tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengakui utang Indonesia belakangan membengkak lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun, dia menegaskan penambahan nilai utang Indonesia itu masih wajar.
"Bahwa utang kita [Indonesia] kenaikannya mungkin sedikit lebih cepat dibanding masa lalu, iya. Tapi, tetap saja beban utang kita enggak termasuk tinggi di antara negara manapun. Seluruh dunia tahu itu," ujar Darmin di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta, pada Rabu (7/3/2018).
Utang luar negeri Indonesia tercatat sebesar 352,247 miliar dolar AS, pada 2017. Angka ini, meningkat dari beban utang pada 2016 yang senilai 320,006 miliar dolar AS. Sedangkan pada 2015, nilai utang luar negeri Indonesia ialah 310,730 miliar dolar AS dan 293,328 miliar dolar AS di tahun 2014.
Darmin menjelaskan pembengkakan utang Indonesia itu terjadi karena pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur. Karena itu, dia mengklaim penambahan nilai utang selama ini justru akan membawa dampak positif.
"Pemerintah enggak menggunakan utang untuk konsumsi. Kami gunakan utang untuk investasi infrastruktur. Jadi, jangan menakut-nakuti diri," kata dia.
Darmin juga berdalih, penambahan nilai utang Indonesia, tetap diiringi dengan indikator fiskal yang baik. Hal ini karena defisit primer nasional sudah mulai menuju angka nol.
"Artinya kita enggak pinjam untuk bayar utang lagi. Dulu kita sempat begitu, karena warisan dari krisis Asia 1998. Memang kita harus bayar utang itu. Sekarang sudah mulai defisit primer 0, mulai arah ke positif," kata Darmin.
Dia optimistis, pada 2019, dampak dari upaya pemerintah mendongkrak pembangunan infrastruktur akan mulai terlihat, yakni ada akselerasi perbaikan ekonomi. Sebab, banyak proyek strategis nasional akan rampung pada tahun tersebut.
Ia mengibaratkan pemerintah Indonesia saat ini seperti pengusaha yang berhutang karena modalnya kurang.
"Hasilnya akan lebih banyak dari utangnya. Kondisi itu membaik atau memburuk? Membaik kan. Oke, itu dia. Kalian yang merasa sakit kalau utangnya naik cepat, harusnya mensyukuri kita bangun infrastruktur dimana-mana," kata Darmin.
Ia mengimbuhkan, dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah tidak perlu lagi menambah jumlah proyek pembangunan infrastruktur strategis nasional.
"Malah dikurangi mungkin. Kan ada saja setelah berjalan 2-3 tahun, kita perkirakan tidak akan bangun fisik 1,5 tahun dari sekarang. Nanti saya jelaskan dalam beberapa hari lagi," ujar dia.
Data Statistik Utang Luar Negeri Indonesia rilisan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia per Desember 2017 menjelaskan rincian pemanfaatan pinjaman itu untuk sektor ekonomi.
Data itu mencatat pemanfaatan utang di sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan ialah 8,003 miliar dolar AS. Lalu, di sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 23,319 miliar dolar AS dan sektor Industri Pengolahan sebesar 36,879 miliar AS.
Selain itu, di sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 28,218 miliar dolar AS, Bangunan sebesar 9,047 miliar dolar AS, Perdagangan, Hotel & Restoran sebesar 10,560 miliar dolar AS dan sektor Pengangkutan & Komunikasi 15,166 miliar dolar AS.
Sedangkan di sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan sebesar 190,780 miliar dolar AS, Jasa-jasa sebesar 18,459 miliar dolar AS dan sektor lain senilai 11,816 miliar dolar AS.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom