tirto.id - Olfaktofilia adalah paraphilia (istilah klinis untuk menggambarkan penyimpangan seksual) di mana seorang individu memperoleh kenikmatan seksual dari bau. Istilah olfaktofilia juga dikenal sebagai osmolagnia, osphresiolagnia, dan ozolagnia).
Menurut situs Psyhology Today, mengingat banyaknya penelitian tentang penciuman, tidak mengherankan bahwa dalam beberapa kasus harus ada hubungan dengan perilaku seksual. Fokus erotis kemungkinan besar berhubungan dengan bau badan pasangan seksual, termasuk bau genital.
Area yang paling umum yang menyebabkan gairah pada orang-orang dengan Olfaktofilia adalah area kemaluan, anus, ketiak, di bawah payudara, dan kaki. Tetapi, orang-orang ini biasanya tidak terangsang oleh bau seperti kentut atau bersendawa, demikian seperti diwartakan Urban Dictionary.
Salah satu penelitian yang dilakukan Dr. Alan Hirsch dan Dr. Jason Gruss yang diterbitkan dalam Journal of Neurological and Orthopaedic Medicine and Surgery tahun 1999 menyebutkan, seks dan bau memiliki hubungan yang panjang.
“Secara historis, aroma tertentu telah dianggap sebagai afrodisiak. Orang Mesir kuno mandi dengan minyak esensial sebagai persiapan untuk tugas sumari merayu wanita mereka dengan parfum. Hubungan antara bau dan ketertarikan seksual ditekankan dalam ritual tradisional Tiongkok, dan hampir semua budaya telah menggunakan parfum dalam upacara pernikahan mereka,” tulis penelitian tersebut.
Dalam mitologi, kelopak mawar melambangkan aroma, dan kata deflowering menggambarkan tindakan awal seks. Psikoanalisis telah membuat banyak kesimpulan tentang ini.
Salah satunya tentang konsep hidung lingga, secara formal menggambarkan hubungan yang mendasarinya antara hidung dan lingga. Psikologi ini juga menghubungkan bau dan seks.
Dalam masyarakat kontemporer, parfum untuk wanita dan cologne untuk pria dipasarkan secara agresif karena ini adalah bisnis multi-miliar pound dan diiklankan dengan cara yang menunjukkan keberhasilan seksual bagi mereka yang menggunakan wewangian tersebut.
Hirsch dan Gruss berpendapat, hubungan yang menonjol antara bau dan seks di antara periode sejarah yang berbeda menyiratkan tingkat kepentingan evolusi yang tinggi.
Sementara teori Freud mengemukakan, bau adalah perangsang perasaan seksual yang sedemikian kuat sehingga penindasan terhadap sensasi bau diperlukan untuk peradaban.
Anatomi menunjukkan, hubungan antara bau dan seks, yakni area otak tempat merasakan bau, lobus penciuman, adalah bagian dari sistem limbik, otak emosional, area di mana pikiran dan keinginan seksual berasal.
"Di dalam otak manusia, dekat bagian atas hidung adalah fitur anatomi yang memberi kita alasan untuk percaya bahwa feromon manusia ada organ vomeronasal. Tetapi ketika kita merasa malu atau bergairah secara seksual, kita berkeringat melalui kelenjar apokrin yang melepaskan steroid kepadatan tinggi di bawah lengan dan di sekitar alat kelamin,” sebut Alan dan Gruss.
Hirsch dan Gruss pada tahun 1999 telah menunjukkan bukti yang menghubungkan bau dengan respons seksual.
Keduanya meneliti efek dari 30 aroma berbeda pada gairah seksual pria dari 31 partisipan pria Amerika (berusia 18 tahun hingga lebih dari 60 tahun).
Para responden menjalani berbagai tes bau (berdasarkan pertanyaan) dan gairah seksualnya dinilai secara eksperimental dengan mengukur aliran darah penis dengan plethysmograph penis.
Bau tersebut terdiri dari 24 aroma berbeda selain enam kombinasi aroma. Semua 30 bau menghasilkan peningkatan aliran darah ke penis.
Hasilnya, bau gabungan lavender dan pie labu memiliki efek terbesar, meningkatkan aliran darah penis rata-rata sebesar 40 persen. Kedua dalam efektivitas adalah kombinasi licorice hitam dan donat, yang meningkatkan aliran darah penis rata-rata 31,5 persen.
Sementara bau gabungan labu pai dan donat berada di urutan ketiga, dengan peningkatan 20 persen. Yang paling tidak merangsang adalah cranberry, yang meningkatkan aliran darah penis sebesar 2 persen.
Di mana berarti pria dengan penciuman di bawah normal tidak berbeda secara signifikan dari yang penciumannya normal, juga perokok tidak berbeda secara signifikan dari bukan perokok. Temuan ini mendukung hipotesis jika bau positif akan meningkatkan gairah seksual.
Selain pria, Hirsch dan Gruss juga melakukan penelitian ini pada wanita (menilai aliran darah di vagina) dan menemukan efek serupa yang dilaporkan dalam International Journal of Aromatherapy.
Dalam studi kedua ditemukan, peningkatan terbesar dalam aliran darah vagina berasal dari permen dan mentimun (13 persen), bedak bayi (13 persen), pai labu dan lavender (11 persen), serta bedak bayi dan cokelat (4 persen).
Hirsh dan Gruss mengatakan, bau yang membangkitkan gairah seksual biasanya cenderung sangat spesifik dan dalam beberapa kasus menjadi aneh, tetapi aroma aneh tersebut pun mampu membangkitkan gairah seseorang.
Editor: Agung DH