Menuju konten utama

Motorik Bayi Mampu Indikasikan Gejala Bipolar

Dalam seminar "Gangguan Bipolar VS Fenomena Bunuh Diri", di Jakarta, Rabu, Dr. dr. Nurmiati Amir, Sp.KJ(K), mengungkapkan bahwa sebenarnya gejalan Gangguan Bipolar sudah bisa terlihat dari bayi.

Motorik Bayi Mampu Indikasikan Gejala Bipolar
Ilustrasi Foto/Shutterstock

tirto.id - Dalam seminar "Gangguan Bipolar VS Fenomena Bunuh Diri", di Jakarta, Rabu, Dr. dr. Nurmiati Amir, Sp.KJ(K), mengungkapkan bahwa sebenarnya gejalan Gangguan Bipolar sudah bisa terlihat dari bayi.

"Bayi juga berfluktuasi mood-nya, mungkin dia menangis, mungkin dia senang lagi, atau ketika waktunya tidur dia tidak tidur, berfluktuasi seperti itu," kata dia.

"Kita bisa menduga, ini mungkin bipolar, apalagi kalau ada keluarganya yang bipolar, itu sudah harus waspada," sambung dia.

Tidak hanya mood yang berfluktuasi, menurut dokter Nurmiati, orang tua juga harus waspada pada aktifitas motorik anak yang juga berfluktuasi.

Lebih lanjut, Ketua Seksi Bipolar dan Gangguan Mood lainnya PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia), Dr. dr. Margarita M. Maramis, Sp.KJ(K), mengungkapkan gangguan bipolar pada bayi dapat dideteksi dengan General Movement.

"Ada deteksi General Movement, ada satu dokter yang menekuni ilmu ini, dia bisa mengetahui dari gerak motorik anak," ujar dia

Bagaimana emosi-emosi, dalam hal ini mood anak, dokter Marga mengatakan, akan menjadi gangguan emosi. Meski tidak secara spesifik Bipolar, namun bagaimana anak nantinya akan mengalami gangguan emosi.

"Jadi, semakin dini kita mendeteksi, kita bisa melakukan sesuatu, sehingga kita juga bisa mencegah, apakah nanti berkembang menjadi gangguan emosi lain, tidak hanya bipolar," kata dia.

Gangguan emosi yang dimaksud dokter Marga termasuk gangguan pemusatan perhatian, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), yang juga sering terjadi bersamaan dengan gangguan bipolar.

"Artinya anak seperti ini otak bagian emosinya lebih aktif dari pada otak bagian berpikir, akibatnya akan seperti itu jika kita tidak mengasuh dengan khusus akan terus menerus aktif, selanjutnya dia akan lebih kepada sensitif ke arah hal-hal yang berkaitan dengan perasaan," ujar dokter Marga.

Penanganan bayi yang diduga mengalami gejala gangguan bipolar jelas berbeda dari orang dewasa. Orang dewasa dengan gangguan bipolar diharuskan meminum stabilitator, sementara pada bayi pemberian obat akan berisiko.

"Pada bayi mungkin belum bisa diberikan obat-obat karena berisiko. Kita bisa curiga, tapi tidak ada obat yang bisa kita berikan karena risiko metabolisme obat yang belum sempurna," kata dokter Nurmiati.

"Tapi mungkin kita bisa mengurangi stimulus yang membuat otaknya berfluktuatif. Mungkin cara ibu berbicara kepada anak, cara ibu mengatasi emosi bayi, tidak membiarkan dia berlarut-larut dalam mood seperti itu, cepat membantu, cepat menolong," tutup dia.

Baca juga artikel terkait KESEHATAN

tirto.id - Kesehatan
Sumber: Antara