Menuju konten utama

Mengenal Teori Pelabelan dalam Perspektif Sosiologi

Mengenal teori pelabelan yang disematkan pada seseorang dalam perspektif sosiologi.

Mengenal Teori Pelabelan dalam Perspektif Sosiologi
Ilustrasi dikucilkan. foto/istockphoto

tirto.id - Sebagian orang pasti pernah mendapatkan pandangan negatif dari orang-orang sekitar akibat dari sesuatu yang dilakukannya atau justru Anda sendiri juga pernah mengalami kejadian ini.

Hal tersebut dalam sosiologi dikenal dengan teori pelabellingan, di mana secara umum dijelaskan sebagai suatu kondisi seseorang mendapatkan label dari orang lain atas apa yang mereka lakukan.

Seringkali hal yang dilakukan tersebut dipandang menyimpang dan tidak pantas untuk dilakukan.

Teori pelabelan pertama kali dikemukakan oleh Howard Bercker pada tahun 1963 melalui karyanya yang berjudul “Outsiders”.

Teori pelabelan dalam sosiologi bersumber dari perspektif interaksionisme simbolik, di mana menurut interaksionisme simbolik dipahami bahwa dalam aktivitas sosial digunakan berbagai jenis simbol dalam melakukan interaksi sosial satu sama lain.

Dalam hal ini, teori labelling juga melakukan suatu interaksi antar individu yang menggunakan bahasa dan simbol sebagai dasar pemaknaan.

Bahasa dan simbol tersebut kemudian menjadikannya sebagai suatu label terhadap seseorang atas suatu aktivitas yang dianggap menyimpang.

Teori Pelabelan dan Penyimpangan

Menurut Bernburg, teori pelabelan cenderung memberikan pendekatan sosiologis yang berfokus pada suatu perkembangan kejahatan dan penyimpangan.

Beberapa ahli dalam teori ini beranggapan bahwa munculnya teori ini disebabkan oleh adanya label terhadap perilaku yang menyimpang atau tidak pantas.

Label tersebut menurut para ahli dapat muncul sebagai akibat dari adanya individu yang kuat dan negara yang menciptakan pandangan terkait suatu bentuk kejahatan.

Teori labelling kemudian difokuskan pada reaksi masyarakat terkait bentuk suatu kejahatan dan penyimpangan.

Hal tersebut memudahkan mereka untuk memberikan pandangan kepada orang lain yang dianggap melakukan hal menyimpang.

Satu hal yang berbahaya menurut beberapa teori terkait hubungan dari teori pelabelan dan penyimpangan adalah ketika orang yang diberikan label menerima atas pelabelan tersebut.

Hal tersebut menjadikan proses penilaian yang menjadi direfleksikan, sehingga memungkinkan orang tersebut dapat melakukan seperti apa yang dilabelkan pada dirinya di kemudian hari.

Menurut Johanes Knutsson, dalam jurnal disebut sebagai deviasi primer, yaitu sebuah asumsi bahwa tindakan seseorang di masa sekarang dan yang akan datang dapat digambarkan menyimpang.

Secara umum hal-hal tersebut menjadikan pelabelan sebagai sebuah identitas yang diberikan kepada seseorang untuk mendiskreditkan akan suatu bentuk permasalahan yang menyimpang.

Dampak dari Labelling

Dilihat dari berbagai latar belakang dan prosesnya, labelling memberikan berbagai dampak dalam kehidupan tiap individu.

Berdasarkan yang disampaikan pada jurnal Bernburg, disebutkan di antaranya terdapat 3 dampak yang dapat terjadi:

1. Konsep diri menyimpang

Menurut Matsueda (1992) dalam Burnberg, citra individu dibentuk dalam proses penilaian yang direfleksikan.

Hal tersebut bermakna bahwa tiap individu membentuk dirinya sendiri berdasarkan pengalaman mereka berinteraksi dengan orang lain.

Kemudian melalui pengalaman tersebut, orang belajar bagaimana mendefinisikan diri mereka sendiri.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dengan adanya pelabelan yang mengarah pada stereotipe negatif dapat berdampak pada individu yang dilabeli menyimpang.

Sehingga dalam hal ini dapat merubah konsep diri orang yang mungkin akan mulai melihat dirinya menyimpang dan memungkinkan untuk melakukan penyimpangan pula.

2. Pengucilan Sosial

Dengan adanya pelabelan negatif dapat berdampak pada pengucilan individu terhadap orang lain seperti rekan kerja, komunitas, bahkan sampai lingkungan terdekat.

Hal tersebut akibat kurangnya penerimaan atas label yang diberikan pada seseorang. Tidak jarang juga muncul reaksi negatif lain yang mengarah pada tindak kekerasan fisik maupun verbal.

Selain pengucilan, juga dapat berdampak pada penarikan sosial. Seorang individu yang merasa memiliki permasalahan dapat mengalami hilangnya kepercayaan diri dan rasa ingin berinteraksi dengan orang lain.

Sehingga memutuskan untuk menarik dirinya dari masyarakat dengan menutup diri dan memilih untuk tidak melakukan aktivitas sosial.

3. Keterlibatan dalam Kelompok Menyimpang

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yang bahaya dari proses pelabelan ini adalah ketika individu menerima label negatif yang diberikan kepada dirinya.

Dengan begitu memungkinkan untuk dirinya berlaku seperti apa yang orang lain pikirkan. Sehingga tidak sedikit pula justru mereka terlibat dan bergabung dengan kelompok menyimpang tersebut.

Dengan keterlibatannya pada kelompok tersebut, dapat memfasilitasi mereka dalam mengembangkan aktivitasnya dalam proses yang menyimpang.

Baca juga artikel terkait LABELLING THEORY atau tulisan lainnya dari Muhammad Ibnu Azzulfa

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Muhammad Ibnu Azzulfa
Penulis: Muhammad Ibnu Azzulfa
Editor: Dhita Koesno