Menuju konten utama

Mitra GoFood Meningkat 40% Selama Pandemi

Mitra GoFood meningkat signifikan selama pandemi. Usaha kuliner menjadi salah satu tumpuan atau alternatif untuk mendapatkan penghasilan selama pandemi.

Mitra GoFood Meningkat 40% Selama Pandemi
Miitra driver Gojek menggunakan tas khusus pengantaran GoFood di Kantor Operasional Gojek, Jakarta, Sabtu (7/3/2020). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Usaha kuliner menjadi tumpuan atau alternatif pendapatan bagi orang-orang yang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan. Hal itu terlihat dari kenaikan mitra GoFood yang sangat signifikan selama pandemi.

Hal itu terungkap dari survei yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI berjudul “Peran Ekosistem Digital Gojek di Ekonomi Indonesia Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19”, seperti dikutip Tirto, Jumat (7/8/2020).

Menurut survei dari LD FEUI tersebut, GoFood menjadi penyangga ekonomi bagi mereka yang penghasilannya terdampak pandemi, terutama pegawai swasta. Riset menemukan, sebanyak 40% mitra GoFood yang disurvei baru bergabung saat pandemi COVID-19, atau sejak Maret 2020. Dari mitra tersebut, sebanyak 94 persen merupakan pengusaha skala mikro. Sementara 43% di antaranya merupakan pengusaha yang pertama kali berbisnis.

“Riset juga menunjukkan bahwa sektor swasta terkena dampak dari pandemi. Proporsi mitra GoFood baru yang berasal dari pegawai swasta adalah sebesar 24%, sedangkan sebelum pandemi hanya 18%,” jelas Dr. Alfindra Primaldhi, peneliti LD.

Sementara untuk mitra yang tidak punya pengalaman sebelumnya meningkat hampir dua kali lipat menjadi 43%, dibandingkan pendaftar sebelum pandemi. “Tampak bahwa usaha kuliner menjadi sumber penghasilan alternatif bagi orang-orang yang kehilangan atau mengalami penurunan penghasilan selama pandemi,” tambah Alfindra.

Survei LD FEUI ini juga menemukan, sebelum pandemi, mitra Gojek dari lima layanan (GoFood, GoPay, GoSend, GoCar dan GoRide) berkontribusi sebesar Rp 104,6 triliun pada ekonomi Indonesia di 2019. Rinciannya, kontribusi Langsung sebesar Rp 87,1 Triliun, dihitung dari selisih pendapatan mitra sebelum dan sesudah bergabung ke ekosistem Gojek. Juga dampak multiplier (multiplier effect) sebesar Rp 17,5 Triliun pada sektor-sektor UMKM yang berada di luar ekosistemnya, dihitung dari selisih pendapatan UMKM sebelum dan setelah Gojek beroperasi di sebuah kota.

Bila menggunakan metode perhitungan pendapatan domestik bruto (PDB), nilai produksi di ekosistem digital Gojek selama tahun 2019 setara dengan 1% PDB nasional Indonesia.

“Riset ini menunjukkan peran ekosistem ekonomi digital dalam membantu UMKM, khususnya usaha mikro, untuk bertahan di masa pandemi. Kondisi pandemi ini menguji resiliensi (ketahanan), dan kemampuan adaptasi para pelaku usaha di masa krisis. Salah satu adaptasi itu adalah mengubah usaha tradisional menjadi usaha digital," kata Alfindra.

Baca juga artikel terkait GOFOOD atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Bisnis
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Maya Saputri