tirto.id - Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, penurunan jumlah penumpang pesawat perlu diwaspadai. Pasalnya dampak yang berkaitan dengan mahalnya tiket pesawat itu diyakini merembet ke sektor lainnya.
Dalam hal ini Djoko merujuk langsung pada pengguna fasilitas transportasi di sekitar bandara. Penurunan jumlah penumpang yang menyebabkan sejumlah pesawat menjadi sepi diyakini juga dialami oleh transportasi penunjang yang menghubungkan masyarakat dengan bandara.
“Tiket mengurangi jumlah penumpang. Kalau di bandara ya nanti penggunaan taksi dan bis bandara jadi menurun. Transportasi di bandara pasti pengaruh karena pengguna pesawat berkurang,” ucap Djoko saat dihubungi reporter Tirto pada Selasa (12/2/2019).
Belum lagi walaupun sejumlah maskapai penerbangan tampak masih dapat beroperasi, Djoko menyangsikan jika tidak ada dampak apapun. Seperti adanya penurunan jumlah penerbangan sebanyak 50 persen di Pangkal Pinang dalam 1 bulan terakhir.
“Mungkin kalau Garuda (penumpangnya) masih penuh ya. Tapi jumlah penerbangannya pasti berkurang,” ucap Djoko.
Selain itu, Djoko juga menyoroti kemungkinan dampak sistemik lainnya yang berpengaruh pada pariwisata. Selain tiket yang mahal, ia meyakini kondisi semakin buruk berkat hadirnya kebijakan bagasi berbayar.
Menurutnya, pencabutan bagasi yang sebelumnya gratis diyakini belum dapat diterima masyarakat terlebih jika hal itu dilakukan dengan tiba-tiba. Meskipun tak sepenuhnya salah, Ia menilai maskapai belum cukup mengedukasi masyarakat terkait langkah ini dalam waktu yang cukup memadai. Seperti misalnya 2 bulan.
“Harusnya diberi waktu 2 bulan. Jangan tiba-tiba bayar semua. Kenaikannya juga tidak boleh tinggi-tinggi per kgnya,” ucap Djoko.
Jika hal ini tidak diatasi dengan baik, kata Djoko, dampaknya dapat mengurangi kunjungan wisatawan. Di samping itu, toko-toko cendera mata juga dipastikan akan mengalami imbas pada dagangannya akibat penurunan itu.
“Daripada sekarang penumpang sama kru, malah banyak krunya,” pungkas Djoko.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno