Menuju konten utama

Menkes Nyatakan DBD Lebih Berbahaya dari Zika

Menteri Kesehatan Nila Farida Moeloek menyatakan bahwa penyakit Zika pada dasarnya tidak lebih berbahaya dari Demam Berdarah Dengue.

Menkes Nyatakan DBD Lebih Berbahaya dari Zika
Petugas pengendalian hama melakukan pengasapan (fogging) di Aljunied Crescent, Singapura, Sabtu (3/9). Ministry of Health (MOH) dan National Environment Agency (NEA) Singapura telah mencatat sebanyak 215 kasus infeksi Zika. ANTARA FOTO/M N Kanwa.

tirto.id - Virus Zika yang selama ini menjadi perhatian banyak pihak pada dasarnya tidak menyebabkan kematian. Justru penyakit demam berdarah-lah yang mengandung bahaya lebih tinggi dibandingkan Zika.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Nila Farida Moeloek saat mendampingi kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Kabupaten Lebak, Minggu, (11/09/2016). Pernyataan itu dikemukakan oleh Nila untuk menanggapi dugaan penderita Zika yang meninggal di Malaysia.

"Saya kira seorang penderita Zika di Malaysia yang meninggal dunia itu bukan disebabkan virus Zika, namun mereka mengalami komplikasi dengan penyakit penyerta lainnya," ujarnya.

Ia memaparkan, kemungkinan besar korban meninggal di Malaysia disebabkan oleh komplikasi dengan penyakit lain, seperti tekanan darah tinggi, ginjal kronis, sakit otot, rematik, atau jantung koroner.

Nila menyatakan, Zika sebenarnya penyakit yang masuk kategori penyakit ringan dan tidak menyebabkan kematian. Zika baru berbahaya jika diderita oleh ibu hamil yang berpeluang menularkannya kepada janin sehingga dapat menderita cacat lahir mikrosefali.

Menkes justru menggarisbawahi, penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang kerap mewabah di Indonesia menyimpan bahaya lebih besar dibandingkan. Penyebaran Zika, menurutnya, memiliki pola yang hampir sama dengan DBD.

Gejala-gejala yang ditunjukkan Zika pun menyerupai DBD: demam mendadak, ruam kemerahan di kulit, nyeri otot dan sendi, mata merah, pusing, serta lemas.

Menkes mengimbau supaya warga mencegah DBD dan Zika melalui metode pemberantasan sarang nyamuk seperti menguras penyimpanan air dan mengubur atau menutup wadah yang bisa menampung air.

"Kami minta warga agar mengoptimalkan kebersihan lingkungan agar tidak tertular penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk itu," katanya.

Sementara itu, kementerian kesehatan Thailand mengonfirmasi adanya 21 kasus penularan Zika di Bangkok tengah. Salah satu kasus itu dideteksi pada seorang wanita hamil yang telah melahirkan seorang anak tanpa cacat apapun.

Sebanyak 21 kasus penularan Zika telah dikonfirmasi di Bangkok tengah, termasuk pada seorang wanita hamil yang telah melahirkan tanpa cacat, kementerian kesehatan publik Thailand mengatakan pada Minggu, (11/09/2016).

"Dari sebanyak 21 kasus yang telah dikonfirmasi di wilayah Sathorn terdapat seorang wanita hamil yang telah pulih dan berhasil menjalani persalinan tanpa halangan," juru bicara Kementerian Kesehatan Publik Suwannachai Wattanayingcharoenchai kepada Reuters.

Thailand pertama kali mencatat penularan Zika pada 2012 dan Pihak Berwenang Metropolitan Bangkok melaksanakan pengujian rutin terhadap virus itu.

Kasus baru dari Thailand itu menyusul adanya konfirmasi dari Malaysia pada Rabu terkait kasus Zika pertama mereka terhadap seorang wanita hamil, seorang wanita berusia 27 tahun yang tinggal di kota bagian selatan dekat Singapura.

Singapura melaporkan kasus penularan Zika setempat mereka pada 27 Agustus lalu dan jumlah penularan telah meningkat menjadi lebih dari 300 orang sejak saat itu.

"Tidak ada kematian atau pun kecacatan sejauh ini, jadi saya mendesak saudara dan saudari kami untuk tidak panik," ujar Suwannachai.

Baca juga artikel terkait PENYAKIT atau tulisan lainnya dari Putu Agung Nara Indra

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Putu Agung Nara Indra
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra