Menuju konten utama

Overshare dan Overproud: Menyelisik Ciri Kepribadian Narsistik

Orang dengan ciri kepribadian narsistik meyakini bahwa dirinya berhak mendapatkan perlakuan lebih istimewa dibandingkan orang lain (self-entitlement).

Overshare dan Overproud: Menyelisik Ciri Kepribadian Narsistik
Header diajeng Kepribadian Narsistik. tirto.id/Quita

tirto.id - Beberapa waktu silam, akun media sosial Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Republik Indonesia (LPDP RI) memuat unggahan yang isinya mengimbau penerima beasiswa LPDP agar merayakan keberhasilan dengan sewajarnya.

Tindakan ini merupakan respons terhadap keresahan sebagian masyarakat atas beberapa awardee LPDP yang overproud terhadap keberhasilan mereka di media sosial, bahkan overclaim atau mengaku hal-hal yang belum tentu benar, agar terlihat semakin hebat.

Kamu mungkin termasuk yang merasa tidak nyaman saat membaca unggahan seseorang yang membanggakan dirinya secara berlebihan, apalagi jika ia melakukannya dalam setiap kesempatan dan terus-menerus (oversharing).

Tak hanya keberhasilan pekerjaan yang diceritakan, melainkan juga berbagai aspek lain kehidupan seperti di ranah asmara sampai ibadah.

Meski begitu, tentu ada saja yang berkilah. Alih-alih overproudatau overshare, orang ini biasanya mengaku sekadar ingin memotivasi orang lain agar bisa sesukses dirinya.

Overproud adalah istilah kekinian yang digunakan untuk menggambarkan rasa bangga yang berlebihan, bisa terhadap diri sendiri, orang terdekat, idola, bahkan negaranya.

Apabila sikap overproud terhadap diri sendiri ditunjukkan secara nonstop dan menjadi pola perilaku, kemungkinan besar ini merupakan ciri kepribadian narsistik.

“Orang dengan ciri kepribadian narsistik punya keyakinan bahwa ia berhak untuk mendapat perlakuan lebih istimewa dibandingkan yang lain (self-entitlement). Keyakinan ini dimanifestasikan dalam berbagai perilaku, misalnya overproud terhadap diri sendiri karena mereka punya kebutuhan untuk dikagumi oleh orang lain,” jelas Roisatun Lutfia Prastiwi, M.Psi., Psikolog dari Biro Layanan Psikologi Kawan Bicara.

Psikolog yang biasa disapa Fifi ini melanjutkan, “Keyakinan ini juga membuat orang dengan ciri kepribadian ini menjadi kurang empati terhadap orang lain dan memiliki arogansi yang besar,”

Namun, bukan berarti orang yang bangga terhadap dirinya sendiri dan sampai overproud itu selalu narsistik.

Menurut Fifi, orang narsistik biasanya berupaya untuk menonjolkan dirinya tidak hanya lewat unggahan di media sosial saja, tetapi juga terlihat dari interaksi kesehariannya dengan orang lain. Hal ini dilakukan terus-terusan dan konsisten, tidak hanya sesekali atau hanya dalam satu kondisi tertentu.

Fifi mengatakan, “Kalau saat ini di media sosial kita sering melihat ada orang yang pamer atau overproud, tidak berarti ia punya ciri kepribadian narsistik. Bisa jadi ia memiliki motivasi yang lain. Misalnya saja, kecenderungan pengguna media sosial saat ini yang lebih banyak mengunggah hal-hal yang bagus agar bisa mendapat banyak like. Karena mereka percaya bahwa like merupakan sesuatu yang istimewa dan mendapat banyak like berarti banyak orang yang kagum kepadanya.”

Fifi mengingatkan, ciri kepribadian narsistik berbeda dengan gangguan kepribadian narsistik atau narcissistic personality disorder (NPD).

Seseorang didiagnosis menderita NPD apabila pola pikir, pola perasaan, pola perilaku, dan pola interaksi dengan lingkungan sudah sampai tahap mengganggu fungsi hidup dan lingkungan sosialnya.

Melansir Psychology Today, penderita NPD atau narsisme patologis jumlahnya tidak banyak, sekitar satu persen dari penduduk dunia.

Penderita NPD umumnya merasa dirinya adalah sosok yang agung dan istimewa. Maka dari itu, ia suka mencari perhatian, merendahkan orang lain, dan sulit toleran terhadap orang lain. Manifestasi ini berpotensi untuk merusak relasinya dengan orang lain dan menjadikannya sebagai sosok yang antagonis.

Terang-Gelap Ciri Kepribadian Narsistik

Di dalam masyarakat kita, ciri kepribadian narsistik acap kali diasosiasikan dengan sesuatu yang negatif. Padahal, ciri kepribadian ini juga memiliki sisi positif. Apa saja itu?

Salah satunya, orang-orang dengan ciri kepribadian ini biasanya memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan lebih ekspresif dalam menyampaikan pendapat. Sikap tersebut membuat mereka cukup mudah diterima di lingkungan sosial dan tidak terlalu sulit beradaptasi dengan lingkungan baru.

Selain itu, karena ada kecenderungan untuk menonjolkan diri agar dikagumi orang lain, orang dengan ciri kepribadian narsistik biasanya memiliki dorongan besar dalam diri untuk mencapai poin kesuksesan tertentu, seperti jabatan di kantor atau status sosial.

“Dari literatur yang saya baca, orang yang memiliki ciri kepribadian narsistik ini banyak yang mencapai kesuksesan dalam hidup,” ujar Fifi.

diajeng Kepribadian Narsistik

Ilustrasi Kepribadian Narsistik. (FOTO/iStockphoto)

Di balik itu, ada yang perlu diwaspadai.

Karena dasar dari pola pikir, perasaan, perilaku, dan interaksi yang terbangun sejak mereka lahir adalah ingin dikagumi oleh orang lain, maka sense of self atau konsep diri pada orang narsistik cenderung dibentuk berdasarkan kekaguman dari orang lain.

Hal ini, artinya, membuat orang dengan ciri kepribadian narsistik rentan merasa iri dan terancam apabila mendapati ada orang lain yang lebih sukses dan menonjol. Mereka kemudian akan merasa malu akan dirinya sendiri.

Sisi negatif lainnya, mereka berpotensi melakukan cara-cara yang tidak tepat untuk mengompensasi kekurangan yang mereka miliki, seperti memanipulasi orang lain atau overclaim informasi yang belum tentu benar.

Tujuannya sesederhana agar mereka selalu menonjol di antara orang-orang di sekitarnya, terlihat hebat dan sukses di mata orang lain.

Selain itu, relasi sosial yang mereka jalani cenderung artifisial. Sebab, mereka dasarnya kesulitan membangun hubungan yang bermakna dengan orang lain.

Mereka mungkin memiliki banyak kenalan dan teman di mana-mana, namun belum tentu punya sahabat atau teman dekat. Bukan tidak mungkin, hal itu membuat mereka sering merasa hampa.

diajeng Kepribadian Narsistik

Ilustrasi Kepribadian Narsistik. (FOTO/iStockphoto)

Orang dengan ciri kepribadian narsistik atau yang menderita NPD biasanya tidak menyadari perilakunya. Tentu bagus apabila mereka bisa sadar sehingga bisa menerima bahwa perilakunya tidak baik. Namun, ada juga yang sadar tapi denial, bersikeras bahwa yang mereka lakukan sebenarnya wajar.

“Jika muncul kesadaran pada seseorang dengan ciri kepribadian narsistik bahwa pemikiran dan perilakunya dapat mengganggu diri-sendiri dan orang lain, maka sebaiknya dikonsultasikan ke profesional. Tidak perlu takut dirinya akan didiagnosis NPD. Selama berkonsultasi, akan dicari tahu apa penyebabnya, apakah ia memang memiliki latar belakang gangguan atau ada motivasi lain. Semuanya nanti sama-sama diurai sehingga bisa ditemukan solusinya,” jelas Fifi.

Fifi mengingatkan untuk menghindari self-diagnose hanya berdasarkan informasi yang didapatkan dari internet.

“Misalnya, kamu membaca artikel tentang ciri-ciri NPD dan merasa ‘Aku kok, punya ciri-ciri ini’ lalu langsung mendiagnosis diri sebagai penderita NPD. Padahal, dalam mendiagnosis perlu dilihat riwayatmu dan kemudian dilakukan assessment.”

Dari situlah akan terlihat apakah ciri kepribadian narsistik sudah masuk ke tahap gangguan (NPD) atau sekadar masih di tahap ketidaknyamanan, pungkas Fifi.

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Yunita Lianingtyas

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Yunita Lianingtyas
Penulis: Yunita Lianingtyas
Editor: Sekar Kinasih