tirto.id - Yogi, salah satu pengguna kendaraan motor harus menggerutu saat melewati kawasan Pancoran, Jakarta Selatan. Pembangunan proyek kereta ringan atau Light Rail Transit (LRT) memberikan tambahan kemacetan makin parah di Jakarta, tak kecuali di kawasan itu.
"Pembangunan LRT membuat waktu tempuh saya ke kantor jadi bertambah dua kali lipat," kata Yogi.
Kemacetan ini bukan hanya faktor pembangunan infrastruktur yang sedang gencar digarap di Jakarta, tapi pertumbuhan jumlah kendaraan dan luas jalan yang tak sebanding. Pada 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta mencatat ada 18,6 juta kendaraan yang melintas di Jakarta atau meningkat 1,1 juta dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada 2015 menunjukkan bahwa rasio jalan di Jakarta mencapai 2.077 unit kendaraan per satu kilometer jalan.
Baca juga:
- Sadar Darurat Macet, Tapi Penjualan Mobil Terus Digenjot
- Ambisi Jokowi Mengebut Proyek Infrastruktur di Jakarta
Kemacetan merupakan masalah klasik yang dialami Jakarta dan terus bertambah parah setiap tahunnya. Tomtom Traffic Index, sebuah pemeringkat kemacetan di 390 kota pada 48 negara di seluruh dunia dari data terbaru menempatkan Jakarta berada di posisi ketiga setelah Mexico City dan Bangkok. Catatan tambahan waktu melakukan perjalanan di Jakarta mencapai 58 persen.
Waktu berkendara di Jakarta yang semakin bertambah punya implikasi yang lebih luas. Selain meningkatnya tingkat stres para pengendara di jalan, juga berdampak pada kondisi kendaraan bermotor. Seperti tubuh manusia, kendaraan yang terus menerus mengarungi kemacetan dapat mempercepat timbul masalah pada beberapa komponen.
Idealnya, kendaraan bermotor mendapat sirkulasi udara yang baik saat berjalan di kecepatan normal. Namun di tengah kemacetan, kendaraan bermotor tidak mendapat sirkulasi udara yang sempurna. Kondisi ini menyebabkan komponen-komponen seperti sistem transmisi, mesin, dan rem bekerja lebih keras saat melakukan pergerakan kendaraan stop and go saat kondisi macet.
Baca juga: Genjot Infrastruktur, Tapi Manajemen Lalu Lintas Amburadul
Kendaraan bermotor yang sering mengalami kondisi macet maka langkah utama adalah melakukan perawatan berkala untuk meminimalisir risiko. Tanpa perawatan berkala, keausan komponen akan berakibat pada kerusakan yang lebih besar lagi.
Sebagai jantung dari kendaraan bermotor, mesin menjadi bagian yang paling penting dalam perawatan berkala. Pengguna kendaraan bermotor, baik kendaraan roda empat maupun roda dua, pelumas mesin harus diganti setelah menempuh jarak tertentu. Namun, bagi kendaraan yang sering terjebak macet, jarak tempuh jadi begitu relatif, sehingga mengecek kondisi oli berkala patut dilakukan pemilik kendaraan.
"Fungsi utama pelumas adalah untuk memudahkan pergerakan permukaan mesin, selain itu juga mencegah terjadinya keausan hingga membantu penghematan energi," kata B2C Lubricants Technical Manager PT Shell Indonesia, Shofwatuzzaki seperti dikutip dari Antara.
Pada kondisi macet, kendaraan yang bergerak dalam kecepatan yang sangat rendah, membuat mesin kendaraan menjadi lebih cepat aus. Penggantian oli secara berkala dapat mengurangi risiko gesekan berlebih antar komponen, membersihkan kotoran, dan meredam getaran berlebih di dalam mesin. Pelumas yang digunakan juga harus sesuai dengan kekentalan yang tercantum di buku panduan kendaraan bermotor untuk menghindari risiko mesin cepat panas karena penggunaan oli yang tidak sesuai.
