tirto.id - Sangat sering terdengar ucapan bahwa inti dari puasa Ramadan ialah pengendalian diri. Setiap hari, sejak matahari terbit hingga terbenam, muslim diwajibkan untuk tak tunduk kepada dorongan-dorongan alamiah dalam diri masing-masing, mulai dari rasa lapar, syahwat, hingga amarah. Dalam keadaan yang demikian berat, wajar bila teks-teksi suci agama Islam menyatakan bahwa peribadatan selama Ramadan menjadi istimewa: nilainya jadi berlipat ganda dan ia menghapuskan dosa-dosa.
Di bawah ini, Tirto menampilkan sejumlah pernyataan tentang Ramadan yang beredar di sekitar kita, yang sebagian di antaranya sudah terbiasa dimamah begitu saja sebagai kebenaran, dan membandingkannya dengan data-data.
Apakah benar menahan lapar dan haus ialah tantangan besar dalam berpuasa? Benarkah puasa membuat orang sulit berkata jujur? Apakah semua orang mengisi waktu setelah makan sahur dengan menonton acara-acara lawak di televisi, tak peduli kualitasnya mengerikan? Segawat apa, sih, kejadian yang umumnya membikin marah orang-orang yang berpuasa?
Meskipun populer dan sering diulang-ulang, sejumlah anggapan tentang Ramadan bisa saja meleset. Sebagian sudah ketinggalan zaman, dan sebagian lagi memang tak pernah punya dasar faktual yang kokoh.
Menurut hasil survei 9APPS tahun 2016 yang melibatkan 8.084 responden internet di Indonesia, menahan lapar dan haus saat puasa bukanlah tantangan yang besar. Dari survei itu terungkap, tantangan terbesar saat berpuasa justru menahan amarah.
Saat berpuasa, amarah merupakan hal yang dapat menyebabkan puasa menjadi batal. Mayoritas responden mengungkapkan penyebab utama mereka marah saat berpuasa adalah terjebak dalam kemacetan jalan.
Ada anggapan jujur saat berpuasa itu sulit. Dalam survei menunjukkan jujur saat berpuasa malah bukanlah hal yang sulit. Misalnya, sebanyak 51% orang tetap jujur untuk tetap membayar ongkos bus.
Sahur yang menjadi aktivitas rutin selama Ramadan identik diisi oleh kegiatan makan kemudian nonton TV saja. Namun kenyataannya, banyak responden yang berselancar di internet ke situs belanja saat sahur.
Sudah hal yang lazim di bulan Ramadan adalah bulan untuk mengumpulkan pahala. Salah satu bentuk mendapatkan pahala, terungkap adanya minat yang besar dalam upaya memperdalam pengetahuan dan praktik agama selama Ramadan.
Penulis: Dea Anugrah
Editor: Suhendra