tirto.id - Salah satu gangguan perkembangan anak adalah dispraksia, penyakit yang mengganggu perkembangan motorik anak. Dilansir DyspraxiaFoundation, motorik merupakan kemampuan mengkoordinasikan gerak tubuh.
Apabila anak mengidap dispraksia, maka ia akan mengalami gangguan koordinasi gerak tubuh, akibat terganggunya saraf pengiriman sinyal dari dan ke otak.
Dampaknya, pada beberapa kasus membuat anak sulit berjalan dan menjaga keseimbangan. Sementara itu, kondisi ini lebih sering dialami oleh anak laki-laki daripada perempuan, dengan gejala awal yang mulai terlihat sejak bayi.
Contoh gejala yang timbul ketika masih bayi yaitu, anak mengalami keterlambatan tengkurap dan berjalan. Namun, variasi gejala yang muncul dan tingkat keparahan tiap anak bisa berbeda.
Sebagaimana dikutip dari NHS, ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menderita dispraksia, antara lain ibu hamil yang minum alkohol, bayi lahir prematur, dan bayi lahir dengan berat rendah.
Meskipun ada tiga hal yang dicurigai, tetapi pada dasarnya mekanisme penyebab dispraksia masih belum diketahui secara pasti. Yang jelas, perempuan hamil disarankan untuk menjaga kehamilan dan tetap sehat demi mencegah gangguan perkembangan anak, termasuk dispraksia.
Selain terlambat tengkurap dan berjalan saat masih bayi, setidaknya ada 12 tanda lain yang dicurigai menjadi tanda seorang anak mengalami dispraksia.
Tanda-tanda tersebut meliputi: terlambat bisa menegakkan kepala saat masih bayi, terlambat bisa berguling, postur tubuh yang janggal, sensitif terhadap bunyi-bunyi yang keras, gangguan makan dan tidur, mudah rewel, gerakan tangan dan kaki terlalu aktif, terlambat merangkak, sulit toilet training, kesulitan belajar memakai baju sendiri, hingga perlu waktu lama ia bisa makan sendiri tanpa disuapi.
Jenis Dispraksia
Gangguan dispraksia pada satu anak dengan yang lain dapat berbeda-beda. Mengutip dari laman Patient, ada empat jenis dispraksia yang kerap dialami anak. Antara lain:
1. Dispraksia Ideomotor
Kondisi saat anak kesulitan melakukan gerakan satu tahap, misalnya menyisir rambut dan melambaikan tangan.
2. Dispraksia Ideational
Anak yang mengidap gangguan jenis ini akan mengalami kesulitan melakukan gerakan berurutan, seperti menyikat gigi atau membereskan tempat tidur.
3. Dispraksia oromotor
Kondisi ini menyebabkan anak sulit menggerakan otot untuk berbicara dan mengucap kalimat.
3. Dispraksia Constructional
Anak akan mengalami kesulitan untuk memahami bangun ruang atau spasial sehingga ia akan sulit memahami dan membuat gambar geometris dan menyusun balok.
Ada beberapa gangguan yang ditimbulkan. Misalnya pada kemampuan motorik, anak mengalami gangguan seperti tidak bisa menulis, berpakaian, dan tidak bisa melakukan gerakan-gerakan seperti melompat.
Sementara dampak dispraksia pada kemampuan verbal yaitu anak mengalami keterlambatan bicara dan sulit bicara. Serta dispraksia pada oral, menyebabkan anak sulit menggerakkan mulut dan lidahnya.
Untuk mendiagnosis dispraksia, dokter akan melihat secara rinci riwayat perkembangan anak, kemampuan intelektual, dan perkembangan motoriknya.
Lantas, bagaimana gangguan ini ditangani?
Terapi Penanganan Dispraksia
Hal paling terlihat pada anak dnegan dispraksia adalah mereka cenderung lambat tumbuh kembangnya. Seiring ia beranjak remaja hingga dewasa, dispraksia dapat menyebabkan anak kesulitan belajar dan kurang percaya diri.
Dispraksia adalah kondisi seumur hidup. Agar dapat menjalankan aktivitas sehari-hari, anak dengan dispraksia dapat dibantu dengan terapi tertentu sesuai dengan kebutuhannya.
Dilansir dari Medical News Today, berikut ini adalah beberapa terapi untuk penanganan dispraksia.
- Terapi Okupasi
- Terapi wicara
- Bermain aktif
- Terapi perilaku kognitif atau CBT
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Dipna Videlia Putsanra