tirto.id -
Direktur Teknik Garuda Indonesia I Wayan Susena menjelaskan, kelanjutan pesanan tersebut sangat bergantung dengan hasil investigasi Federal Aviation Administration (FAA) terhadap bangkai pesawat Ethiopian Airlines yang jatuh akhir pekan lalu.
“Max [Boeing 737 -8 MAX] 50, baru datang satu. Sisanya gimana? Kami belum bisa komentar yang sisa order itu. Kami masih menunggu hasil investigasi,” kata Wayan di Kementerian Perhubungan, Rabu (13/3/2019).
Ia menyebut, sebenarnya akan ada 1 pesawat lagi yang datang di tahun 2020. Namun itu pun masih menunggu hasil investigasi. Maskapai tak mau gegabah mengambil sikap sebelum ada hasil resmi investigasi yang dilakukan.
“Ada satu pesawat [bulan Juni],” jelas dia singkat ketika ditanya berapa pesawat yang akan datang dalam waktu dekat.
Menurut Wayan, kajian yang dilakukan internal pihak Garuda Indonesia lebih difokuskan pada keselamatan penumpang dan kelanjutan bisnis perusahaan. Garuda, lanjut dia, tentu tak mau ambil risiko mengorbankan keselamatan penumpang dan kru pesawatnya.
“Kembali kami menunggu hasil investigasi FAA dan regulator Indonesia bersikap,” lanjut dia.
Seperti dikabarkan laman resmi garuda-indonesia.com, Garuda Indonesia akan melakukan penggantian pesawat B737-800NG dengan pesawat narrow body tipe terbaru Boeing 737 MAX 8 (B737 MAX 8).
Pesawat B737 MAX 8 yang merupakan pengembangan dari B737-800NG memiliki keunggulan teknologi terbaru yang lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dan biaya operasional serta memiliki tingkat kebisingan dan emisi yang lebih rendah.
Program peremajaan armada tersebut dilakukan melalui penggantian (natural replacement) sebanyak 50 pesawat B737-800NG dengan pesawat B737 -8 MAX sesuai perjanjian yang ditandatangani antara Garuda Indonesia dan Boeing pada bulan September 2014.
Rencananya pesawat pengganti tersebut akan tiba secara bertahap mulai tahun 2017 hingga 2023 mendatang, sesuai dengan berakhirnya masa sewa pesawat B737-800NG.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Agung DH