Menuju konten utama

Mengenal Jenis-Jenis Sampah Plastik dan Penanganannya dengan 6R

Mengenal sampah plastik: jenis-jenis sampah plastik dan contohnya serta penanganannya dengan 6R

Mengenal Jenis-Jenis Sampah Plastik dan Penanganannya dengan 6R
Seorang pemulung mencari sampah plastik di tengah hamparan sampah di Pantai Tanjung Burung, Tangerang, Banten, Kamis (21/11/2019). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Plastik merupakan benda yang kerap kita jumpai dan gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Barang-barang, mulai dari perabotan rumah tangga, pembungkus makanan, hingga pernak-pernik yang kerap kita pakai, sebagian besar berbahan dasar plastik.

Kendati demikian, penggunaan plastik yang berlebihan punya dampak yang negatif bagi kehidupan manusia. Sebagaimana dicatat Science Direct, sampah plastik bekas konsumsi manusia kini telah menumpuk bahkan telah sampai hampir di 7 mil di bawah permukaan laut.

Akibat dari hal tersebut adalah ancaman bagi kelestarian lingkungan. Produksi dan konsumsi plastik yang berlebihan, berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, mendevaluasi ekosistem laut, dan mengancam kehidupan satwa-satwa di lautan.

Maka dari itu, perlu adanya penanganan yang tepat pada sampah plastik. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, untuk meminimalisir permasalahan sampah, maka harus ada pengelolaan sampah sejak dari sumbernya.

Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Pengelolaan sampah perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

Jenis-jenis Sampah Plastik

Sebelum ke pengelolaan sampah, memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis plastik sangat penting untuk memahami kompleksitas penanganan dan faktor kesehatan yang terkait dengan plastik. Hal ini dikarenakan plastik sendiri memiliki jenis dan sifat yang berbeda-beda, sehingga dalam pengelolaannya pun juga harus disesuaikan.

Secara umum, plastik dibagi menjadi 7 jenis. Mengutip laman Plastic Oceans, berikut ini jenis-jenis sampah plastik dan contohnya:

a.) Polietilena Tereftalat (PET atau PETE)

PET merupakan jenis plastik yang paling umum digunakan. Punya sifat ringan, kuat, biasanya transparan dan sering digunakan dalam kemasan makanan dan kain (poliester).

Contoh: Botol minuman, botol/toples makanan dan pakaian atau tali poliester.

b.) High Densy Polyethylene (HDPE)

Secara umum, polyethylene adalah plastik yang paling umum di dunia, tetapi diklasifikasikan menjadi tiga jenis: High-Density, Low-Density dan Linear Low-Density. HDPE adalah jenis yang paling kuat dan tahan terhadap kelembaban dan bahan kimia, yang membuatnya ideal untuk karton, wadah, pipa dan bahan bangunan lainnya.

Contoh: Karton susu, botol deterjen, kotak sereal, mainan, ember, bangku taman, dan pipa.

c.) Polivinil Klorid (PVC atau Vinyl)

Plastik keras dan kaku ini tahan terhadap bahan kimia dan pelapukan, sehingga banyak digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi. Ia tidak mampu menghantarkan listrik, sehingga selain sebagai bahan bangunan, PVC juga sering dipakai unyuk aplikasi teknologi tinggi, seperti kabel, alat medis, dan lain-lain.

Contoh: Pipa pipa ledeng, kartu kredit, mainan, talang air hujan, kantong cairan IV dan tabung medis, serta masker oksigen.

d.) Low Densy Polyethylene (LDPE)

LDPE adalah versi HDPE yang lebih lembut, lebih jernih, dan lebih fleksibel. Ia sering digunakan sebagai liner di dalam karton minuman, serta untuk properti luar ruangan karena korosi.

Contoh: kantong sandwich dan roti, bubble wrap, kantong sampah, kantong belanjaan, dan gelas minuman.

e.) Polipropilena (PP)

Ini adalah salah satu jenis plastik yang paling tahan lama. PP juga lebih tahan panas daripada yang lain, yang membuatnya ideal untuk hal-hal seperti mengemas makanan dan penyimpanan makanan yang dibuat untuk menahan barang panas.

Contoh: Sedotan, tutup botol, wadah makanan panas, pita pembungkus, popok sekali pakai dan kotak DVD/CD.

f.) Polistirena (PS atau Styrofoam)

Lebih dikenal sebagai styrofoam, plastik kaku ini berbiaya rendah dan dapat diisolasi dengan sangat baik, yang menjadikannya bahan pokok dalam industri makanan, pengemasan, dan konstruksi. Seperti PVC, PS dianggap sebagai plastik yang berbahaya karena dapat dengan mudah melepaskan racun berbahaya seperti styrene (neurotoksin), yang kemudian dapat dengan mudah diserap oleh makanan dan dengan demikian tertelan oleh manusia.

Contoh: Gelas, wadah makanan berbahan styriofoam, pengiriman dan pengemasan produk, karton telur, peralatan makan, dan insulasi bangunan.

g.) O (Other)

Kategori ini mencakup semua jenis plastik lain yang tidak termasuk dalam salah satu dari enam kategori lainnya, atau merupakan kombinasi dari beberapa jenis. Plastik jenis O seringkali disebut plastik dengan kode daur ulang #7, karena tidak dapat didaur ulang.

Contoh: Kacamata, botol bayi dan olah raga, pelapis benda-benda elektronik, CD/DVD, perlengkapan lampu, dan peralatan makan plastik bening.

Pengelolaan Sampah Plastik

Perlu diketahui, bahwa sampah plastik sangat sulit untuk hancur, maka dibutuhkan puluhan bahkan ratusan tahun agar terurai. Oleh karena itu, diperlukan solusi alternatif agar keberadaan sampah plastik dapat ditangani dengan baik. Alternatif penanganannya antara lain dengan 6 R, sebagai berikut:

1. Reuse (Memanfaatkan ulang)

Menggunakan kembali barang bekas tanpa pengolahan dahulu untuk tujuan yang sama atau berbeda dari tujuan bahan awal. Contohnya: memakai sampah plastik sebagai bahan baku kerajinan, ban bekas dikemas menjadi tempat duduk, dan sebagainya.

2. Recycle (Mengolah kembali)

Memanfaatkan barang bekas dengan mengolah materinya untuk digunakan lebih lanjut. Contoh: sampah organik diolah menjadi kompos.

3. Reduce (Mengurangi)

Merupakan semua bentuk kegiatan atau perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah. Contoh: pergi belanja membawa keranjang/tas belanja dari rumah.

4. Replace (Mengganti)

Menggantikan dengan bahan yang bias dipakai ulang sebagai upaya mengubah kebiasaan yang dapat mempercepat produksi sampah. Contoh: membungkus kue menggunakan daun pisang.

5. Refill (Mengisi kembali)

Mengisi kembali wadah-wadah produk kemasan yang habis dipakai. Contoh: memanfaatkan botol parfum untuk diisi kembali dengan parfum isi ulang.

6. Repair (Memperbaiki)

Melakukan pemeliharaan atau perawatan agar tidak menambah produksi sampah. Contoh: sandal yang talinya putus, diperbaiki kembali dengan tali yang baru, tanpa perlu beli sandal baru selama masih layak.

Di samping alternatif solusi di atas, dilansir dari berbagai sumber, saat ini juga sedang dikembangkan pemanfaatan sampah plastik sebagai sumber energi.

Baca juga artikel terkait SAMPAH PLASTIK atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Yulaika Ramadhani