Menuju konten utama

Mengenal Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo Lokasi Resepsi Kaesang

Mengenal Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo di Sleman, Yogyakarta, yang jadi lokasi resepsi pernikahan Kaesang dan Erina. 

Mengenal Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo Lokasi Resepsi Kaesang
Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo. foto/https://www.royalambarrukmo.com/history

tirto.id - Kaesang Pangarep, Putra bungsu Presiden Joko Widodo, akan segera melepas masa lajangnya dengan menikahi Erina Gudono.

Kaesang menyatakan persiapan pernikahannya yang kurang dari satu bulan lagi sudah maksimal dan 100 persen.

"(Persiapannya) sudah 100 persen. Sudah selesai dari bulan lalu kok," kata Kaesang di Jakarta Pusat, seperti dilansir Antara, Sabtu (19/11/2022).

Kedua pasangan tersebut rencananya akan menggelar pernikahannya pada 10 Desember 2022 di Pura Mangkunegaran Solo.

Pura Mangkunegaran Solo atau Istana Mangkunegaran adalah istana resmi Kadipaten Praja Mangkunegaran dan tempat kediaman para penguasanya.

Bangunan ini berada di Surakarta. Istana ini mulai dibangun pada tahun 1757 oleh Mangkunagara I dengan mengikuti model keraton

Sementara itu, lokasi resepsi pernikahan Kaesang dan Erina, rencananya akan digelar di Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo Yogyakarta.

Lalu, bagaimana sejarah Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo itu?

Mengenal Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo

Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo menjadi salah satu alternatif tempat resepsi pernikahan putra ke 3 Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono.

Diketahui Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo sarat dengan sejarah yang dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono ke 7 di tahun 1856.

Sebagai bekas Kediaman Istana Kerajaan dan saksi era hari kemerdekaan Indonesia, Royal Ambarrukmo Yogyakarta adalah hotel warisan hidup, menampilkan koleksi luar biasa karya arsitektur Jawa otentik dari abad ke-18 dan karya seni dari tahun 1964; semuanya terpelihara dengan baik di kompleks hotel hingga saat ini.

Pendopo Agung merupakan bangunan semi outdoor tanpa dinding yang melambangkan keterbukaan Raja kepada seluruh rakyatnya. Lantai lebih tinggi dari halaman untuk mencerminkan penghargaan kepada semua tamu dan keakraban dengan harmoni.

Sejak pertama kali dibangun pada 1857 oleh Sultan Hamengku Buwono VI, Pendopo Agung tidak mengalami perubahan bentuk melainkan lebarnya. Bentuk dasarnya adalah 'Joglo Sinom' dengan ukuran 32 x 32,4 meter, mengarah ke selatan.

Atapnya ditopang oleh total 36 pilar dari tiga jenis; 4 Saka Guru (pilar utama), 12 Saka Penanggap (pilar sub utama) dan 20 Saka Penitih (pilar luar dan pendukung).

Semua pilar dihiasi dengan ukiran seperti 'Wajikan', 'Saton', 'Tlacapan', 'Mirong' dan 'Praba' masing-masing diletakkan di atas 'umpak' (dasar batu) yang diukir dengan kaligrafi Arab.

Mengutip situs resmi Royal Ambarrukmo, menurut Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Yogyakarta, kompleks Kedhaton Ambarrukmo terdiri dari tujuh kawasan; yaitu Pendopo Agung, Ndalem Ageng, Bale Kambang, Gandhok, Pacaosan dan Alun-Alun.

Kedhaton Ambarrukmo dibangun berdasarkan tradisi Jawa yang kuat. Setiap bagian dari keseluruhan kompleks memiliki fungsi yang berbeda dan menyampaikan makna filosofis tertentu dan juga doa-doa yang mewakili nilai-nilai agama, kepercayaan dan norma budaya Jawa.

Ada Apa Saja di di Pendopo Agung Kedaton Ambarrukmo

Bale Kambang

Di bagian paling utara kompleks Kedhaton Ambarrukmo, terdapat sebuah bangunan kecil berlantai dua yang diberi nama "Bale Kambang".

Bale Kambang adalah 'tajug' berbentuk segi delapan yang berdiri kokoh di tengah kolam – terinspirasi istana air Taman Sari.

Sebelumnya, lantai atas digunakan untuk meditasi oleh Raja dan kolam difungsikan untuk bersantai bagi para istri, puteri, dan anggota keluarga lainnya.

Atapnya berbentuk kerucut segi delapan dengan mahkota di atasnya. Bangunan ini merupakan perpaduan antara gaya kolonial Belanda dan filosofi arsitektur asli Jawa. Hal itu sebagai bentuk penghormatan kepada pemerintah Belanda dengan tetap memegang martabat Kerajaan Jawa.

Air tambak dulunya berasal dari Sungai Tambak Bayan di dekatnya dan disaring terlebih dahulu secara alami sebelum mengisi tambak.

Adapun sebelum memasuki tangga Bale Kambang, pengunjung diharuskan untuk melepas alas kaki, sebagai penghormatan terhadap area meditasi yang sakral dan suci.

Gadri

Gadri adalah ruang semi terbuka yang masih dianggap sebagai kawasan suci. Dulunya merupakan tempat makan pribadi untuk almarhum Sultan Hamengku Buwono V sampai VII dan keluarga mereka saat berkunjung atau tinggal di Kedhaton Ambarrukmo, serta tamu kerajaan dari kerajaan atau negara lain.

Gadri terletak di antara Bale Kambang dengan Pawon Ageng (dapur utama) di bawahnya dan Ndalem Ageng yang sekarang menjadi Museum Ambarrukmo.

Museum Ambarrukmo

Di sisi utara Pendopo Agung terdapat Ndalem Ageng yang kini dikenal dan dilestarikan sebagai ‘Museum Ambarrukmo’.

Bangunan bertipe limasan menghadap ke selatan dengan tampilan eksterior khas Jawa, namun tata letak dan interiornya dipengaruhi oleh gaya Eropa.

Kamar-kamar di Ndalem Ageng semuanya simetris dan bangunannya berdinding beton kuat sedangkan bagian kayunya ada di sisi utara dan selatan, diberi nama Pringgitan (ruang wayang kulit) dan Gadri (ruang makan).

Di bagian dalam Ndalem Ageng yang lebih tinggi posisinya dan disakralkan, terdapat tiga bagian utama; dua di sebelah timur adalah 'Senthong Kiwa' untuk anggota keluarga laki-laki, dua di sebelah barat adalah 'Senthong Tengen' untuk anggota perempuan, sedangkan di antara disebut 'Senthong Tengah/Krobongan' untuk ruang senjata pusaka dan untuk memuja Dewi Sri dengan masing-masing akses ke bagian dalam gedung dan juga ke halaman samping.

Gandhok Tengen

Gandhok Tengen adalah sebuah paviliun dibangun jauh dari utara ke selatan. Ada dua Gandhok sebelum tahun 1960; Gandhok Tengen (rumah timur) dan Gandhok Kiwa (rumah barat).

Dalam tradisi Jawa, Gandhok Kiwa difungsikan sebagai ‘Kasatriyan’ yaitu rumah para kesatria dan pangeran, abdi dalem laki-laki dan tamu kerajaan laki-laki yang menginap. Gandhok Tengen didedikasikan untuk kamar 'Keputren' untuk putri Raja, abdi dalem dan juga tamu wanita Kerajaan.

Gandhok Tengen bagian dalam (sayap utara) dulunya adalah tempat tinggal para putri dan kerabat keraton lainnya.

Kemudian bagian luar (sayap selatan) untuk tamu wanita dari kerajaan atau negara lain. Pada tahun 1960-an, Gandhok Kiwa telah dihapus sejak berdirinya Ambarrukmo Palace Hotel.

Gandhok Tengen tetap dilestarikan sebagai situs warisan Kerajaan dan sekarang berfungsi sebagai 'Nurkadhatyan The Ritual Spa'; sebuah rumah dari Royal Java Spa asli dikelola langsung oleh lima putri dari Sultan Hamengku Buwono X yang berkuasa.

Baca juga artikel terkait PERNIKAHAN KAESANG atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Iswara N Raditya