tirto.id - Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan saat ini harga tiket pesawat masih tergolong mahal. Meski telah diprotes banyak pihak, menurut Arief, harga tiket belum juga turun di level yang seharusnya.
Selain itu, kata dia, harga tiket pesawat juga masih mahal meskipun pemerintah telah menempuh langkah dengan cara menurunkan harga avtur, bahan bakar pesawat. Bahkan, hal ini telah dibahas melalui rapat bersama Presiden Joko Widodo.
"Soal tiket pesawat sudah cukup ada peringatan bahkan Pak Presiden [Jokowi] sendiri. Beliau menginginkan tiket harus turun. Penurunan harga avtur sudah cukup baik dari pemerintah tapi tiket masih mahal," ucap Arief dalam acara penandatanganan kerja sama (MoU) antara Kementerian Pariwisata dengan tiket.com di Menara BCA, pada Senin (4/3/2019).
Arief mencontohkan salah satu tarif penerbangan yang ia keluhkan yaitu penerbangan menuju Padang, Sumatera Barat yang sempat naik 210 persen. Kendati telah berupaya menekan harga, tapi nilainya masih terpaut di angka 160 persen.
Menurut Arief, kondisi tiket penerbangan seperti itu mengkhawatirkan, sebab dapat mengguncang industri pariwisata. Ia menuturkan, saat guncangan terjadi, maka dampaknya sudah pasti dirasakan oleh UMKM, hotel dengan penurunan okupansi hingga keterisian kapasitas bandara seperti di Cengkareng.
Arief menegaskan, dampak itu juga dirasakan juga oleh maskapai itu sendiri. Sebab, kata Arief, saat ini banyak terjadi penutupan sejumlah rute.
"Mungkin sudah puluhan rute ditutup terlalu banyak complain dan demo. Paling besar penurunannya di Jakarta Cengkareng. UKM dan hotel rugi," ucap Arief.
Untuk itu, Arief meminta maskapai mengikuti saran Kementerian Perhubungan untuk menaikan tarif secara perlahan. Menurutnya, maskapai harus mempertimbangkan kesiapan konsumen dalam menghadapi kenaikan tarif.
Sebab, tiket pesawat tergolong sebagai produk yang inelastis. Maksudnya, konsumen akan sulit menerima kenaikan harga dan mungkin malah menjadi enggan untuk membelinya karena sensitif dengan harga.
"Kalau mau naik ya jangan besar dan mendadak tapi perlahan dan bertahap. Kecuali ingin mengguncang industri pariwisata. Kalau naik 100 persen demand bisa hilang 100 persen juga," ucap Arief.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Alexander Haryanto