tirto.id - Pelantikan resmi Donald Trump masih 10 hari lagi. Tapi, gaya komunikasinya di media sosial belum berubah dan tak jauh berbeda dibandingkan saat masa kampanye.
Hal ini mengundang kritik pedas dari berbagai kalangan, termasuk figur yang posisinya akan diganti oleh Trump, yakni Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama.
Sebagaimana dikutip Antara pada Senin (9/1/2017), Obama mengingatkan Trump agar tidak memimpin Gedung Putih layaknya menjadi bos di kerajaan bisnisnya sendiri. Dia berharap penerusnya itu memahami perbedaan antara kampanye dan memimpin sebuah negara sebesar AS.
"Anda tak bisa mengelola negara seperti Anda mengelola bisnis keluarga," kata Obama menyindir Trump dalam sebuah wawancara dengan program America's This Week dari stasiun televisi ABC.
Obama mengatakan Trump harus memahami bahwa dirinya sedang memimpin sebuah organisasi terbesar di muka bumi ketika sudah resmi dilantik sebagai Presiden AS.
Karena itu, Trump perlu segera mengubah sikap dan gaya komunikasinya yang agresif, terutama dalam berkomentar di akun media sosialnya. Dia mengimbuhkan Trump sebaiknya belajar memahami dan mendalami suatu persoalan dengan lebih mendetail agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan.
“Ada sektor permodalan dan pasar keuangan dunia serta masyarakat global yang menyikapi secara serius semua yang dia (Trump) katakan,” kata Obama.
Cara Trump berkomunikasi memang tetap kerap ceplas-ceplos, meskipun dia kini berstatus Presiden AS terpilih di pemilu.
Misalnya, pada awal Desember 2016 lalu dia menyatakan di media sosialnya mengeluhkan harga pesawat baru Boeing 747 untuk pesawat kepresidenan Air Force One. Akibatnya, pada hari dia mempublikasikan pernyataannya itu, saham Lockheed Martin dan Boeing Stocks jatuh.
Baru-baru ini harga saham Toyota juga sempat tertekan setelah Trump mengancam akan mengenakan tarif impor tinggi untuk mobil Corolla yang diproduksi pabrikan otomotif asal Jepang itu di Meksiko. Meskipun saham Toyota segera pulih kembali, komentar Trump di Twitter itu segera mengundang reaksi keras dari pemerintah Jepang.
Koran Cina Peringatkan Trump Soal Taiwan
Gaya komunikasi politik Trump yang agresif ternyata juga membuat pihak Cina ketar-ketir. Koran pemerintah Cina, Global Times, baru-baru ini memperingatkan Trump agar menghormati kebijakan Satu Cina. Dengan kata lain, AS di bawah Trump diminta menghormati sikap Beijing yang hingga kini menganggap Taiwan sebagai salah provinsi yang memberontak.
"Apabila Trump menolak kebijakan Satu Cina setelah dilantik, rakyat China akan menuntut pemerintahnya untuk membalas. Tidak ada ruang untuk tawar menawar," tulis Global Times di editorialnya.
Peringatan Global Times itu muncul hanya beberapa jam setelah Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen singgah di Houston, Texas, AS.
Dia singgah di Texas sebelum melanjutkan lawatan ke Honduras, Nikaragua, Guatemala dan El Salvador. Tapi, di tengah persinggahannya itu, Tsai Ing-wen bertemu dengan sejumlah wakil rakyat senior AS.
Sebuah foto diunggah oleh Gubernur Texas, Greg Abbott di twitter yang menunjukkan dia sedang bertemu dengan Tsai dan duduk di satu meja yang dihiasi bendera AS dan Taiwan.
Tsai dikabarkan juga berbicara lewat telepon dengan Senator John McCain, ketua Komisi Angkatan Bersenjata. Tsai juga bertemu dengan Senator Ted Cruz.
Senator Ted Cruz mengaku bahwa beberapa anggota Kongres disurati oleh konsulat Cina agar mereka tidak bertemu dengan Tsai.
"Republik Rakyat Cina mesti paham bahwa di Amerika kami menentukan sendiri keputusan bertemu dengan para tamu atas keinginan kami sendiri. Ini bukan menyangkut RRC. Ini menyangkut hubungan AS dengan Taiwan, sekutu yang secara legal kita terikat untuk membelanya," kata Ted.
Tsai juga dijadwalkan akan singgah di San Francisco pada 13 Januari ketika dalam perjalanan pulang ke Taiwan.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom