tirto.id - Tingginya harga tiket pesawat serta bagasi berbayar berpotensi membuat kinerja sektor pariwisata di tahun ini jalan di tempat. Imbasnya, neraca perdagangan jasa di Indonesia tak dapat tumbuh optimal dan membuat defisit transaksi berjalan Indonesia (CAD) melebar.
Peneliti Institute for Development of Economies and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan, pertumbuham ekonomi global yang melambat serta lesunya investasi di tahun politik adalah masalah besar bagi perekonomian Indonesia tahun ini.
"Pariwisata jadi harapan dan tumpuan perekonomian. Makannya kita dorong leisure ekonomi yaitu ekonomi rekreasi atau jalan-jalan. Itu 90 juta milenial yang hobi jalan-jalan, jangan kemudian dibunuh dengan kebijakan tiket yang naik dan bagasi berbayar," tutur Bhima.
Peringatan tersebut ia sampaikan dalam acara diskusi bertajuk "Mengapa Bagasi Berbayar?" di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat hari ini (8/2/2019).
Diakuinya peraturan mengenai bagasi berbayar memang tertuang dalam Pasal 22 Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 185 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri.
Namun, menurut Bhima, jika pemerintah berniat untuk menaikkan sektor pariwisata, seharusnya kebijakan tersebut ditunda terlebih dahulu dan diberlakukan perlahan dengan tarif yang murah terlebih dahulu.
"Tidak harus murah, tapi kalaupun ada kenaikan ya secara gradual. Sekarang pariwisata itu bisa jadi tulang punggung perekonomian," imbuh Bhima.
Terkait harga tiket pesawat, kata Bhima, pangkal masalahnya saat ini sudah jelas yakni melonjaknya harga avtur yang menjadi variabel terbesar dalam pembiayaan bisnis penerbangan.
Menurutnya, yang bisa dilakukan pemerintah saat ini adalah membuat kebijakan avtur satu harga dengan memberikan penugasan kepada Pertamina. Sehingga, harga avtur yang meningkat tak terlalu berdampak kepada kenaikan harga tiket pesawat.
"Kalau Pertamina bisa dikasih penugasan, kemarin untuk BBM satu harga, dan ini menyangkut hajat hidup orang banyak, kenapa enggak kemudian penugasan dalam bentuk menjaga avtur," tuturnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Irwan Syambudi