Menuju konten utama

Mengenal Penjor, Janur yang Dipasang di Bali Jelang KTT G20

Mengenal apa itu penjor, janur yang dipasang di Bali jelang pelaksanaan KTT G20. 

Mengenal Penjor, Janur yang Dipasang di Bali Jelang KTT G20
Umat Hindu membawa penjor atau bambu yang dihiasi janur dan hasil bumi untuk dilombakan dalam festival penjor dengan tema "ngerobok" di Desa Adat Kerobokan, Badung, Bali, Sabtu (11/6/2022). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc.

tirto.id - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) akan diselenggarakan di Nusa Dua, Bali, Indonesia, mulai 15 November 2022.

Forum kerja sama ekonomi yang berisi 19 negara dan 1 organisasi non-pemerintah Uni Eropa tersebut akan dihadiri pemimpin negara-negara anggotanya, termasuk Presiden Joko Widodo, selaku tuan rumah.

Selain Jokowi, pemimpin dari negara-negara anggota juga bakal hadir di Bali, di antaranya Joe Biden (Amerika Serikat), Vladimir Putin (Rusia), hingga Xi Jinping (Cina), dan masih banyak lagi.

Untuk menyambut kedatangan pemimpin dari negara ekonomi besar dunia, pemerintah Indonesia dan panitia penyelenggara G20, melakukan banyak persiapan terutama dalam hal keamanan.

Selain itu, beragam pernak-pernik juga dipasang, salah satunya adalah pemasangan Penjor, di area pertemuan G20.

Apa Itu Penjor dan Maknanya

Penjor adalah kerajinan yang terbuat dari bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur (daun kelapa muda), atau daun Enau yang masih muda serta beberapa ornamen lain. Penjor merupakan simbol dari Naga Basuki, yang menyimbolkan kesejahteraan dan kemakmuran.

Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Buleleng, bagi masyarakat Hindu di Bali, Penjor, merupakan simbol gunung yang dianggap suci. Karenanya, benda tersebut dipasang pada hari-hari penting keagamaan terutama hari raya Galungan.

Kendati begitu, Penjor juga kerap digunakan sebagai hiasan, terutama di desa-desa wisata di Bali. Hal tersebut untuk memperkenalkan budaya Bali, sekaligus menarik wisatawan yang datang ke Bali.

Karenanya, terdapat 2 jenis Penjor, yakni Penjor Sakral, dan Penjor Hiasan. Jenis Penjor yang dipasang di area KTT G20, yang diselenggarakan di Bali, adalah Penjor Hiasan. Adapun Penjor Sakral, hanya dipasang dalam upacara keagamaan seperti Galungan.

Baik sebagai hiasan maupun untuk upacara keagamaan, Penjor tetap menggunakan unsur-unsur penting seperti dicatat dalam lontar Tutur Dewi Tapini.

Dalam catatan tersebut dijelaskan makna dari masing-masing unsur yang ada di dalam Penjor sebagai berikut.

    • Bambu sebagai vibrasi kekuatan Dewa Brahma
    • Kelapa sebagai simbol vibrasi Dewa Rudra
    • Kain Kuning dan Janur sebagai simbol vibrasi Dewa Sangkara
    • Pala Bungkah dan Pala Gantung sebagai simbol vibrasi Dewa Wisnu
    • Tebu sebagai simbol vibrasi Dewa Sambu
    • Padi sebagai simbol vibrasi Dewi Sri
    • Kain Putih sebagai simbol vibrasi Dewa Iswara
    • Sanggah sebagai simbol vibrasi Dewa Siwa
    • Upakara sebagai simbol vibrasi Dewa Sradha Siwa dan Parama Siwa

Makna Penjor Sakral untuk Hari Raya Galungan

Berbeda dengan Penjor Hiasan, yang notabene tidak memiliki makna khusus, Penjor yang dipasang pada hari raya Galungan, memiliki arti berbeda bagi masyarakat Bali.

Penjor Sakral yang dipasang pada hari raya Galungan memiliki makna yang religius bagi masyarakat Hindu di Bali.

Karenanya, benda tersebut harus dibuat secara lengkap, termasuk penggunaan Sastra Agama (semacam bacaan mantra).

Oleh karenanya, pada hari raya Galungan di Bali, akan terdapat banyak Penjor, yang menghias setiap rumah, terutama di lingkungan yang mayoritas masyarakatnya beragama Hindu.

Meski begitu, tidak jarang pula Penjor dipasang pada hari-hari biasa sebagai hiasan. Salah satunya adalah Penjor yang dipasang, sepanjang area G20, untuk menyambut setiap tamu yang datang.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Permadi Suntama

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Permadi Suntama
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Yandri Daniel Damaledo