tirto.id - Menteri BUMN Rini Soemarno angkat suara terkait pernyataan calon petahana Joko Widodo yang menyebut Indonesia sedang menuju program biodiesel 100 persen atau B-100, dalam Debat Kedua Capres 2019 pada Minggu malam kemarin.
Menurut Rini, pemerintah sebenarnya tidak terlalu ambisius untuk menerapkan B-100. Sebab, masih membutuhkan waktu transisi agar industri dan beberapa sektor transportasi publik bisa didorong untuk menggunakan B-20 terlebih dahulu.
Kemungkinan, kata dia, penerapan B-100 bisa dilakukan dalam waktu tiga tahun mendatang. Namun demikian, ia bilang, perlahan-lahan B-20 harus ditingkatkan terlebih dahulu ke B-50 baru kemudian bisa seratus persen menggunakan biodiesel.
"3 tahun bisa B-100, cuma masalahnya apakah sudah penuh semua mungkin belum bisa. Jadi untuk menggantikan full solar menurut saya masih makan waktu. Jadi kalau belum bisa menggantikan full solar semua mungkin kita bikin full-nya B-50, bukan B-100," ujar Rini saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Senin (18/2/2019).
Saat debat kedua Pilpres 2019, Jokowi menyebut bahwa Indonesia bakal menerapkan mandatori B-100 sebagai alternatif energi pengganti bahan bakar fosil karena cadangannya makin menipis.
“Kita telah memulai B-20 dan sudah berproduksi 98% dari yang sudah kita harapkan. Ini artinya B-20 sudah rampung, kita ini sekarang menuju kepada yang namanya B-100. Sehingga kita harapkan 30% dari total produksi dari kelapa sawit nanti akan masuk kepada bio-fuel sudah kita rencanakan,” ujar Jokowi.
Menurut Rini, saat ini pemanfaatan B-20 sudah berjalan cukup baik. Ke depan, rencananya Pertamina akan meneken kontrak kerja sama dengan perusahaan minyak asal Italia yakni ENI SpA untuk mengembangkan kilang hijau yang bisa memproduksi B-100.
Selama ini, kata Rini, ENI merupakan salah satu pembeli crude palm oil (CPO) dari Indonesia dan mengolahnya menjadi B-100.
"Kita melihat teknologi dari ENI, ENI itu perusahaan minyak Italia yang ternyata mereka itu selama ini beli CPO dari Indonesia yang mereka proses menjadi B-100," ucap Rini.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Agung DH