tirto.id - Ada banyak pengguna media sosial yang tidak bisa mengenal batas terkait apa yang boleh dia sampaikan atau tidak di dunia maya. Akhirnya, berbagi aktivitas atau apa pun secara berlebihan di media sosial dianggap sebagai hal yang biasa, bahkan menarik untuk dilakukan.
Amy Morin, psikolog yang mempelajari fenomena ini, menyebut berbagi aktivitas secara berlebihan di media sosial ini sebagai oversharing. Melansir Forbes, oversharing merupakan istilah untuk menyebut seseorang yang menjadikan media sosial seperti buku diary.
Tipe-tipe oversharing di media sosial
1. Suka berbagi foto
Tak hanya sekadar foto pribadi, dilansir dari says.com, orang yang masuk dalam kategori oversharing juga mengunggah gambar sensitif dan mencolok, bahkan menampilkan foto porno atau kekerasan. Misalnya, saat kecelakaan pesawat, dia mengunggah foto potongan jenazah atau barang yang ditemukan tim SAR.
Pikirkan sebelum Anda mengunggah dan berbagi. Periksa sumber Anda di Internet untuk mengetahui kebenaran sebelum membagikannya. Selain itu, selalu tanyakan pada diri Anda dengan: "Bagaimana perasaan Anda jika ini adalah foto seseorang yang Anda kenal tersebar di media sosial?"
2. Terus memberi tahu lokasi keberadaan
Biasanya, tipe seperti ini seolah pamer dengan kegiatannya. Awalnya hanya untuk eksis di media sosial. Namun hal itu justru membahayakan keselamatan dirinya.
Bahayanya memberi tahu di mana Anda berada adalah orang menjadi tahu kalau rumah dalam keadaan kosong. Anda tidak pernah tahu teman Anda di dunia maya. Bisa saja, salah satu dari mereka merupakan salah satu komplotan penjahat, siap menyatroni rumah dalam kondisi kosong. Atau Anda bisa jadi korban perampokan.
3. Tidak berpikir saat membuat status
Banyak orang tidak menyadari bahwa hal-hal yang mereka jadikan status di media sosial bisa berdampak pada masa depan mereka sendiri.
Menurut survei tahun 2013 oleh Kaplan Test Prep, saat ini ada banyak perguruan tinggi yang menerima mahasiswa dengan melakukan pencarian online (29 persen) atau mengunjungi profil jejaring media sosial pelamar (31 persen).
Maka, bijaklah saat berperilaku di media sosial. Sebab, apa pun yang Anda tuliskan di media sosial, itu bisa menjadi rekam jejak dalam hidup Anda.
4. Suka memamerkan kekayaan
Ternyata, suka memamerkan kekayaan di media sosial bisa berdampak buruk terhadap penggunanya. Menurut Biro Statistik Keadilan AS, diperkirakan 16,6 juta orang Amerika menjadi korban pencurian identitas pada tahun 2012 saja. Kerugian finansial para korban ini bertambah hingga 24,7 miliar dolar AS. Bagi pencuri identitas, media sosial adalah tempat berburu informasi pribadi.
Becky Frost, manajer pendidikan konsumen untuk layanan ProtectMyID dari Experian, mengatakan bahkan sesuatu yang tampaknya tidak berbahaya seperti nama anjing Anda atau nama gadis ibu Anda dapat membahayakan rekening bank atau kartu kredit Anda. Nama-nama itu mungkin menjadi bagian dari pertanyaan keamanan atau sandi rekening bank Anda.
5. Selalu mengeluh tentang pekerjaannya di medsos
Tidak ada salahnya mengeluh tentang pekerjaan atau marah pada atasan, asalkan tidak tergoda untuk curhat di media sosial. Ketika marah, mungkin lupa untuk berpikir jernih sehingga mengeluarkan kata-kata kasar. Hal itu bisa menjadi bumerang bagi diri Anda, bahkan bisa menyebabkan kehilangan pekerjaan.
6. Terlalu banyak mengunggah foto dan informasi anak
Terlalu banyak membagikan foto dan informasi mengenai anak juga tidak bagus karena bisa membuat anak Anda menjadi incaran penculikan. Apalagi saat ini ada istilah "penculikan digital", seperti mencuri foto anak dari media sosial. Kemudian, membagikannya kembali dan seolah-olah itu adalah anak mereka. Dalam kasus lain, foto anak-anak menjadi sasaran lelucon dan penindasan dunia maya.
7. Mengunggah sesuatu yang bisa berurusan dengan hukum
Hati-hati saat mengunggah sesuatu di media sosial, bisa saja itu berkaitan dengan hukum. Misalnya, mengunggah foto atau video mengemudi sambil minum alkohol. Niat awalnya hanya sekadar eksis, tapi kegiatan itu melanggar hukum. Dari bukti foto itu, polisi bisa meringkus Anda.
Penulis: Desika Pemita
Editor: Alexander Haryanto