Menuju konten utama

Mengenal Kegunaan & Variasi Totopong Ikat Kepala Khas Sunda

Totopong memiliki berbagai variasi, sesuai dengan teknik ikatnya, seperti brambang semplak, parekos nangka, julang ngapak, dan jamparing layung.

Mengenal Kegunaan & Variasi Totopong Ikat Kepala Khas Sunda
Budayawan Sunda memasang totopong (ikat kepala khas Sunda) pada warga saat pelatihan di Batik Bogor Tradisiku, jalan Jalak, Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (21/1). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah.

tirto.id - Totopong adalah ikat kepala pria dari Sunda yang juga memiliki bermotif batik khas Sunda. Totopong adalah sebuah kain persegi berukuran 50x50 sentimeter yang kemudian diikatkan ke kepala menjadi bermacam-macam variasi.

Pada 2013, Pemerintah Kota Bogor mencanangkan penggunaan totopong ke pejabat daerah, pegawai negeri,pedagang, hingga masinis dan pegawai stasiun Bogor, Antara News mewartakan.

Totopong juga diperkenalkan kepada turis asing yang berkunjung ke kota Bogor lewat Himpunan Pramusaji Indonesia (HPI).

Totopong mulai digunakan sejak zaman dahulu, bukan hanya sebagai pelengkap berbusana, tetapi juga memiliki fungsi lain, di antaranya.

    • Penutup rambut
    • Pelindung kepala
    • Alat untuk melindungi diri
    • Alat untuk membawa barang
    • Dapat digunakan sebagai sajadah ketika shalat
    • Simbol status sosial pria; simbol ini ditunjukkan melalui model dan jenis kain yang digunakan untuk iket.
    • Penghormatan terhadap kedudukan seorang pria, sebagai contoh apabila menghadap priayi, pejabat pemerintah setempat dan ulama.
Namun, saat ini totopong tidak lagi digunakan dalam keseharian, melainkan untuk salah satu penanda orang Sunda, pelengkap pakaian adat, dan pelengkap busana tarian saat pertunjukkan daerah.

Totopong memiliki berbagai variasi, sesuai dengan teknik ikatnya, seperti brambang semplak, parekos nangka, julang ngapak, dan jamparing layung.

Brambang Semplak

Brambang semplak biasanya dipakai oleh para jawara. Brambang semlak adalah bentuk simpel yang melipat kain batik Sunda kotak menjadi segitiga, kemudian melilitkannya ke kepala dan mengikatnya di bagian belakang kepala.

Julang Ngapak

Ikat ini biasa dipakai oleh orang tua. Julang Ngapak memiliki bentuk akhir seperti dua tanduk kerbau lurus di bagian depan kepala.

Parengkos Nangka

Parengkos nangka sangat simpel dan mudah, sehingga jika terburu-buru biasanya varian ikat ini sering dipakai. Benutuk akhirnya akan seperti segitiga di atas dahi ddengan ikatan di bagian belakang kepala.

Jamparing Layung

Variasi ikat ini merupakan variasi kontemporer yang dikembangkan oleh pecinta totopong, dengan hasil akhir memiliki segitiga kecil menyerong di atas dahi.

Selain keempat variasi tersebut, ikat juga terdiri dari berbagai variasi lainnya, seperti tutup liwet, parengkos jengkol, kole nyangsang, lohen, dan porten.

Totopong juga dikenal masyarakat nusantara dari tokoh fiksi Kabayan yang mengenakan totopong. Kabayan adalah dongeng tentang seorang Pria Sunda yang heroik dan banyak akal, meskipun agak pemalas.

Dikisahkan sebagai seorang Sunda, Kabayan ditampilkan dengan atribut daerah seperti totopong, pakaian batik ala Sunda, dan alas kaki tradisional.

Salah satu selebriti tanah air asal Sunda, Sule juga mengunggah foto dirinya saat masih muda dengan menggunakan ikat kepala totopong. Foto di akun resmi Instagramnya tersebut menampilkan ikat totopong yang menunjukkan identitasnya sebagai orang Sunda.

Baca juga artikel terkait IKAT KEPALA atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Nur Hidayah Perwitasari