tirto.id - Kamis (14/6/2018) kemarin, pukul 21.00, Jalan KS Tubun, Palmerah, Jakarta Barat, tampak ramai betul. Ada puluhan motor berjejer, beberapa sedan, ambulans dan dua mobil bak terbuka yang telah dimodifikasi. Mobil-mobil ini membuat lalu lintas tersendat.
Di atas kendaraan itu dan juga di jalanan sudah ada ratusan orang yang berpakaian serba putih dengan emblem hijau bertuliskan: Front Pembela Islam (FPI).
Mereka hendak takbir keliling, dan saya mengikuti semua gerak-gerik sedari awal, membaur bersama massa.
Mobil bak pertama yang berwarna putih dan berpengeras suara mulai bergerak. Mobil ini memimpin rombongan. Mereka menyebutnya Mobil Komando.
"Mohon bagi jemaah jangan ada yang di depan komando!" ucap seorang orator dari mobil tersebut dengan nada tegas.
Massa bergerak ke Jalan Letjen S. Parman. Sepanjang itu gema takbir tak berhenti. Tabuhan dua beduk yang ada di mobil komando menambah semarak suasana. Selain bertakbir, ada juga para peserta rombongan yang mengabadikan momen tersebut dari gawai mereka. Pun tidak sedikit masyarakat yang kebetulan dilewati turut mengabadikan momen tersebut.
"Jepret... jepret..." suara kamera terdengar berkali-kali. Sesekali kilat dari lampu flash ponsel merebak.
Gema takbir dan beduk tak juga berhenti sampai rombongan berada di Jalan Gatot Subroto, yang pada hari biasa tidak pernah tidak macet, pukul 21.30.
Rute Takbir
Ada empat mobil dan dua motor patroli lalu lintas dari Polda Metro Jaya yang menemani rombongan FPI. Setidaknya itu yang terlihat. Tiga mobil berada di belakang, sisanya ada di depan rombongan.
Para polisi, yang masih bekerja ketika sebagian besar masyarakat sedang menikmati liburan, membantu arus lalu lintas tetap lancar. Selain mereka yang sejak awal mengiringi massa, ada pula beberapa polisi lain yang ditempatkan di beberapa titik. Tampaknya memang sengaja ditugaskan mengatur arus lalu lintas selama takbir keliling.
Aparat sempat tiga kali menghentikan arus lalu lintas, yang malam itu cukup padat, untuk memberikan kesempatan rombongan FPI lewat.
Polisi sempat menghentikan para pengendara dari arah Jalan Pejompongan IV menuju jalan Gatot Subroto. Mereka juga menghentikan pengendara biasa yang melaju dari Jalan Jenderal Soedirman ke arah Jalan Gatot Subroto, dan dari Jalan Prof Dr Soepomo menuju arah Jalan MT Haryono.
Dari Jalan MT Haryono, rombongan menuju Jalan Otto Iskandar Dinata dan Jalan Jatinegara Barat. Di sana mereka disambut gema takbir dan tabuhan beduk dari kelompok yang juga sedang melaksanakan takbir.
Rute lain yang mereka lewati setelah itu adalah Jalan Matraman, Jalan Salemba Raya, Jalan Kramat Raya, belok kiri menuju Jalan Kramat Kwitang, dan Jalan Medan Merdeka Selatan, sebelum akhirnya kembali ke Jalan KS Tubun, tepatnya di Kantor Dewan Pimpinan Pusat FPI, sekitar pukul 00.30 malam.
Tak Ada Pidato Politik
Berbeda dengan penampilan publik mereka pada hari-hari biasa, tidak ada satu pun pidato politik yang dikumandangkan FPI pada malam itu. Mereka tak bicara, misalnya, soal pemilu 2019, atau masalah-masalah politik terkini.
Kalaupun ada, itu sebatas pernyataan Ketua Media Lembaga Dakwah FPI, Novel Bamukmin, mengenai Anies Baswedan, Gubernur DKI. Itu pun tidak dilakukan di atas mobil komando, tapi hanya dalam perbincangan empat mata dengan Tirto.
Novel mengklaim Anies Baswedan sangat mendukung kegiatan mereka.
"Tahun ini gubernur sangat mendukung adanya takbir akbar dan tadi berjalan sukses. Ini menandakan betul kalau kita dilindungi, diayomi dan saling mendukung syiar Islam. Alhamdulillah," ucap Novel.
Novel mengkontraskan apa yang mereka rasakan saat ini dengan masa kepemimpinan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama. Tahun 2016 lalu Ahok pernah melarang FPI menyelenggarakan takbir keliling.
"Makanya takbir akbar kali ini kita merayakan bersama setelah selama ini dilarang," ujarnya.
Novel mengatakan kalau kegiatan mereka pada dasarnya sama seperti takbiran-takbiran pada umumnya: sebagai bentuk rasa syukur telah melaksanakan puasa sebulan lamanya.
"Makna takbiran ini adalah tanda bahwa kita menyelesaikan kewajiban kita umat Islam. Ibadah puasa," kata Novel.
Ada alasan khusus kenapa yang mereka lakukan adalah takbiran keliling, bukan takbir di tempat tertentu saja. Novel menganggap agenda tahunan tersebut juga merupakan bagian dari menyebarkan pesan-pesan Islam bagi semua orang.
"Kita mau takbir ini juga jadi syiar Islam," katan Novel, yang juga merupakan juru bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212.
Penulis: Naufal Mamduh
Editor: Rio Apinino