tirto.id -
Menurut Lukman Hari Suci Nyepi adalah sebuah momentum untuk umat Hindu untuk melakukan introspeksi mengenal diri untuk dapat lebih mengenal sang pencipta.
Untuk itu jelang Pemilu 2019 ini ia mengajak agar umat Hindu menjadikan momen hari Suci Nyepi untuk mewujudkan pemilu damai.
Kendati ada perbedaan pilihan capres-cawapres ataupun caleg, namun kata Lukman harus tetap ada ikatan dan kesamaan pandangan bahwa semuanya merupakan satu ikatan keluarga dalam satu bangsa yang sama.
"Perbedaan itu jangan sampai kemudian membuat kita saling terpecah belah terkotak-kotak dan lain sebagainya. Jadikan itu pemilu yang damai, pemilu yang betul-betul mampu mengembalikan kita sebagai manusia yang tetap menjaga kerukunan kedalaman dengan sesama," kata Menag.
Di sisi lain ia mengapresiasi langkah panitia Tawur Agung Kesanga dan Pantia Perayaan Nyepi yang dapat menangkap momentum adanya pesta demokrasi dengan mengangkat tema 'melalui catur berata penyepian kita sukseskan Pemilu 2019' dalam perayaan Nyepi Tahun Baru Baru Saka 1941.
"Saya sangat mengapresiasi panitia tahun ini mampu menangkap momentum bahwa saat ini kita sedang akan menghadapi pesta demokrasi yang itu karena kontestasi politik selalu menyajikan pilihan-pilihan, alternatif pilihan yang kalau kita tidak arif menyikapi bisa membuat kita terpecah belah atau terkotak-kotak," kata politisi PPP ini.
Dalam sambutannya Lukman menyebut umat Hindu telah menunjukkan kepekaan terhadap situasi dan kondisi bangsa yang mengalami banyak ujian politik.
Kepekaan itu katanya ditunjukkan dengan mengangkat tema sukseskan Pemilu 2019 dalam perayaan Hari Suci Nyepi.
"Tema ini bukan sekadar jargon, tapi penting dan strategis membuat pemilu yang damai, juga tepat untuk pengingat bagi semua, agar pemilu berlangsung aman dan damai," kata dia.
Lanjut Lukman, di tahun politik suasana kehidupan berbangsa dan bernegara sedang mulai menghangat. Oleh karena itu ia mengajak agar masyarakat saling menjaga.
"Jangan sampai pemilu yang harusnya menggembirakan kita semua, menjadi kontestasi yang justru membuat kita intoleran dan terpecah-pecah," ujarnya.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari