Menuju konten utama

Nielsen: 58% Masyarakat Pesan Makanan via Aplikasi Pesan-Antar

Survei Nielsen dilakukan kepada 1.000 responden yang tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia.

Ilustrasi Go-Food. FOTO/go-jek.com

tirto.id - Lembaga riset Nielsen menyebutkan bahwa 95 persen masyarakat Indonesia menggemari makanan siap santap. Dari jumlah itu, 58 persen di antaranya memesan menggunakan layanan pesan-antar makanan.

"58 persennya memesan melalui layanan pesan antar lewat (aplikasi) ponsel," ucap Executive Director of Consumer insight Nielsen Singapura, Garick Kea dalam paparannya bertajuk 'Lanskap Industri Layanan Pesan-antar' di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (19/9/2019).

Garick menjabarkan, survei ini dilakukan kepada 1.000 responden yang tersebar di sejumlah kota besar Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Medan.

Responden yang disurvey memiliki profil berusia 18-45 tahun untuk pria dan wanita. Lalu data diambil berdasarkan penggunaan layanan pesan-antar selama 3 bulan terakhir.

Survey dilakukan pada pengguna 4 aplikasi layanan pesan-antar yang beroperasi di Indonesia termasuk Grabfood dan Go-food.

"Ini pertama kali Nielsen melakukan studi ini. Kami perlu melihat tren tahun sebelumnya. Kami memulai riset ini karena online food delivery di Indonesia sebagai fenomena yang menarik," jelas Garick.

Layanan pesan-antar makanan menempati posisi kedua dari cara masyarakat membeli makanan. Sementara kebiasaan makan di restoran atau tempat makan masih menduduki posisi pertama dengan porsi 80 persen.

Posisi ketiga diikuti oleh kebiasaan konsumen untuk membawa pulang (take away) dengan porsi 52 persen. Sisanya kebiasaan memesan makanan melalui telepon, situsweb restoran atau pesan antar pihak ketiga rata-rata berada di bawah 50 persen.

Dengan demikian, hanya 42 persen masyarakat urban yang belum terbiasa menggunakan layanan pesan-antar makanan berbasis aplikasi.

Garick menuturkan kalau frekuensi tertinggi pemesanan makanan didominasi oleh penggunaan aplikasi pesan-antar sebanyak 2,6 kali dalam seminggu. Lalu kebiasaan makan di tempat dan take away hanya 2 kali dalam seminggu.

Kebiasaan memesan lewat website pesan-antar pihak ketiga mengikuti di belakangnya dengan frekuensi 2 kali dalam seminggu. Lalu frekuensi terjarang ditempati oleh pemesanan via telepon dan website online restoran sebanyak 1,7 kali dalam seminggu.

Dari sisi alasan, lanjut Garick, masyarakat menggunakan layanan pesan antar karena ingin menghemat waktu-tenaga untuk mengantre dan menunggu. Faktor ini dipilih oleh 39 persen responden.

Lalu alasan kedua dengan porsi 37 persen menyangkut soal keinginan menghemat waktu-tenaga dalam berpergian untuk membeli makanan. Alasan ketiga tertinggi adalah promosi atau tawaran menarik dengan porsi 33 persen konsumen.

"Dari key reason, yang paling kuat adalah menghemat waktu-tenaga untuk mengantre dan menunggu," ucap Garick.

Selain itu, hasil riset Nielsen juga menunjukan aspek demografi bahwa untuk makan siang di tempat kerja didominasi oleh para pekerja berumur 26-35 tahun dengan posisi eksekutif hingga manajerial sebanyak 22 persen dan 44 persen lagi adalah pegawai swasta. Namun, untuk pemesanan makanan di malam hari tidak terdapat aspek demografis yang menonjol.

Hasil riste juga menunjukkan aplikasi layanan pesan-antar makanan dari Gojek yakni Gofood memimpin pasar. Gofood dinilai memiliki variasi, kelengkapan pilihan, kemudahan penggunaan, dan kemudahan dalam melacak pesanan.

Pada penilaian ini, Garick menuturkan konsumen memberi atribusi di kisaran 70-80 persen sehingga lebih tinggi dari rata-rata industri di kisaran 40 persen.

"Gofood memperoleh nilai lebih tinggi dari rata-rata tiga pemain lainnya," imbuh Garick.

Baca juga artikel terkait GOFOOD atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan