Menuju konten utama

Menhub Ungkap 2 Hal Penyebab Aspal Bandara Halim Terkelupas

Kemenhub mengundang tim Masyarakat Transportasi Indonesia untuk melakukan kajian penyebab terkelupasnya landasan pacu Bandara Halim Perdanakusuma.

Menhub Ungkap 2 Hal Penyebab Aspal Bandara Halim Terkelupas
Landasan pacu Bandara Halim Perdanakusuma terkelupas setelah pesawat berbadan besar Garuda Indonesia Boeing 777-300ER lepas landas pada Jumat pagi, Jakarta Timur (28/7). Foto/istimewa

tirto.id - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengundang tim dari Masyarakat Transportasi Indonesia untuk melakukan kajian terkait penyebab terkelupasnya landasan pacu Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur usai dilintasi Boeing 777-300 ER milik Garuda Indonesia, pada Jumat (28/7/2017). Akibatnya, bandara itu ditutup selama tiga jam untuk memperbaiki landasan yang terkelupas.

“Saya belum berani menyimpulkan apa penyebabnya, karena kita saat ini sedang mengundang tim Masyarakat Transportasi Indonesia,” kata Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi saat dikonfirmasi Tirto melalui sambungan telepon, Sabtu kemarin.

Dugaan sementara ada dua hal yang menyebabkan landasan pacu bandara tersebut mengelupas. Pertama, kata Budi Karya, karena landasan tersebut digunakan oleh Angkatan Udara, maka pesawat di sana bukan pesawat komersial. Di sana untuk pesawat kecil-kecil tetapi tekanannya tinggi-tinggi.

Penyebab kedua, kata Budi Karya, karena saat ini musim hujan, muka air tanahnya naik. “Jadi mungkin, di beberapa tempat itu, unsur airnya masuk. Ini ada rongga, jadi lapisan atas dan lapisan bawah landasan tidak menyatu, sehingga rapuh. Karena tekanan yang kuat, terjadi pengelupasan,” ujarnya menambahkan.

Pemerintah Tetap Dukung Garuda

Peristiwa terkelupasnya landasan pacu akibat pesawat Boeing 777-300 ER ini mengingatkan publik pada 2013, saat Garuda Indonesia berseteru dengan PT Angkasa Pura. Saat itu, PT Angkasa Pura II, perusahaan negara yang beroperasi di bagian barat Indonesia termasuk Bandara Soekarno-Hatta, mengkritisi pembelian pesawat tersebut karena tak sesuai daya dukung landasan pacu bandara.

Tri Sunoko yang saat itu menjabat sebagai Direktur Utama Angkasa Pura II mengatakan Garuda seharusnya tidak asal membuat perencanaan yang spektakuler, namun tidak didukung fakta dan data yang sebenarnya.

“Mereka terlalu ekspansif, tapi tidak memikirkan kondisi yang ada. Ibaratnya, punya rumah di gang, tapi inginnya punya mobil besar. Tidak muat, tapi tetap dipaksakan, ya jangan kami yang disalahkan dong,” ujarnya seperti dikutipAntara, Agustus 2013.

Menurutnya, perencanaan suatu penerbangan harus dilihat dari banyak aspek, mulai dari landasan, navigasi, cuaca, geometri bandara, dan termasuk kesiapan perusahaan penerbangan itu sendiri. Namun, polemik tersebut menguap setelah Dahlan Iskan yang saat itu menjabat sebagai Menteri BUMN turun tangan.

“Kalau saya, lebih baik jangan mengorek luka lama lah. Semua itu, kan, perbedaan antara Garuda dan AP II. Ini, kan, sudah telanjur ada Boeing 777. Kementerian Perhubungan harus men-support Garuda memiliki pesawat itu,” kata Budi Karya saat disinggung kasus tersebut.

Menurut Budi Karya, kalau ada perbedaan pendapat seharusnya bisa dibicarakan. Terutama Bandara Soetta sedang melakukan peningkatan dengan membuat kapasitas (daya dukung landasan pacu) supaya Boeing 777 bisa mendarat sempurna, dengan kapasitas (pesawat) berpenumpang penuh.

“Boleh. Boleh. Boleh. Dengan catatan tertentu dan sekarang Boeing 777 ke London sudah jalan,” ujarnya menepis anggapan Boeing 777 tidak memungkinkan untuk diterbangkan atau mendarat di Bandara Soetta.

Sebagai informasi, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk telah menyiapkan 14 pesawat berbadan lebar untuk mengangkut jemaah haji Indonesia pada musim haji 2017 atau 1348 Hijriah. Pesawat tersebut terdiri dari tiga Boeing 747-400, lima Boeing 777-300 ER, dan enam Airbus 330-300.

Boeing 777-300 ER, yang dibuat oleh Boeing Commercial Airplanes adalah pesawat berbadan lebar dan bermesin ganda dengan jarak jauh, dan dapat mengangkut antara 314 - 451 penumpang. Akibatnya landasan pacu Bandara Halim Perdanakusuma terkelupas usai dilintasi Boeing 777-300ER milik Garuda tersebut.

Di hari yang sama, pesawat milik perusahaan pelat merah itu pun tidak bisa parkir saat lepas landas di Bandara Minangkabau. Pesawat ini pun membawa rombongan jemaah haji ke Arab Saudi. Solusinya, Garuda Indonesia akhirnya diminta oleh otoritas penerbangan agar mengganti pesawat karena bisa mengganggu penerbangan lain.

“Kalau yang di Minangkabau itu, karena areanya tidak datar. Secara teknis, Boeing menyatakan meminta rekomendasi, proses push back. Tetapi, kita juga melakukan evaluasi setelah ada rekomendasi dari Boeing bahwa tempat itu bisa dan lazim dilakukan push back, maka dilakukan. Jadi lain permasalahan antara Minangkabau dan landasan pacu Bandara Halim yang terkelupas,” kata Budi Karya.

Terkait persoalan tersebut, kata Budi Karya, Kementerian Perhubungan telah memanggil pihak Garuda Indonesia. Menurutnya, Garuda kooperatif. “Ini memang suatu kesalahan tetapi kami membantu menyemangati agar Garuda menyelesaikan masalah. Jadi, untuk apa pun itu, saya mendukung Garuda sebagai flag carrier di Indonesia,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait MASKAPAI PENERBANGAN atau tulisan lainnya dari Abdul Aziz

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Arbi Sumandoyo
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz