunami dengan melibatkan anjing pelacak juga telah diperbolehkan oleh para alim ulama setempat.

Baca juga artikel terkait TSUNAMI SELAT SUNDA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno