Menuju konten utama

Menghilang Lama di Lautan dan Berhasil Kembali

Mereka bertahan dengan meminum air hujan dan memakan hewan yang mereka "temukan" di laut.

Menghilang Lama di Lautan dan Berhasil Kembali
Ilustrasi bertahan hidup di laut. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Pada hari Senin (03/07/2018), warga Sukabumi dihebohkan dengan ditemukannya Nining Sunarsih, warga yang hilang di Pantai Citepus Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat sekitar 18 bulan lalu, pada 8 Januari 2017. Dilansir Antara, badan SAR Nasional (Basarnas) langsung mengecek penemuan tersebut dan mencari tahu terkait musibah hilang tenggelam yang menimpa Nining.

“Kami datang ke rumah Nining di Kampung Cibunar, Desa Gede Pangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi untuk mencari keterangan perihal kejadian ini,” kata Ketua Basarnas Pos Sukabumi, Aulia Solihanto.

Saat itu, Aulia menerima laporan bahwa ada wisatawan wanita yang terseret arus laut di Pantai Citepus dari Polsek Pelabuhan Ratu dan langsung melakukan pencarian. Namun setelah tujuh hari pencarian, Nining tak ditemukan.

Di luar spekulasi tentang keberadaan Nining selama 18 bulan terakhir, ada kasus-kasus orang yang bisa bertahan di lautan dalam waktu relatif lama. Pada 2014, warga Kepulauan Marshall yang berada di Samudera Pasifik menemukan Jose Salvador Alvarenga, warga Meksiko yang dikabarkan hilang saat berlayar pada 2012. Saat itu, perahu yang digunakan oleh Alvarenga diterjang badai.

Dalam kesaksiannya yang ditulis CNN, Alvarenga mengaku bahwa tantangan terbesar untuk bisa bertahan di lautan bebas bukanlah rasa lapar, melainkan haus. “Kami harus meminum urine setelah badai. Akhirnya hampir sebulan kemudian, kami meminum air hujan,” kata Alvarenga.

Selain meminum urine dan air hujan, Alvarenga juga menceritakan bahwa ia memakan kura-kura, hiu, dan rumput laut untuk memenuhi kebutuhan protein. Ia pun juga meminum darah hewan-hewan tersebut saat tak ada air yang dapat ia konsumsi.

Tak hanya Alvarenga, sebelumnya di tahun 2006, tiga nelayan asal Meksiko yakni pun ditemukan dalam keadaan selamat setelah dikabarkan hilang selama 9 bulan. Jesus Vidana, Lucio Rendon, dan Salvador Ordonez dihantam badai saat sedang mencari ikan di laut. Saat ditemukan, mereka menceritakan jika mereka dapat bertahan dengan memakan ikan, burung, dan air hujan.

Dalam tragedi itu, mereka menceritakan jika 2 orang temannya yang lain telah meninggal karena tidak cocok dengan makanan yang mereka konsumsi, dan hanyut di lautan.

Selain cerita Alvarenga dan Jesus Vidana cs., dunia telah beberapa kali mencatat kasus serupa yang bahkan telah terjadi pada puluhan tahun silam. Seperti kejadian yang menimpa Poon Lim pada 1943 yang bertahan selama 133 hari di Atlantik, dan Steven Callahan yang dapat hidup selama 76 hari di Atlantik pada 1982.

Ketahanan Tubuh Manusia

Kisah tentang orang hilang berbulan-bulan di laut lepas ditelaah secara ilmiah. Claude Piantadosi, profesor kedokteran dari Duke University Medical Center, Durham, North Carolina mengatakan orang dapat bertahan hidup dalam kondisi terombang-ambing di tengah laut lebih dari setahun adalah hal yang masuk akal.

Untuk bisa bertahan dalam kondisi ekstrem, hal yang harus diperhatikan oleh manusia adalah oksigen, suhu badan, air, dan makanan.

“Secara umum, manusia bisa bertahan hidup tanpa makanan dalam waktu 5 hingga 6 minggu,” ujar Piantadosi seperti dikutip National Geographic. Ia pun menyampaikan, untuk dapat bertahan hidup, yang terpenting adalah kesediaan air. Setiap hari, manusia membutuhkan setidaknya asupan cairan 1,5-2 liter.

infografik salam dari poseidon

Cara Bertahan Hidup di Tengah Laut

Ahli fisiologi dari Portsmouth University, Prof. Mike Tipton membeberkan, saat berada dalam kondisi ekstrim seperti di tengah laut, manusia dapat memenuhi asupan cairan tubuhnya dengan mengonsumsi air hujan setidaknya 300-500 mL setiap hari. Jika tak ada hujan, kita bisa menggantinya dengan meminum darah kura-kura atau penyu. Biasanya, setiap 20 kilogram kura-kura/penyu akan menghasilkan 1 liter darah. Tanpa minum, umumnya manusia bisa bertahan hingga 7 hari.

“Untuk makanan, kamu lebih baik mengonsumsi makanan berlemak dan mengandung gula,” ujar Tipton seperti dikutip BBC. Saat berada di lautan lepas, hewan yang baik untuk dikonsumsi adalah kura-kura atau penyu, sebab daging di bawah cangkang hewan tersebut mengandung lemak yang baik untuk tubuh.

Dalam artikel berjudul “Stranded at sea? Follow This 7 Step Extreme Survival Guide”, Rich Johnson melarang kita untuk meminum air laut, sebab kandungan garamnya dapat mempercepat proses dehidrasi dan menyebabkan kematian. Selain air garam, manusia pun sebaiknya tidak meminum air kencingnya sendiri, karena air kencing juga bisa menyebabkan dehidrasi.

Selain itu, kita juga dianjurkan untuk tidak mengonsumsi ikan, sebab ikan memiliki kandungan protein yang tinggi. Kandungan protein pada ikan tersebut dapat mempercepat proses dehidrasi pada tubuh manusia.

Faktor lain yang tak kalah penting untuk dapat bertahan hidup di tengah laut adalah suhu tubuh. Di daerah tropis, sinar matahari dapat meningkatkan dehidrasi. Meski begitu, hipotermia juga merupakan musuh utama para survival saat berjuang di laut lepas. Untuk bisa bertahan dalam kondisi tersebut, survival haruslah menampung banyak air hujan. Agar tetap hidup, manusia harus mempertahankan suhu tubuhnya pada 27oC.

Kita pun wajib berhati-hati terhadap serangan hewan laut seperti hiu. Jika hiu hendak memangsa kita, biasanya punggung mereka akan membungkuk dan menurunkan siripnya. Hiu akan memangsa makanannya secara zig-zag. Untuk menghindarinya, kita bisa menusuk hidung, insang, atau matanya.

Baca juga artikel terkait ORANG HILANG atau tulisan lainnya dari Widia Primastika

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Widia Primastika
Editor: Maulida Sri Handayani