tirto.id - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berkunjung ke dua kota di Malaysia, yaitu Penang dan Johor Baru, selama 4-7 hari ke depan, untuk mendorong peningkatan kualitas pelayanan dan perlindungan para pekerja migran asal Indonesia di sana.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Christiawan Nasir mengatakan selama 30 tahun terakhir dua kota sentra pekerja migran Indonesia di Malaysia itu belum pernah dikunjungi pejabat menteri luar negeri.
"Ibu Menteri sudah berangkat ke Penang (kemarin) dan besok siang akan menuju ke Johor baru. Kunjungan utama adalah perlindungan dan pelayanan para pekerja kita di sana," kata Arrmanatha di Jakarta Pusat, pada Rabu (15/3/2017).
Dalam kunjungan tersebut, Retno dijadwalkan akan bertemu dengan para kepala daerah di Penang dan Johor Baru. Selain itu, Retno menyambangi shelter buruh migran Indonesia di Penang dan Johor Baru.
Arrmanatha mencatat sekitar 50 persen WNI di Penang dan Johor Baru merupakan buruh migran di ladang kelapa sawit dan industri manufaktur. Sisanya, mahasiswa asal Indonesia atau para istri warga Malaysia. Detailnya, di Johor Baru ada 347 ribu WNI dan di Penang 80 ribu WNI.
Menurut Arrmanatha, selama ini salah satu problem besar para buruh migran Indonesia di Johor Baru dan Penang ialah tidak menerima gaji dari majikannya. Makanya, ini jadi fokus perhatian Menteri Retno.
"Fokus Ibu Menteri di sana adalah masalah gaji tak dibayar, penganiayaan, pelanggaran keimigrasian, dan masalah perdagangan narkoba serta pembunuhan atau kriminal lainnya,” kata Arrmanatha.
“Masalah trafficking dan pengurusan pengembalian jenazah WNI atau mereka yang sakit ke Indonesia juga jadi fokus perhatian Menlu."
Kedatangan Retno di Penang dan Johor Baru juga untuk melihat langsung peresmian inovasi baru pelayanan dua Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di sana. Pelayanan itu salah satunya berkaitan dengan pengurusan paspor.
"(Inovasi) terkait inovasi tracking system untuk proses pengajuan paspor bagi WNI di kedua daerah itu, juga terkait pelaksanaan keamanan bagi pelayanan di KJRI," kata Arrmanatha.
Inovasi pelayanan tracking system tersebut diberlakukan lebih dahulu di Penang dan Johor Baru mengingat, dari 1,4 juta WNI yang terdata resmi berada di Malaysia, mayoritas bermukim di dua kawasan tersebut.
"Tapi, itu di luar jumlah WNI yang masuk dan kerja di Malaysia tidak sesuai prosedur resmi (ilegal)," kata Arrmanatha.
Dia menjelaskan sistem ini bisa mengerek kapasitas KJRI dalam melayani pengurusan administrasi para WNI yang hendak kembali ke dalam negeri. Selama ini, KJRI di Johor Baru misalnya, cuma mampu menangani administrasi kepulangan 7 ribuan WNI. KJRI Penang hanya sanggup 5 ribuan WNI.
Arrmanatha menambahkan, di agenda resminya, Menteri Retno tidak memiliki agenda menemui Siti Aisyah, WNI terdakwa pembunuhan saudara tiri pemimpin Korea Utara, Kim Jong-Nam.
Penulis: Dimeitry Marilyn
Editor: Addi M Idhom