Menuju konten utama

Mogok Produksi 3 Hari, Perajin Tahu Tempe Naikkan Harga hingga 20%

Perajin akan naikkan harga tahu tempe 10 sampai 20 persen mulai 24 Februari 2022 menyusul harga kedelai impor yang melonjak.

Mogok Produksi 3 Hari, Perajin Tahu Tempe Naikkan Harga hingga 20%
Perajin mememindahkan kedelai ke dalam mesin penggiling di salah satu rumah industri di Jakarta, Kamis (6/10). Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakopindo) Aip Syarifuddin mengatakan kenaikan harga kedelai impor satu bulan terakhir rata-rata berada di kisaran Rp6.900 - Rp7.000 per kilogram di tingkat koperasi yang sebelumnya Rp6.300 - Rp6.500 sedangkan harga di pasaran lebih tinggi yakni Rp10.597 per kilogramnya. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/pras/16.

tirto.id - Pengrajin tempe dan tahu mulai melakukan aksi mogok produksi pada hari ini, Senin (21/2/2022). Ketua umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifudin menjelaskan para pengusaha tahu yang berada di berbagai wilayah di Indonesia mulai melakukan aksi mogok produksi, setelah pada hari Minggu (20/2/2022) pengrajin tempe lebih dulu mogok produksi.

"Kalau mogok produksi tempe itu dari kemarin tanggal 20 kalau tahu mulai hari ini tahu," jelas dia kepada Tirto, Senin (21/2/2022).

Aksi mogok produksi ini akan berlangsung sampai 23 Februari 2022 sebagai langkah protes atas naiknya harga kedelai impor saat ini. Aip menjelaskan, kenaikan harga kedelai impor di setiap tahun masih bisa ditoleransi oleh perajin. Misalnya pada 2020 harga kedelai impor per kg hanya ada di Rp7.500/kg.

Kemudian pada 2021 kedelai impor dalam setahun naik menjadi Rp9.500/kg namun pada Desember 2021 sampai Februari 2022 alias hanya selang 3 bulan harga kedelai impor melonjak menjadi 11.500/kg.

"Ada yang haganya sekarang itu Rp11.100/kg kemudian ada juga yang sampai dengan Rp11.750/kg jadi rata-rata Rp11.500/kg. Kalau di Kalimantan Rp12 ribu/kg di Aceh 13 ribu/kg giaman distribusinya," jelas dia.

Para perajin tempe dan tahu pun berencana untuk menaikkan harga tempe dan tahu usai aksi mogok. Ia mengatakan, kenaikan harga tempe dan tahu akan dilakukan pada 24 Februari 2022. Ia menjelaskan, kenaikan harga tempe dan tahu tidak akan terlalu tinggi yaitu akan naik di kisaran 10-20 persen.

"Kalau naik itu akan kami lakukan pada tanggal 24 Februari ini, untuk 500 gram tempe akan ada kenaikan 10-20 persen kalau misalnya harganya [sampai di konsumen] Rp6.000 akan naik 10-20 persen atau naik sekitar 1.000/potong. Kemudian untuk tahu juga sama akan terjadi kenaikan sekitar 20 persen," jelas dia.

Ia meminta pemerintah untuk membantu mengumumkan kenaikan harga tempe tahu. Kemudian untuk membantu meringankan beban perajin tahu dan tempe, ia juga minta supaya pemerintah memberikan subsidi sehingga harga kedelai ada di angka Rp10 ribu di pengrajin.

"Sehingga kita selanjutnya tidak tiap tahun mogok seperti ini. Kan ini sudah dua tahun berturut turut ini tahun ketiga. Jadi jangan biarin kita mogok gini terus," jelas dia.

Senada dengan Aip, Ketua Umum Paguyuban Dadi Rukun Rasjani menjelaskan kenaikan harga kacang kedelai impor menambah tekanan ekonomi bagi para perajin tempe dan tahu yang selama ini sudah kesulitan karena pandemi. Sayangnya, alih-alih memberi subsidi untuk membantu para pelaku ekonomi kecil ini, pemerintah justru terkesan membiarkan harga kacang kedelai naik tajam.

Menyikapi kondisi ini bersama seluruh perajin tempe tahu di seluruh Indonesia, para perajin tahu tempe yang tergabung dalam Payuban Dadi Rukun mogok produksi selama 3 hari. Selain mogok produksi, para perajin tempe di wilayah Depok dan sekitarnya ini juga menggelar aksi unjuk rasa dalam bentuk aksi teatrikal.

“Mogok produksi kami lakukan karena para perajin tahu dan tempe sudah tidak bisa jualan karena harga bahan baku naik tajam,” jelas dia dalam keterangan resmi yang diterima Tirto, Senin (21/2/2022).

Para perajin tempe di Depok ini menumpuk drum dan kerei di lapangan di dekat sentra produksi tempe di wilayah Depok. Drum dan kerei merupakan alat produksi pembuatan tempe. Drum biasa dipakai untuk merebus kedelai. Sementara ‘kerei’ digunakan untuk menyusun tempe.

“Kami sengaja menumpuk drum dan kerei di lapangan sebagai bentuk protes atas kenaikan harga kedelai yang membuat kami tidak bisa produksi,” jelas dia.

Para perajin tempe ini meminta pemerintah turun tangan untuk mengendalikan harga kacang kedelai impor. Pemerintah tak bisa lagi tutup mata dengan nasib mereka. Mereka juga mendesak importir dan distributor kedelai impor tak seenaknya menaikkan harga.

Aksi unjuk rasa ini diikuti oleh sekitar seratus perajin tempe dari berbagai wilayah di Depok dan sekitarnya. Selain menumpuk peralatan produksi, mereka juga membentangkan berbagai spanduk berisi protes atas kenaikan harga kacang kedelai.

Sebelumnya, Kementerian Perdagangan mengungkap alasan dari kenaikan harga kedelai impor saat ini. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan naiknya harga kedelai impor yang saat ini dikeluhkan oleh pengrajin tempe di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah meningkatnya konsumsi kedelai impor untuk pakan babi di Cina.

Selain itu, permasalahan lain juga terjadi pada suplai. Lutfi menjelaskan, harga kedelai mengalami kenaikan dari 12 dolar per gatang menjadi 18 dolar per gatang, hal tersebut terjadi karena perubahan cuaca El Nina di negara importir kedelai seperti Argentina dan Amerika Selatan. Kemendag berjanji akan merumuskan strategi untuk memecahkan permasalahan tersebut.

Baca juga artikel terkait KENAIKAN HARGA KEDELAI IMPOR atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Restu Diantina Putri