Menuju konten utama

Mentan Yakin Produksi Beras pada 2025 Naik karena La Nina Sedang

Mentan Amran Sulaiman meramalkan produksi beras pada September 2024 bakal menjadi yang tertinggi selama 10 tahun ke belakang.

Mentan Yakin Produksi Beras pada 2025 Naik karena La Nina Sedang
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (tengah) dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) menanam padi saat kunjungan kerja di Tuban, Jawa Timur, Kamis (23/11/2023). ANTARA FOTO/Rizal Hanafi/tom.

tirto.id - Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menilai fenomena La Nina sedang pada akhir 2024 dapat membuat produksi beras meningkat hingga 10 persen pada 2025. Amran pun optimistis produksi beras pada 2025 akan lebih besar dari target pemerintah yang sebesar 32 juta ton.

“Sangat menguntungkan, La Nina mudah-mudahan ada dan La Nina sedang, jangan keras. Itu menguntungkan sektor pertanian. Bisa [meningkatkan produksi], mungkin bisa 10 persen,” kata Amran saat ditemui usai Rapat Kerja Komisi IV dengan Menteri Pertanian, di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (26/8/2024).

Amran yakin produksi beras pada Agustus hingga September 2024 mengalami kenaikan, seiring dengan berhasilnya program pompanisasi yang digalakkan oleh Kementerian Pertanian sejak awal 2024. Bahkan, dia meramalkan, produksi beras pada September 2024 bakal menjadi yang tertinggi selama 10 tahun ke belakang.

Perlu diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras pada bulan lalu mencapai 2,8 juta ton. Adapun dalam KSA BPS amatan Juni 2024 yang dipublikasikan per 22 Juli, produksi beras di Agustus diproyeksikan dapat mencapai 2,66 juta ton dan semakin naik di September jadi 2,96 juta ton.

“Produksi ini musim kering, produksi bulan September, Agustus, Oktober itu naik. September tertinggi selama 10 tahu. Artinya pompanisasi kita lakukan itu tepat, dan itu bukan data Pertanian, data BPS. Sekarang [Kementerian] Pertanian enggak ngeluarin data, kami tunggu dari BPS,” ujar Amran.

Di balik dampak positifnya, La Nina juga dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif.

Pasalnya, menurut ramalan Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), La Nina di bagian utara dan selatan Indonesia akan memiliki curah hujan berbeda, di mana di bagian selatan diproyeksikan bakal memiliki curah hujan lebih tinggi.

“Perkaranya Indonesia bagian utara dengan Indonesia bagian selatan itu beda, walaupun La Nina itu banyak air, harusnya tidak ada masalah. Tapi kenapa masalah? Karena yang daerah selatan itu di petanya BMKG itu gelap," kata Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo, di Komplek Parlemen, Senin (26/8/2024).

Karenanya, untuk menghindari dampak negatif tersebut, Bapanas bakal mengoptimalkan irigasi teknis dan pompanisasi untuk mengoptimalkan cadangan air. Adapun beberapa komoditas yang tidak tahan terhadap banyak air ada cabai sampai bawang merah.

"Itu harus kita jagain aja. Jadi Bapanas itu selalu publikasi dengan seluruh K/L (Kementerian/Lembaga), menghitung produksinya. Jadi misal produksinya berapa, sisa kemarin berapa, projection berapa, itu apa yang akan kita kerjakan, tapi bawang merah, setahu saya surplus, ayam surplus, telur, cabai surplus," imbuh Arief.

Baca juga artikel terkait PRODUKSI BERAS atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Bayu Septianto