tirto.id - Hubungan kasual atau casual relationship adalah hubungan yang santai, tidak serius dan tanpa ikatan. Tidak seperti hubungan pada umumnya, pasangan yang terlibat hubungan kasual tidak terikat komitmen satu sama lain.
Ciri hubungan kasual biasanya bisa dikenali lewat relasi fisik yang intim, namun terbuka dengan orang lain di luar sana. Meskipun dibangun tanpa komitmen, hubungan kasual memiliki aturan dan untung-ruginya.
Meskipun dipilih banyak orang sebagai pilihan gaya hidup, tidak semua orang cocok dengan hubungan kasual. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pasangan sebelum memulai sebuah hubungan kasual.
Ciri-ciri Hubungan Kasual
Hubungan kasual bisa dikenali dengan ciri-ciri tertentu. Dikutip dari Brides berikut ciri-ciri hubungan kasual:
- Individu sangat menikmati menghabiskan waktu bersama pasangan kasualnya dan ingin mengenal pasangannya dengan lebih baik, namun tidak dilengkapi dengan komitmen atau ikatan serius dengan pasangannya tersebut.
- Punya relasi yang baik dengan pasangan, baik secara fisik atau psikis, tetapi di saat yang sama individu yang terlibat ingin tetap bebas berhubungan dengan orang lain (baik secara fisik maupun emosional).
- Hubungan dengan pasangan tidak disertai kewajiban atau komitmen untuk melakukan atau berpikir apapun terhadap satu sama lain.
- Hubungan yang tercipta bersifat santai, informal, mengalir dan tanpa ikatan sama sekali.
Aturan Hubungan Kasual
Meskipun tanpa ikatan atau komitmen, hubungan kasual juga memiliki aturan bagi individu yang terlibat di dalamnya. Dilansir dari Womens Health Magazine, berikut aturan hubungan kasual yang biasa dibangun pasangan:
1. Setiap orang yang terlibat memahami aturannya
Hubungan kasual hanya akan berhasil jika setiap orang yang teribat memahami aturan hubungan kasual itu sendiri. Artinya, mereka dengan sadar setuju dan sepakat menjalin hubungan terbuka satu sama lain tanpa komitmen.
Apabila hal dasar ini tidak disadari oleh masing-masing pihak, maka sangat mungkin salah satu yang terlibat terikat secara emosional dengan pasangan kasualnya.
Lebih buruk, kesalahpahaman bisa menyebabkan salah seorang yang terlibat di pasangan kasual menuntut macam-macam, termasuk komitmen sebagai pasangan.
2. Mempertahankan komunikasi sewajarnya
Meskipun pasangan kasual tidak punya komitmen, mereka harus menjaga komunikasi satu sama lain. Mempertahankan komunikasi sewajarnya bertujuan agar pasangan yang terlibat tetap sepaham.
Komunikasi juga sebaiknya dilakukan ketika salah satu dari pasangan yang terlibat ingin menjalin hubungan dengan orang lain. Komunikasi ini harus tetap terjaga supaya tidak terjadi kesalahpahaman yang menimbulkan konflik di masa depan.
3. Mengutamakan keselamatan diri sendiri terlebih dahulu
Dalam menjalin relasi, terutama relasi kasual, pasangan yang terlibat harus mengutamakan keselamatan dan kesehatan jiwa dan raga.
Ini termasuk dengan menerapkan hubungan seksual yang aman, tidak membicarakan hal-hal bersifat privat dan sensitif kepada pasangan kasual, atau tergantung secara berlebihan kepada pasangan.
4. Mengutamakan kejujuran diri
Pasangan kasual memang boleh mempunyai privasi, namun kejujuran satu sama lain adalah hal yang utama. Pada dasarnya hubungan kasual memudahkan pasangan yang terlibat untuk jujur satu sama lain.
Namun, dalam satu titik beberapa orang bisa mengembangkan perasaan khusus kepada pasangan kasualnya sehingga terpaksa membohongi diri sendiri.
Akibatnya, mereka tetap bertahan di hubungan kasual dengan berpura-pura tetap nyaman. Hal ini tentu merugikan diri sendiri sehingga melanggar aturan nomor 3.
Keuntungan dan Kelemahan Hubungan Kasual
Hubungan kasual dapat memberikan beberapa keuntungan dan kerugian. Dikutip dari Masterclass, keuntungan hubungan kasual antara lain:
1. Membangun hubungan yang dinamis
Hubungan kasual akan menciptakan hubungan dinamis antara individu yang terlibat. Artinya, pasangan kasual bisa fleksibel dalam melihat relasi, dan juga bisa fleksibel saat ingin bertemu, terutama soal waktu dan tempat pertemuan.
2. Mengeksplorasi seksual yang terkontrol
Hubungan kasual memungkinkan pasangan mengeksplorasi seksual yang sehat dan terkontrol. Meskipun dilakukan secara bebas dan tanpa ikatan, kegiatan seks dalam hubungan kasual dikontrol pada orang-orang yang dikenal.
3. Belajar menjadi pribadi yang mandiri dalam sebuah relasi
Hubungan kasual cenderung mengajarkan individu yang terlibat untuk menjadi pribadi yang mandiri. Hal ini karena tidak adanya komitmen dalam hubungan memaksa individu harus menjadi pelindung utama bagi diri mereka sendiri.
Ini termasuk belajar untuk bebas namun tetap memiliki batasan serta tidak membiasakan diri bergantung pada orang lain.
Meskipun ada beberapa keuntungan yang ditawarkan dari hubungan kasual, tetap ada kerugian yang perlu dipertimbangkan sebelum menjalin hubungan ini. Masih menurut Masterclass, berikut kerugian hubungan kasual bagi individu yang terlibat:
1. Salah satu orang mengembangkan perasaan yang dalam
Salah satu kelemahan dari hubungan kasual adalah individu yang terlibat tidak boleh mengembangkan perasaan yang dalam satu sama lain.
Padahal, hubungan dekat dan intim dalam hubungan kasual memungkinkan individu tanpa sadar mencintai pasangan kasualnya secara tulis. Akibatnya perasaan ini, hubungan kasual tidak lagi bisa dijalankan dengan nyaman.
2. Setiap pihak punya prioritas yang berbeda
Kelemahan kedua dari hubungan kasual adalah setiap orang yang terlibat punya prioritas yang berbeda. Hal ini menyebabkan pasangan sulit bertemu satu sama lain atau mengalami penolakan berkali-kali.
Kondisi ini tentu menyebabkan pasangan menghilang (ghosting) atau memutuskan hubungan secara sepihak tanpa penjelasan.
3. Risiko kesehatan yang cukup tinggi
Memiliki hubungan kasual memiliki risiko kesehatan yang cukup tinggi. Hal ini karena hubungan kasual memungkinkan individu yang terlibat untuk menjalin relasi lain selain bersama pasangannya.
Salah satu individu mungkin berusaha hanya berhubungan seksual dengan pasangan kasualnya, namun bukan berarti pasangan kasualnya melakukan hal yang sama. Satu sama lain bisa saja melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang, sehingga meningkatkan risiko terkena infeksi menular seksual (IMS).
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Yonada Nancy