tirto.id - Bertahun-tahun menderita sakit gusi, Andrew Thornton (44) sama sekali enggan pergi ke dokter atau meminum obat penghilang nyeri. Untuk meredakan sakit itu, Thorton justru memilih menggunakan obat kumur dan meminum air putih sebanyak-banyaknya.
Melihat penyakitnya bertambah parah, Thornton pun meminum air putih sebanyak 17 liter dalam waktu delapan jam. Alhasil, laki-laki yang bekerja sebagai pemilik gudang ini jatuh dan tak sadarkan diri.
Setelah pingsan, ibunya, Alice (65) segera membawanya ke rumah sakit. Awalnya dokter mengira Thornton telah keracunan alkohol. Namun ternyata ia mengalami pembengkakan otak karena kelebihan cairan.
Dokter pun langsung memasukkan garam ke dalam tubuhnya guna melawan efek asupan air yang berlebihan. Namun keesokan harinya, Thornton mengalami serangan jantung fatal yang membuat nyawanya melayang.
Terkait dengan itu, dr. Alan Padwell mengatakan kepada Daily Mail: “Dia [Thornton] mengklaim air minum dapat melegakan masalah gusi, meskipun dia muntah banyak setelah itu...Dia telah minum banyak sekali air dan muntah. Dia telah dipenuhi dengan air.”
Menurut hasil pemeriksaan, serangan jantung yang menimpa Thornton terjadi karena dipicu oleh konsumsi air yang berlebihan. Sebelum meninggal, Thornton juga mengatakan bahwa ia tidak bisa berjalan lurus serta menderita sakit pada lengan kanannya.
Setelah kejadian itu, dokter juga menyarankan untuk tidak mengonsumsi air terlalu banyak karena overdosis air dapat mencairkan kadar garam yang vital dalam darah. Sel dan organ kemudian membengkak dan terjadi peningkatan tekanan di otak yang dapat mematikan tubuh.
Thornton bukan satu-satunya, Seorang wanita Inggris juga meninggal karena meminum terlalu banyak air saat hiking. Menurut laporan Daily Mail berdasarkan jurnal Wilderness & Environmental Medicine, wanita berusia 47 tahun itu meninggal akibat mengkonsumsi begitu banyak air sehingga kadar garam dalam darahnya menurun drastis yang menyebabkan pembengkakan pada otak.
Ia pingsan dan jatuh di trotoar setelah hiking di Grand Canyon National Park bersama suaminya. Ketika layanan darurat tiba, wanita itu menjadi lambat dalam merespon berbagai pertanyaan dan mengeluhkan sakit kepala.
Setelah dibawa ke rumah sakit terdekat, wanita itu tiba-tiba memuntahkan banyak cairan bening dan menjadi tidak responsif, dokter segera memberinya larutan garam dan oksigen. Namun nyawanya tak berhasil tertolong dan mati setelah pingsan selama 19 jam.
Kejadian yang sama juga menimpa wanita asal California, Jennifer Strange (28) yang meninggal akibat mengikuti kontes minum air terbanyak di sebuah acara stasiun radio. Ia meninggal setelah menenggak enam liter air dalam waktu tiga jam. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Jennifer sempat muntah dan mengeluh sakit kepala.
Contoh tragis lainnya juga terjadi pada 2005 silam. Akibat mengikuti perpeloncoan di California State University, seorang mahasiswa meninggal setelah dipaksa menenggak air dalam jumlah yang banyak, setelah sebelumnya dipaksa push-up di ruang bawah tanah yang dingin.
Tidak berhenti sampai di sana, menurut laporan Mirror, kurang lebih 14 orang telah meninggal akibat kebanyakan minum air putih, terutama sehabis berolahraga. Sebagian besar dari korban keracunan air ini adalah pelari maraton, pemain sepak bola, yoga dan pemain bowling.
Sebelum meninggal, biasanya mereka mengalami gejala pusing dan mual. Dalam kasus yang cukup fatal, keracunan air juga dapat menyebabkan muntah, sakit kepala, perubahan mental seperti kebingungan, agitasi, delirium serta kejang dan koma.
Mengapa mengkonsumsi air terlalu banyak bisa berbahaya?
Kelebihan konsumsi air dapat menyebabkan hiponatremia: natrium dalam darah menjadi rendah dan encer. Ketika ini terjadi, kadar air dalam tubuh menjadi meningkat yang menyebabkan sel-sel mulai membengkak. Pembengkakan ini dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan, dari yang paling ringan hingga kematian.
Tanda-tanda penyakit itu biasanya disertai dengan mual, muntah, sakit kepala, kebingungan dan kehilangan energi. Sementara gejala lain juga menunjukkan kelelahan, gelisah, lekas marah, kelemahan otot, kram, kejang, bahkan koma.
Dilaporkan oleh Mayo Clinic, keracunan atau kelebihan air dapat menyebabkan pembengkakan otak yang lambat laun akan menekan tengkorak sehingga dapat berujung pada kematian.
Sementara menurut laporan Scientific American, kondisi hiponatremia biasanya memiliki natrium darah di bawah 135 milimol per liter atau setara dengan 0,4 ons per galon, sementara kondisi normalnya berada antara 135 dan 145 milimol per liter.
Ketika seseorang meminum banyak air dalam waktu yang singkat, ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga darah menjadi tergenang air. Ginjal pada manusia berfungsi untuk mengontrol jumlah air, garam dan zat larut lainnya pada darah.
Melihat banyaknya fenomena itu, Heinz Valtin, spesialis ginjal dari Dartmouth Medical School, memutuskan untuk menentukan apakah saran umum untuk minum delapan gelas per hari benar-benar baik untuk kesehatan tubuh. Setelah menjelajahi berbagai literatur, Valtin menyimpulkan bahwa tidak ada penelitian ilmiah mendukung temuan itu.Bahkan, menurutnya minum air dalam jumlah yang banyak atau lebih bisa berbahaya, terutama dalam mempercepat hiponatremia.
Berapa banyak air yang harus dikonsumsi?
Joseph Verbalis, ketua kedokteran di Georgetown University Medical Center mengatakan setiap jam, ginjal yang sehat dapat mengeluarkan 800 hingga 1.000 mililiter air, untuk itu ia menyarankan setiap orang harus dapat menyeimbangkan antara jumlah air yang diminum dan keringat yang dikeluarkan, terutama saat berolahraga.
Verbalis menyarankan. "Jika Anda berkeringat 500 mililiter per jam, sebanyak itulah yang Anda harus minum," katanya seperti dikutip Scientific American.
Tapi bagaimana kita mengukur keringat yang keluar? Bagaimana bisa seorang pelari maraton menentukan berapa banyak air yang harus ia konsumsi? Verbalis mengatakan: "Minumlah untuk dahaga Anda. Ini adalah indikator terbaik."
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Maulida Sri Handayani