tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa sumber konflik di Timur Tengah adalah kegagalan dalam mempertemukan agama dan negara. Hal ini, menurut Luhut, dapat membuka peluang bagi organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) untuk tampil sebagai penengah dalam konflik di wilayah tersebut.
"Pada titik inilah, Nahdlatul Ulama harus bisa menjadi penengah untuk mencari solusi perdamaian di dunia, khususnya Timteng," ujarnya saat berbicara dalam forum "International Summit of the Islamic Moderate Leaders" (ISOMIL) di Jakarta, Senin, (09/05/2016).
Luhut mengungkapkan, NU bisa menjadi alternatif juru damai yang netral bagi kawasan Timur Tengah, jika dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya.
"Selama ini, yang menjadi juru damai konflik Israel dan Palestina hanya Amerika Serikat. Saya lihat, Indonesia bisa menjadi pendamai konflik internasional. Kita harus mengambil peran strategis ini. Dukungan para kiai dan ulama Nahdlatul Ulama sangat penting untuk agenda itu," kata Luhut.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menegaskan bahwa pemerintah telah meminta NU untuk menyebarluaskan konsep Islam Nusantara yang berbasiskan perdamaian, kesantunan, dan menghargai kebudayaan.
"Para kiai telah memberi teladan berupa titik temu antara konsep Islam dan kebangsaan, antara agama dan negara. Hadratus Syaikh Hasyim Asyari (pendiri NU) telah menegaskan pentingnya menjaga titik temu agama dan negara. Sudah saatnya kita mengekspor gagasan Islam Nusantara ke level internasional," paparnya.
Forum ISOMIL merupakan ajang yang digagas atas inisiatif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk menemukan solusi bersama atas konflik-konflik yang masih menghantui berbagai penjuru dunia.
Forum ISOMIL turut dihadiri oleh Menko Polhukam Luhut Pandjaitan yang didampingi oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso. Acara ini juga dihadiri oleh ulama, pemimpin politik, dan akademisi dari 40 negara.
Ajang ISOMIL dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia untuk menyampaikan strateginya dalam menghadapi radikalisme dan kekerasan di dalam negeri.
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra