tirto.id - Mesir dan Arab Saudi akan sama-sama berjuang melawan terorisme yang mengancam keamanan dan stabilitas di dalam dan di luar kawasan kedua negara. Komitmen ini mengemuka dalam kunjungan Presiden Mesir Abdel Fattah al Sisi ke Arab Saudi dan diterima langsung oleh Raja Salman pada Minggu (23/4/2017).
Raja Salman, yang dikelilingi oleh para pejabat penting Arab Saudi, menyambut Sisi saat dia turun dari pesawat di Ibu Kota Riyadh dan menemaninya makan siang menurut kantor berita negara Arab Saudi, SPA. Kunjungan keduanya secara umum ditujukan untuk meningkatkan hubungan diplomatik setelah berbulan-bulan mengalami ketegangan.
Menurut SPA, kedua pemimpin Arab tersebut kemudian melakukan pembicaraan di mana mereka "meninjau kembali hubungan kuat dan persaudaraan serta kerja sama antara kedua negara mereka" serta isu-isu regional.
Kantor kepresidenan Mesir mengumumkan kunjungan tersebut dalam sebuah pernyataan pada Jumat (21/4/2017), menyatakan bahwa perjalanan Sisi adalah respons terhadap undangan Raja Salman dan bertujuan untuk "memperkuat hubungan strategis antara kedua negara" dimana keduanya akan membahas "isu regional dan internasional yang menjadi kepentingan bersama."
Sisi bertemu dengan Salman di sela KTT Liga Arab di Yordania bulan lalu untuk mengakhiri ketegangan berbulan-bulan antara kedua sekutu itu. Pertemuan pada 29 Maret terjadi setelah Mesir mengumumkan bahwa raksasa energi Arab Saudi melanjutkan pengiriman produk minyak setelah tiba-tiba menangguhkannya pada Oktober.
Aramco menghentikan pengiriman produk minyak bulanan 700.000 ton yang sudah disepakati tanpa penjelasan. Penghentian pengiriman itu terjadi setelah Mesir memilih mendukung rancangan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang disusun Rusia, yang ditentang kuat oleh Arab Saudi.
Moskow adalah pendukung kuat Presiden Suriah Bashar al-Assad sementara Riyadh merupakan pendukung utama pemberontak yang melawan rezim.
Hubungan Kairo dan Mesir juga terganggu setelah kesepakatan untuk menyerahkan dua pulau Laut Merah Arab Saudi, yang ditandatangani saat Raja Salman mengunjungi Kairo tahun lalu, diblokir keputusan pengadilan. Kairo menyatakan pulau Tiran dan Sanafir merupakan wilayah Arab Saudi yang disewakan kepada Mesir tahun 1950an, demikian menurut warta kantor berita AFP dan dilansir ulang Antara.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan