tirto.id - Gunung Merapi kembali menyemburkan awan panas pada Kamis (10/3/2022) pukul 19.25 WIB. Hal itu tercatat dalam seismogram dengan durasi mencapai 229 detik.
"Estimasi jarak luncuk mencapai 2,5 kilometer ke arah tenggara tepatnya pada Kali Gendol," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida dalam keterangan tertulis, Jumat (11/3/2022).
Setelah itu, pada Jumat pukul 00.00 hingga 06.00 WIB tercatat guguran lava pijar sebanyak 11 kali yang meluncur dengan jarak maksimum 1,8 kilometer ke arah barat daya dan 1 kilometer ke arah tenggara.
"Proses pengamatan gunung jelas, asap bertekanan lemah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal 20 hingga 100 meter di atas puncak kawah," kata Hanik.
BPPTKG mencatat pada Rabu (9/3/2022) hingga Kamis (10/3/2022) tercatat ada 17 kali awan panas guguran yang mengarah ke Kali Gendol.
"Berdasarkan pantauan foto udara menggunakan drone jarak luncur awan panas guguran kali ini mencapai 4,9 kilometer dari puncak," ujar Hanik.
Bahkan salah satu luncuran awan panas guguran teramati hingga berada di sisi tenggara bunker Kaliadem.
Hanik menyampaikan sejumlah titik yang memiliki potensi terkena guguran lava dan awan panas guguran, antara lain: Kali Woro sejauh 3 kilometer dari puncak; Kali Gendol sejauh 3 kilometer dari puncak; Kali Boyong sejauh 5 kilometer dari puncak; Kali Bedog, Kali Krasak, Kali Bebeng sejauh 7 kilometer dari puncak.
"Adapun lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak," ujarnya.
Dalam catatan BPPTKG, jarak awan panas guguran kali ini merupakan yang terjauh semenjak ditetapkan Gunung Merapi sebagai fase efusif.
“Awan panas guguran sejauh lima kilometer ini terjauh sejak fase Merapi erupsi efusif pada 4 Januari 2021,” terangnya.
Meski terjadi sejumlah awan panas guguran dan lava, namun status Merapi tetap siaga.
"Kami masih mempertahankan status siaga dan masyarakat belum perlu untuk mengungsi, tapi aktivitas ini tetap terus dipantau dan kalau ada perkembangan signifikan akan dilakukan evaluasi," kata dia.
Meski tidak ada instruksi untuk mengungsi kepada warga setempat, Hanik meminta untuk waspada dan menghindari sejumlah titik yang memiliki potensi bahaya. Warga juga dimina memerhatikan sejumlah informasi yang disampaikan oleh BPPTKG melalui sejumlah kanal media sosial dan pos pemantauan terdekat.
"Seiring dengan musim hujan yang masih terjadi di DIY dan Jateng, maka BPPTKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di puncak Merapi," imbaunya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Gilang Ramadhan