tirto.id - Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifudin menilai perlu kebersamaan dan kearifan dalam menyelesaikan konflik Syiah di Sampang, Jawa Timur yang hingga kini belum selesai. Tanpa kebersamaan, persoalan tersebut akan tetap terjadi.
Hal tersebut diungkapkan Lukman di sela-sela menghadiri prosesi wisuda kelulusan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Sabtu (18/3/2017). Menurut Lukman, keragaman faham-faham keagamaan sebenarnya sudah berkembang di Indonesia sejak lama.
Karena itu, Lukman menekankan perlunya kearifan dalam menyikapi perbedaan tersebut. “Jadi keragaman faham itu sejak dulu memang ada. Jangan lalu kita sikapi dengan saling menyalahkan dan menganggap dirinya paling benar,” ujarnya, seperti dikutip Antara.
Sebagai informasi, penganut Islam Syiah asal Sampang hingga kini, terhitung sudah empat tahun mengungsi di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo. Mereka mengungsi sejak permukimannya di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Bluuran, Kecamatan Penang, Kabupaten Sampang, dibakar massa, yang notabene masih tetangganya sendiri pada Agustus 2012.
Lukman juga pernah mengunjungi tempat pengungsian yang dihuni 81 kepala keluarga dan 335 jiwa di Rusunawa Jemundo. Saat itu, Menag berjanji membuat "roadmap" penyelesaian konflik. Namun faktanya hingga kini para pengungsi belum bisa kembali pulang ke kampung halaman.
Menag Lukman memastikan upaya penyelesaian konflik dengan warga desa setempat di Sampang hingga kini masih terus diupayakan.
“Ini kan penyelesaiannya lebih ditangani oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sampang. Jadi itu juga tergantung pemerintah daerah sendiri dalam menyelesaikan persoalannya,” ujarnya.
Karena itu, Menag Lukman menyarankan, harus ada kebersamaan dalam menyelesaikan persoalan ini.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz