tirto.id - Indra Adiguna bersemangat dengan proyek yang sedang ditangani oleh perusahaan agensi kreatif miliknya. Ada beberapa klien yang meminta Indra membuat iklan digital dan video feature. Ia mencatat ada tiga proyek besar, apabila semua rampung tentu hasilnya akan memuaskan finansial mereka.
Sejak pertengahan 2017, Indra memutuskan untuk tidak lagi bekerja dengan orang lain. Ia memilih bekerja sendiri sebagai produser kreatif lepas sekaligus mendirikan agensi kreatif kecil-kecilan.
Modal Indra ialah pengalaman. Sejak 2010, Indra yang ketika itu masih mahasiswa justru sibuk dengan kegiatan fotografi. Ia menaruh perhatian lebih terhadap seni visual dan mengambil spesialisasi pada mode. Kegiatan fotografinya mendatangkan pundi-pundi uang. Indra juga menekuni fotografi pernikahan.
Pada 2014-2015, Indra mulai jenuh dengan fotografi mode dan pernikahan. Ia mencoba ranah baru di dunia visual, yakni videografi. Ia bekerja untuk perusahaan orang lain dengan mengerjakan TVC, digital advertising, iklan komersil, profil, dan PSA.
Indra benar-benar keluar dari lingkup akademiknya sebagai lulusan administrasi fiskal. Yang semestinya lebih banyak berkutat dengan angka dan perpajakan.
Namun siapa sangka, rezekinya justru datang dari hal-hal yang dulu diawalinya dari iseng-iseng belaka. Hingga kini, ia berani mendirikan perusahaan agensi kreatif sembari menjadi pekerjaan kreatif lepas untuk beberapa perusahaan.
Semestinya sekarang ia sedang sibuk mengerjakan tiga proyek besarnya. Namun, semua kliennya mendadak menunda semua proyek untuk sementara waktu, usai pemerintah Republik Indonesia mengumumkan Kasus-1 dan Kasus-2 Covid-19 pada 2 Maret 2020 lalu.
"Awalnya kita sudah pitch ide dan sudah mulai kickoff untuk pre-production, meeting dan sebagainya," ujarnya kepada Tirto, Kamis (19/3/2020).
"Karena COVID-19 ini sangat menular dan the way our freaking "beloved" government handles this virus is kind of meh. Beberapa klien memutuskan untuk menunda beberapa project."
Tidak hanya semua proyek perusahaan agensi kreatif Indra yang mengalami penundaan. Beberapa pekerjaan sampingan Indra sebagai pekerja lepas pun harus ikut-ikutan kena imbas pandemi COVID-19.
Penundaan proyek berarti ada pundi-pundi uang yang tersendat untuk sampai di kantong Indra. Ia tidak mau menyebutkan nominal kerugian, namun jika ditaksir bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
Situasi yang tidak diharapkan sama sekali terjadi. Terlebih penanganan pandemi COVID-19 oleh pemerintah yang belum memiliki kejelasan arahnya.
Pemerintah melalui Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana (BNPB) memperpanjang status bencana sampai 91 hari hingga 29 Mei 2020. Sedangkan Presiden Joko Widodo baru berencana melakukan tes COVID-19 secara massal namun belum ada kelanjutannya.
Ketidakjelasan pemerintah berdampak pada keputusan klien-klien Indra. Pria berusia 32 tahun itu merasa terkatung-katung dengan status proyek yang ditunda.
"Ketidakjelasan akan delay ini sebenarnya yang kepikiran. Akan sampai kapan kayak gini terus," keluhnya.
Pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung, benar-benar membuat Indra harus istirahat sejenak. Ia sudah merasa bekerja keras selama beberapa minggu terakhir. Ia belum terpikir untuk tetap berusaha mendapatkan proyek besar dalam waktu dekat. Selain mencoba kemungkinan melalui jejaring yang ia miliki.
"Lumayan dapat pemasukan, walaupun receh receh. For the sake of surviving," tandasnya.
Mengandalkan Tabungan
Sebagai pekerja lepas, Andreas Eko, kelimpungan di tengah pandemi COVID-19 yang berlangsung di Indonesia. Ia tidak bisa bekerja sebagaimana biasanya. Potensi-potensi pemasukan pun tersendat. Untuk bertahan hidup, ia bergantung pada sisa-sisa uang dalam tabungannya.
Ia berharap uang dalam tabungan bisa menyelamatkan hidupnya selama tiga bulan ke depan.
"Kalau tidak cukup, putar otak juga. Apa yang perlu dibikin, untuk cari duit dari rumah," ujarnya kepada Tirto, Kamis.
Andreas sudah 14 tahun menekuni bidang produksi dan pasca-produksi untuk video, film, dan iklan. Hal yang berawal dari hobi ini, yang menjadi sumber pendapatannya. Padahal ia merupakan jebolan Fakultas Teknik di Malang.
Semula, proyek-proyek Andreas nampak akan berjalan mulus saja. Sampai Kasus-1 dan Kasus-2 COVID-19 diumumkan Presiden Joko Widodo, semua proyek menjadi terganggu.
Andreas memiliki proyek bersama salah satu organisasi non-profit internasional di Indonesia. Ia diminta untuk mengurusi video presentasi yang direncanakan akan diputar ketika acara berlangsung. Ia juga diminta untuk mengerjakan dokumentasi untuk acara yang sama.
Lalu semuanya terhambat oleh pandemi COVID-19. Acara pun terpaksa ditunda sampai waktu yang belum dapat dipastikan. Padahal Andreas sudah nyaris merampungkan video presentasi yang diminta kliennya.
"Dan invoicenya juga bakal delay," ujarnya.
Andreas sebetulnya masih punya harapan pada dua proyek lainnya. Ia sempat menandatangani kerja sama dengan salah satu brand telekomunikasi untuk memproduksi iklan televisi dan digital.
Ia juga sempat akan memproduksi dua video pemasaran untuk salah satu brand real estate. Namun, kedua proyek tersebut dibatalkan.
Akibat proyek yang tertunda dan dibatalkan, Andreas harus menanggung kerugian sebesar Rp7 juta untuk proyek yang ditunda dan Rp 25 juta untuk proyek yang dibatalkan.
Satu-satunya pekerjaan yang tersisa dan tidak terganggu pandemi COVID-19, ialah proyek kampanye iklan untuk tayang di salah satu stasiun TV Thailand. Proyek itu sudah masuk sejak Januari 2020, tinggal tahap akhir, dan kirim ke kliennya.
Untuk saat ini, pria berusia 40 tahun ini ingin berdiam di rumah sembari mencari celah—selain bergantung pada tabungan—untuk bertahan hidup dalam kondisi pandemi COVID-19.
Terlebih lagi ada penambahan kasus positif Corona COVID-19 berdasar data dari Rabu (18/3/2020) pukul 22.00 WIB hingga Kamis (19/3/2020) pukul 12.00 WIB. Total kasus positif 309 orang. Sedangkan total kasus kematian 25 orang atau 8 persen dari total yang dirawat.
Andreas akan fokus di rumah, sembari mencari-cari stok gambar video yang sempat ia rekam. Untuk kemudian dijual kembali, demi kebutuhan pendapatan darurat.
"Serta, paling ngerjain pekerjaan domestik di rumah," tandasnya.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Restu Diantina Putri