tirto.id - Dalam menghadapi pandemi COVID-19, yang dibutuhkan adalah sinergi antara masyarakat dan pemerintah. Jika masyarakat berperan dalam menjalankan protokol kesehatan 3M, pemerintah bertanggung jawab untuk menerapkan 3T (testing, tracing, dan treatment). Saat ini pemerintah masih berupaya agar angka testing COVID-19 di Indonesia sesuai standar WHO.
Kampanye agar masyarakat mematuhi 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) sudah dilakukan sejak awal pandemi COVID-19.
Penggunaan masker penting karena terbukti dapat mengurangi risiko penularan virus ketika seseorang berbicara, batuk, atau bersin dari 100 persen menjadi 1,5 persen.
Sementara itu, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun selama 20 detik juga termasuk langkah pencegahan, karena virus COVID19 merupakan material kecil yang dibungkus oleh protein dan lemak. Sabun dapat melarutkannya hingga virus hancur dan mati.
Menjaga jarak dan menghindari kerumunan juga menjadi kunci karena tingkat penularan COVID-19 yang tinggi. Virus dapat ditularkan dari droplet (cipratan liur) orang yang terpapar ketika batuk, bersin, bahkan berbicara. Jarak ideal dari orang lain minimal 2 meter.
Meskipun demikian, gerakan 3M tidak dapat sepenuhnya memutus mata rantai penularan COVID-19. Butuh sinergi dari pemerintah dengan melakukan praktik 3T (Tracing, Testing, Treatment).
Testing atau pemeriksaan dini dilakukan agar orang yang terkonfirmasi COVID-19 memperoleh perawatan secepat mungkin. Dengan adanya pemeriksaan dini ini, potensi penularan virus kepada orang lain dapat ditekan.
Selain itu ada tracing atau pelacakan kontak. Tracing ini dilakukan terhadap ontak-kontak terdekat pasien positif COVID-19. Dari langkah ini akan muncul informasi terkait orang yang mungkin terpapar COVID-19.
Treatment atau perawatan dilakukan jika seseorang positif COVID-19. Jika tidak ada gejala atau asimtomatis, maka isolasi dapat dilakukan secara mandiri di fasilitas yang sudah ditunjuk pemerintah. Sebaliknya, jika muncul gejala, isolasi dapat dilakukan petugas kesehatan di rumah sakit yang sudah ditunjuk pemerintah.
Terkait testing COVID-18, terdapat standar umum yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO) yaitu 1/1.000 dari jumlah penduduk per minggu. Dengan asumi jumlah total penduduk Indonesia yang lebih dari 267 juta jiwa, diperlukan testing minimal sebanyak 267.000 orang per minggu.Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito, pada minggu ketiga November 2020, testing yang dilakukan sudah mencapai sekitar 239 ribu atau 88,6 persen dari standar yang diterapkan WHO.
"Ini adalah angka tertinggi yang pernah kita capai. Kita harus terus meningkatkan jumlah testing hingga tercapai target WHO," ungkap Wiku pada Selasa (24/11/2020) dalam keterangan pers yang ditayangkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Jika melihat analisis data mingguan Satgas COVID-19, terhitung sejak pekan I Juni 2020 hingga pekan III Oktober 2020, terlihat ada tren peningkatan. Pada pekan I Juni 2020 terdapat 45.522 orang yang diperiksa atau 16,86 persen. Sementar itu, pada pekan III Oktober 2020 ada 222.787 orang (82,51 persen).
Setelah itu, sepanjang pekan IV Oktober hingga pekan I November terjadi penurunan signifikan. Pada pekan V Oktober, jumlah testing hanya 169.183 (62,66 persen).
Namun, setelah itu, pada pekan II dan III November terjadi peningkatan. Pada minggu II November ada 232.872 orang (86,25 persen), kemudian pada pekan III persentasenya naik jadi 88,6 persen.
Jumlah testing ini memang masih fluktuatif, dengan pengaruh berbagai hal seperti kondisi libur, jumlah dan kapasitas laboratorium, SDM tenaga kesehatan, ketersediaan reagen, dan kondisi geografis.
Terkait kondisi libur ini, menurut Wiku penurunan jumlah testing sangat disayangkan, mengingat pandemi COVID-19 terus terjadi, atau tidak mengenal hari libur.
"Kami meminta pemerintah daerah setempat untuk memperbaiki mekanisme operasional laboratorium melalui penambahan jumlah shift laboran, dengan pemberian insentif yang sepadan," ungkap Wiku.
Dalam situasi pemerintah berjuang menghadapi pandemi COVID-19 dengan 3T, masyarakat tetap perlu mematuhi protokol kesehatan. Pasalnya, belum ada kepastian kapan pandemi ini berakhir. Perang melawan virus Corona masih panjang sehingga yang diperlukan adalah kesadaran bersama dan upaya saling menguatkan.
Jangan lupa selalu #ingatpesanibu dan menerapkan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 30 detik, serta menjaga jarak dan menghindari kerumunan.
-----------------
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
Editor: Agung DH