Untuk kendaraan bermotor yang menggunakan sistem pendinginan radiator, jumlah cairan pendingin di dalam radiator dan reservoir juga harus dipantau secara berkala. Kinerja mesin yang berat dalam suhu tinggi akan memengaruhi peningkatan penggunaan jumlah cairan pendingin.
Jika cairan pendingin di dalam radiator dan reservoir habis, mesin akan mengalami overheat dan berisiko merusak bagian dalam mesin seperti piston dan blok mesin. Kerusakan seperti ini akan mengakibatkan kegagalan mesin dan perlu perbaikan yang cukup mahal untuk menghidupkannya kembali.
Bagian berikutnya yang perlu diperhatikan adalah sistem transmisi. Pergerakan stop-and-go di tengah kemacetan akan membuat kinerja kopling, salah satu komponen sistem transmisi, bekerja lebih keras. Kopling merupakan bagian sistem transmisi yang diperlukan untuk meneruskan perputaran proses engkol ke transmisi dan melepaskan hubungan antara poros engkol dengan transmisi ketika memindahkan gigi.
Perawatan kopling secara berkala akan membuat tarikan kendaraan tetap bertenaga, mencegah selip saat kendaraan start dan memindahkan gigi, dan mencegah risiko kerusakan pada komponen sistem transmisi lainnya.
Baca juga:Adu Balap dengan Mobil Listrik
Selain perawatan kopling, ada juga cara menjaga agar kopling awet atau bertahan lama di tengah kemacetan. Untuk kendaraan dengan transmisi manual, hindari menginjak/menekan pedal dalam posisi ketinggian setengah atau biasa di sebut menggantung kopling kala jalanan macet.
Untuk kendaraan roda empat dengan transmisi otomatis, jika sedang terjebak di tempat macet sebaiknya memilih posisi pada transmisi N (Netral). Sedangkan untuk sepeda motor bertransmisi otomatis, hindari menggantung gas sambil menekan tuas rem.
Bagian berikutnya yang tak kalah pentingnya adalah rem. Kondisi stop-and-go membuat kanvas rem cepat panas, apalagi jika kondisi medan yang dilalui menanjak dan menurun. Material kampas rem, asbes ataupun yang lebih modern, punya level ketahanan panas tertentu. Bila mencapai titik maksimal suhu panas yang bisa ditoleransi, kemampuan friksi memudar hingga sanggup jadi penyebab rem blong.
Pengguna kendaraan bertransmisi otomatis juga harus lebih memperhatikan kondisi rem, karena kendaraan dengan jenis transmisi ini bertumpu pada sistem pengereman untuk mengurangi laju kendaraan. Hal ini akan lebih berat ketika dihadapkan dalam kondisi stop and go. Perawatan berkala kanvas rem juga dapat menghindari kecelakaan fatal akibat rem blong yang bisa merenggut nyawa pengendara dan orang lain.
Selain hal-hal di atas, ada juga beberapa perawatan minor yang harus diperhatikan seperti lampu rem dan ban. Dua komponen ini yang posisinya ada di bagian belakang kendaraan, seringkali kondisi lampu rem luput dari perhatian. Di tengah kemacetan, matinya lampu rem dapat berakibat tabrakan dari belakang. Hal ini terjadi karena pengendara yang berada di belakang tidak menyadari bahwa kendaraan di depannya mengurangi kecepatan.
Kondisi ban juga perlu diperhatikan meski tak krusial mesin, rem, dan transmisi. Dalam posisi stop and go gesekan yang ditimbulkan jalan dengan ban akan semakin besar dibandingkan kecepatan stabil. Kondisi ban yang baik akan memudahkan pengendara dalam mengendalikan kendaraan yang dikendarai.
Kemacetan seperti yang terjadi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya memang tak bisa dihindari. Kondisi macet meningkatkan risiko kerusakan pada kendaraan, tapi dengan perawatan berkala risiko tersebut bisa diperkecil.
Penulis: Arya Vidya Utama
Editor: Zen RS