tirto.id - Laporan lembaga pemeringkat internasional Moody’s Investors Service soal peningkatan peringkat utang Indonesia belum bisa mendongkrak secara langsung nilai tukar rupiah terhadap dolar. Hingga hari ini nilai tukar rupiah masih lemah di kisaran Rp13.700.
Pada pekan lalu, Moody’s telah menaikkan peringkat utang Indonesia dari Baa3 dengan outlook positif menjadi Baa2 dengan outlook stabil. Adanya peningkatan peringkat ini dapat menunjukkan stabilitas sistem keuangan nasional yang terus terjaga di tengah dinamika global dan risiko geopolitik yang terjadi.
Menurut Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo, penyebab nilai tukar masih lemah karena dipengaruhi kuatnya dinamika global seperti adanya kajian kenaikan Fed Fund Rate (suku bunga acuan Bank Sentral AS) sebanyak tiga kali hingga isu perang dagang global.
Selain laporan Moody's yang dapat memberikan dampak positif, pada saat bersamaan keluar laporan neraca perdagangan kuartal I-2018 dan mencatat terjadinya surplus perdagangan. Dua laporan tersebut menunjukkan hasil kondisi ekonomi Indonesia yang baik.
"Tapi, kita tahu di luar ada perkembangan khususnya di AS yang memberikan tekanan, sehingga nilai tukar rupiah seperti kondisi sekarang," jelas Agus di Mahkamah Agung Jakarta pada Rabu (18/4/2018).
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo yang baru saja dilantik juga mengatakan pasar keuangan masih memperhitungkan potensi kenaikan Fed Fund Rate. "Tentunya yang perlu dilihat pelemahan yang berlanjut dari rupiah itu tertahan (untuk menguat)," ungkap Dody.
Dia tetap berharap dengan keluarnya laporan Moody’s dapat membantu secara bertahap untuk rupiah menguat meski pada hari ini nilai tukar rupiah berada di level Rp13.770 per dolar AS.
"Jangan lihat (dampaknya) langsung atau segera menguat, tapi rupiah bisa tertahan stabil di level Rp13.700 itu saja suatu prestasi," ungkapnya.
Dengan peningkatan rating dari Moody’s, maka surat berharga yang diterbitkan Indonesia ada dalam kategori “moderate credit risk” dan “medium grade”. Outlook stabil tersebut menggambarkan posisi rating yang akan stabil dalam beberapa waktu ke depan, serta menunjukkan risiko berimbang.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Agung DH