tirto.id - Dibanding Anies Baswedan, Sandiaga Uno lebih sering melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Sejak menjabat Oktober tahun lalu, Anies telah mendatangi Maroko (18 April), Turki (20 April), dan Los Angeles-Amerika Serikat (AS). Sementara Sandiaga, pada periode yang sama, telah melakukan lima kali kunjungan.
Selasa (31/7/2018) kemarin, bekas ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HMPI) ini terbang ke Moskow, Rusia. Selain Moskow, Sandi juga telah mengunjungi Uni Emirat Arab (15/11/2017), Jepang (19/2/2018), Amerika Serikat (24/6/2018), dan Singapura (9/7/2018) untuk keperluan yang berbeda-beda.
Pro-Kontra Perjalanan Dinas
Sejak dulu, perjalanan dinas ke luar negeri yang dilakukan oleh pejabat negara selalu disorot publik. Para pejabat kerap dianggap hanya buang-buang uang tanpa hasil sama sekali.
Namun, menurut peneliti kebijakan publik dari Universitas Indonesia (UI), Defny Holidin, vonis "pukul rata" seperti itu tak tepat. Perlu atau tak perlunya kunjungan ke luar negeri harus dilihat kasus per kasus.
Defny mengatakan ada keperluan dinas yang tak perlu kunjungan langsung, namun ada pula yang memang harus datang.
"Karakter keperluan dinas yang tak perlu kunjungan langsung misalnya promosi, atau dalam rangka studi untuk mempelajari sesuatu yang baru. Sementara yang perlu hadir langsung biasanya untuk membuat keputusan yang konklusif dengan pihak lain," kata Defny kepada Tirto, Rabu (1/8/2018).
Sandiaga Sendiri pergi ke Moskow dalam rangka pembahasan sister city. Moskow adalah satu dari 21 sister city Jakarta—kota beda negara yang menjalin kerja sama dalam beragam bentuk.
Total ada 21 sister city Jakarta, yang tersebar di lima benua. 10 kota di Asia, tujuh di Eropa, dua di Afrika dan satu di AS dan Australia.
Proyek sister city sendiri masuk kategori kedua alias harus didatangi langsung. "Sudah protokolernya kalau bahas sister city wali kota biasanya datang langsung," ujar Defny. Mendatangi sister city langsung juga merupakan simbol untuk menunjukkan keseriusan kerja sama.
Relasi Jakarta dengan Moskow telah dimulai sejak 2006, dan diperpanjang pada masa Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat pada Agustus 2017. Kedatangan Sandiaga ke sana adalah untuk melanjutkan apa yang telah disepakati Djarot.
Antara melaporkankerjasama yang sedang diupayakan adalah mengenai sistem tata kota, termasuk soal transportasi publik, juga bidang olahraga. Moskow, kata Djarot kala itu, butuh pelatih bulutangkis dari Indonesia. "Sedangkan kita butuh pelatih senam, gulat, voli, dan sepakbola," katanya.
Ketika berangkat ke Dubai, Sandiaga Uno punya satu agenda: memaparkan proyeksi ekonomi Jakarta lima tahun ke depan. Di Tokyo, Sandi mempelajari bagaimana pemerintah Jepang mempersiapkan Olimpiade Tokyo 2020 untuk diimplementasikan pada Jakarta yang hendak menyelenggarakan Asian Games.
Di Amerika Serikat, Sandi mempelajari teknologi Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang berkaitan dengan cara mengatasi kemacetan. Terakhir, di Singapura, Sandiaga menghadiri World Cities Summit 2018, sebuah forum yang membahas "smart city", dihadiri oleh pejabat pemerintah dan pakar.
Defny tak bisa menilai apakah seluruh kunjungan ini memang harus dilakukan atau ada yang sebetulnya tak perlu.
"Saya belum melakukan eksaminasi atas lima kunjungan kerja pak Sandiaga dalam setahun ini, tetapi harus diperlakukan case by case," katanya.
Berapa Anggarannya?
Detail biaya dinas Sandiaga Uno tidak kami temukan dalam situs e-budgeting DKI Jakarta. Lagipula, tak semua perjalanan dinas ini memakai uang negara, misalnya lawatan ke Jepang.
Total anggaran yang disediakan untuk perjalanan dinas gubernur-wakil gubernur, juga termasuk pejabat dinas (eselon III, eselon IV, fungsional, pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja dan bukan pegawai), baik dalam maupun luar negeri tahun ini dipatok sebesar Rp54.585.504.000.
Jumlah sebesar itu masuk dalam pos Program Pengelolaan Keuangan Perjalanan Dinas, untuk kegiatan Pelaksanaan Kunjungan Kerja Pejabat dan Staf.
Dari total alokasi sebesar Rp54,5 miliar untuk perjalanan dinas eksekutif, komponen biaya perjalanan dinas luar negeri yang diungkap dalam situs hanya biaya asuransi perjalanan dinas luar daerah sebesar Rp55.784.000 dan biaya bagasi perjalanan dinas luar negeri sebesar Rp125.000.000.
Menurut situs Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Pemprov DKI, hingga Juli kemarin total realisasi untuk pos anggaran ini sudah mencapai 38,3 persen. Angka serapan ini masuk dalam kategori amat baik.
Dengan demikian, perjalanan dinas Gubernur-Wakil Gubernur DKI berkontribusi membuat serapan anggaran mencapai target. Namun, seperti kata Defny, hal itu tak bisa dijadikan patokan keberhasilan. Perlu ada pertanggungjawaban lebih lanjut ketika mereka kembali.
"Jangka pendek harus ada sosialisasi, tanggung jawab apa yang sudah dihasilkan. Tidak hanya ke jajaran pemprov, tapi juga ke publik. Jangka panjangnya ya ada dampak ke pembangunan," kata Defny.
Penulis: Rio Apinino
Editor: Maulida Sri Handayani