Menuju konten utama

Mengenal 'Quarantine Fatigue': Kelelahan Karantina Akibat Pandemi

Dalam situasi pandemi virus Corona (COVID-19) seperti sekarang ini, banyak orang yang mengalami quarantine fatigue atau kelelahan karantina.

Mengenal 'Quarantine Fatigue': Kelelahan Karantina Akibat Pandemi
Ilustrasi kelelahan. Getty Images/iStockPhoto

tirto.id - Dalam situasi pandemi virus Corona (COVID-19) seperti sekarang ini, banyak orang yang mengalami quarantine fatigue atau kelelahan karantina.

Quarantine fatigue adalah keletihan mental di pengujung hari. Gejalanya sangat personal, tergantung bagaimana seseorang merespons situasi pandemi.

Mary Fristad, psikolog The Ohio State University Wexner Medical Center, kepada Healthline mengatakan, quarantine fatigue disebabkan karena perubahan dan ketidakpastian dalam hidup akibat situasi pandemi.

Misalnya, banyak orang yang bekerja dari rumah di depan komputer melaporkan kelelahan dan ketegangan mata.Atau, banyak orang merasa sangat cemas, terutama jika mereka mengalami kesulitan keuangan.

Tuntutan ekstra untuk menyelesaikan tugas-tugas harian, orangtua harus bekerja dari rumah dan juga menyediakan pendidikan untuk anak-anak mereka, sehingga menciptakan kelelahan yang sangat.

Bahkan, orang-orang tertentu merasakan stres yang signifikan akibat kehilangan kesempatan untuk secara fisik bersama teman, keluarga, dan rekan kerja.

Telepon dan panggilan video, menyediakan saluran sosial yang sangat dibutuhkan, tetapi interaksi ini dinilai tidak bisa menggantikan pertemuan fisik.

Selain keterbatasan interaksi sosial yang memicu perasaan stres dan quarantine fatigue, pandemi juga menyulitkan orang untuk mencapai tingkat stimulasi optimal mereka. Sebagian orang membutuhkan tingkat rangsangan tertentu agar aktivitasnya efisien.

Stimulasi berlebihan dari masuknya informasi yang konstan dan ketidakpastian mengenai masa mendatang dapat melelahkan. Ada juga kelelahan terkait dengan kurangnya stimulasi. Tidak memiliki perubahan dalam lingkungan itu sulit.

Orang-orang berada dalam kondisi tanpa stimulasi atau terlalu banyak mendapat stimulasi. Kedua kondisi ini dapat menghasilkan dampak negatif pada suasana hati.

Dilansir dari Health, psikoterapis Paul L. Hokemeyer menjelaskan, quarantine fatigue berasal dari kelelahan emosional yang ditimbulkan pandemi pada kehidupan kita. Kelelahan dari peraturan social distancing ataupun kebersihan lainnya.

Orang-orang merasa tidak bisa mengurus dirinya sendiri. Mereka bosan. Merasa bangkrut. Bahkan, ada juga yang berkeinginan untuk menceraikan pasangannya dan menyerah mengasuh anak-anak.

Namun secara keseluruhan, ini semua adalah perasaan alami. Quarantine fatigue adalah respons yang sepenuhnya masuk akal dalam konteks begitu banyak perubahan dan ketidakpastian dalam hidup.

Krisis COVID-19 telah mengubah begitu banyak aspek kehidupan dalam waktu singkat. Banyak orang perlu mengakuinya sebagai hal yang normal dan memaafkan diri sendiri dan satu sama lain ketika hal itu menghalangi kemampuan untuk diatasi.

Bagaimana Cara Berdamai dengan Situasi Ini?

Salah satu solusi adalah membuat rutinitas baru. Sebagaimana dilansir Very Well Mind, dengan terganggunya rutinitas kehidupan sehari-hari, kebanyakan ahli menyarankan untuk “membuang” rutinitas lama yang monoton dan membuat kegiatan baru.

Olahraga adalah aktivitas yang bisa dilakukan di luar dan di dalam ruangan. Kelas latihan virtual tersedia secara luas dan bisa Anda coba.

Penting juga untuk menghindari kebiasaan yang tidak sehat. Mungkin saja orang tidak pergi ke bar atau restoran, tetapi ada kekhawatiran yang signifikan bahwa beberapa orang beralih ke alkohol atau obat-obatan lain sebagai cara untuk mengatur suasana hati mereka selama waktu ini.

Sangat penting untuk mencari waktu untuk diri sendiri. Manusia adalah makhluk sosial, tetapi banyak orang menemukan diri mereka dalam rumah tangga dan merasa lebih ramai dari biasanya.

Perlu pembagian waktu di mana kita terpisah sejenak dari anggota keluarga yang lain dan menikmati diri sendiri.

Baca juga artikel terkait KARANTINA CORONA atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Iswara N Raditya