Menuju konten utama

Obat HIV/AIDS Jenis ARV Langka Gara-Gara Tender Gagal

Ketersediaan obat Antiretroviral (ARV) Fixed Dose Combination jenis TLE bagi pengidap HIV/AIDS mengalami kelangkaan.

Obat HIV/AIDS Jenis ARV Langka Gara-Gara Tender Gagal
Ilustrasi kepedulian terhadap HIV/AIDS. Getty Images/iStockphoto.

tirto.id - Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition (IAC) Aditya Wardhana mengklaim ketersediaan obat Antiretroviral (ARV) Fixed Dose Combination jenis Tenofovir, Lamivudin, Efavirens (TLE) bagi pengidap HIV/AIDS mengalami kelangkaan. Jenis obat yang dibutuhkan untuk terapi itu langka lantaran program pengadaannya gagal terlaksana pada 2018.

Aditya menyatakan bahwa ARV Fixed Dose Combination jenis TLE memang digunakan mayoritas pengidap HIV/AIDS di Indonesia untuk terapi pengobatan. Kelangkaan yang terjadi pun tergolong mengkhawatirkan lantaran stok obat yang tersedia diprediksi hanya cukup sampai dengan Maret 2019 mendatang.

“Proses pengadaan obat ARV Fixed Dose Combination jenis TLE ini dinyatakan gagal pada 2018, sehingga alokasi dana APBN tidak bisa tersalurkan untuk membeli obat tersebut,” kata Aditya di Jakarta pada Kamis (10/1/2019).

Menurut Aditya, tender obat gagal terlaksana lantaran PT Kimia Farma tidak setuju dengan harga yang ditawarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Proses lelang terbatas dengan peserta PT Kimia Farma dan PT Indofarma Global Medika pun lantas dilakukan, namun tak juga menghasilkan pemenang.

Tersendatnya proses tender tersebut mengakibatkan ARV Fixed Dose Combination jenis TLE menjadi semakin susah ditemukan di sejumlah kota di Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun IAC, status ketersediaan obat yang relatif aman hanya terdapat di RS Ananda Bekasi dan RS Elisabeth Bekasi.

Sedangkan pada sejumlah rumah sakit lain di Jabodetabek, Jawa Tengah, Deli Serdang dan Makassar, Palembang, serta Medan mayoritas tercatat kosong. Di samping masih ada beberapa rumah sakit yang tercatat memiliki ketersediaan secara terbatas, atau hanya menyediakan yang berbentuk pecahan saja.

Kendati demikian, IAC menyebutkan bahwa Kemenkes telah mengupayakan ketersediaan obat lewat pengadaan darurat yang menggunakan donor dari Global Fund. Aditya mengatakan dana tersebut lantas dipergunakan untuk membeli obat yang dari tempat asalnya diproduksi, yakni India.

“Obat sudah sampai di Jakarta pada awal Desember 2018 sebanyak 220 ribu botol. Tapi itu hanya cukup sampai Maret 2019,” ujar Aditya.

Dengan demikian, para pengidap HIV/AIDS pun masih belum memiliki jaminan terhadap ketersediaan obat yang memang dialokasikan sebagai program nasional itu apabila stok menipis. Aditya sendiri menyebutkan jumlah pengidap HIV/AIDS di Indonesia pada 2018 mencapai 631.635 orang.

Baca juga artikel terkait HIV atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Maya Saputri