Menuju konten utama

Mengenal Virus Corona, Teror Wabah setelah SARS dan MERS  

Gejala virus korona mirip dengan pneumonia dan hingga kini belum ada vaksin.

Mengenal Virus Corona, Teror Wabah setelah SARS dan MERS  
Ilustrasi virus Korona. foto/istockphoto

tirto.id - Ramy Inocencio dari CBS News bercerita bagaimana penduduk Wuhan, sebuah kota di Cina dengan penduduk 11 juta orang, geger setelah banyak orang serentak jatuh sakit setelah mengunjungi pasar grosir makanan laut Hua Nan. Jumlah penderita meningkat cepat. Anehnya, sebagian besar dari mereka tak pernah mengunjungi pasar.

Pasar tersebut akhirnya ditutup pada 1 Januari 2020 untuk sanitasi dan desinfeksi.

Sepanjang 31 Desember 2019 sampai 5 Januari 2020, 59 orang dirawat di rumah sakit dengan gejala pneumonia--infeksi pada jaringan dan kantung udara di paru-paru. 7 orang di antaranya kritis, 2 lain meninggal pada 16 dan 17 Januari.

Jumlah korban jiwa mencapai 9 orang pada Rabu (22/1/2020).

Pangkal musababnya akhirnya diketahui: Novel Coronavirus (2019-nCoV), jenis virus baru yang satu keluarga dengan virus penyebab SARS dan MERS. Orang yang terinfeksi virus ini akan memiliki gejala mirip pneumonia.

Presiden Cina Xi Jinping, dalam komentar publik pertamanya tentang wabah tersebut, mengatakan para korban itu benar-benar "terkontaminasi" Corona.

Virus jenis ini biasanya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, khusus kasus ini, penularan terjadi dari manusia ke manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut ada beberapa virus Corona yang diketahui beredar pada hewan dan belum ditularkan ke manusia.

WHO mengatakan akan mengadakan pertemuan darurat di Jenewa, Swiss, untuk menentukan apakah wabah ini perlu ditingkatkan ke level darurat.

Belum Ada Vaksin, Menyebar ke Mana-Mana

Diwartakan USA Today, tanda-tanda umum infeksi Corona adalah demam, batuk, sesak napas dan kesulitan bernapas. Pada kasus yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan kematian.

Virus dapat menyebar dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin, atau kontak dekat. Orang yang kebetulan berdekatan dengan objek yang tertempel virus juga bisa terinfeksi.

Belum ada vaksin yang bisa mencegah infeksi Corona. Saat ini tengah ada sembilan studi yang mengembangkan itu.

"Pengembangan vaksin adalah proses yang kompleks, dan belum bisa tersedia besok," kata Nancy Messonnier, direktur Pusat Nasional Imunisasi dan Penyakit Pernapasan.

Meskipun tidak ada obat khusus untuk Corona, langkah-langkah pengobatan yang disarankan mirip dengan flu, yaitu istirahat dan minum banyak cairan.

Wabah ini ternyata tak hanya muncul di Cina. Pekan lalu Jepang dan Thailand masing-masing mengonfirmasi menemukan satu dan dua kasus Corona. Sementara Korea Selatan pada Senin (20/1/2020) lalu.

Dari empat kasus yang terdeteksi di luar Cina itu, para pasien diketahui pernah melakukan perjalanan dari Wuhan. Dengan demikian, sumber penyakitnya sangat mungkin sama.

Karena itu tidak heran banyak negara yang cepat merespons. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, misalnya, mengerahkan sekitar 100 pekerja untuk memeriksa penumpang yang ada di bandara New York, Los Angeles, dan San Francisco. Sekitar 5.000 penumpang dari Wuhan diperkirakan akan melewati bandara itu dalam beberapa minggu mendatang.

Di Hong Kong, rumah sakit menaikkan tingkat siaga menjadi serius dan menerapkan pemeriksaan suhu.

Sementara di Cina sendiri, pekerja maskapai menjalankan pemeriksaan suhu pada setiap penerbangan yang meninggalkan Wuhan. Para ilmuwan di negeri tersebut juga terus melakukan riset. Mereka sudah menentukan urutan DNA dari Corona yang dapat membantu mengembangkan perawatan dan vaksin.

Indonesia juga merespons ancaman virus anyar ini. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan alat sensor suhu tubuh disiapkan pada 135 pintu masuk-keluar Indonesia.

"135 pintu negara baik udara, laut, maupun darat," kata Anung, dilansir situsweb Setgab, Rabu (22/1/2020).

Alat sensor ini akan menunjukkan warna merah saat mendeteksi orang yang suhu tubuhnya di atas 38 derajat celcius. Mereka akan mendapat perhatian khusus.

Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Bandara Soekarno-Hatta Anas Maruf mengatakan peningkatan kewaspadaan di bandara, terutama pada penerbangan langsung dari Cina ke Indonesia, dengan mengaktifkan thermal scanner, memberikan health alert card, dan KIE kepada penumpang.

”Dalam kondisi rutin, seluruh kedatangan internasional semua selalu dilakukan pemeriksaan termo scanner meskipun tidak ada penyakit yang diwaspadai. Kalau ada penyakit yang diwaspadai, maka kita tingkatkan pengamanannya," ucap Anas.

Baca juga artikel terkait WABAH VIRUS KORONA atau tulisan lainnya dari Restu Diantina Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Restu Diantina Putri
Editor: Rio Apinino