tirto.id - Dispepsia atau maag merupakan keadaan tidak nyaman atau nyeri pada pencernaan bagian atas yang kerap terjadi di keseharian kita.
Setiap orang di segala usia dan jenis kelamin memiliki tingkat kerentanan yang sama terhadap penyakit ini. Dilansir Web MD, risiko penyakit ini akan meningkat pada para pengguna obat-obatan.
Aspirin dan obat pereda nyeri lainnya, termasuk juga alkohol, depresi dan stress juga berpotensi dapat melukai pencernaan yang berujung pada munculnya dispepsia.
Dispepsia ini biasanya ditandai dengan sendawa, kembung, dan mual, perut bergejolak, dan rasa asam cenderung pahit di mulut. Gejala-gejala tersebut tidak selalu datang bersamaan, terkadang hanya beberapa gejala muncul, tergantung masing-masing individu.
Penyakit yang berhubungan erat dengan pencernaan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor lain, seperti bisul, asam lambung, kanker perut, gastroparesis, infeksi perut, iritasi usus, pankreas kronis, gangguan kelenjar tiroid, dan kehamilan.
Melansir American Family Physician, munculnya gejala maag dapat menunjukkan adanya penyakit yang lebih serius di pencernaan seperti bisul perut dan kerusakan di dinding perut seperti luka atau lecet.
Meskipun tidak ada makanan khusus yang memicu dispepsia atau maag, beberapa pasien memiliki kerentanan terhadap penyakit ini ketika mengonsumsi susu, alkohol, kafein, makanan goreng, berlemak, minta, tomat, buah-buahan asam, dan makanan pedas. Hal tersebut tergantung ketahanan masing-masing orang.
Maka dari itu, biasanya penderita disarankan untuk menghindari makanan yang berisiko menyebabkan maag pada setiap individu. Selain itu, bisa juga dengan menghindari porsi berlebihan saat makan dan makan lebih sering dengan porsi kecil. Hal ini dapat menormalkan mobilitas perut bagian atas.
Untuk meringankan maag, kita juga bisa dengan meninggikan posisi kepala saat tidur. Posisi ini membantu mengurangi nyeri akibat dispepsia. Namun sebaiknya, menggunakan penyangga kepala dengan matras atau tempat tidur yang bisa di setel (seperti di rumah sakit) bukan dengan bantal.
Penggunaan obat-obatan juga bisa meredakan gejala maag. Obat metoclopramide dan domperidone maleate yang dapat mengurangi tekanan di lambung dan kontraksi eksofagus. Obat berbahan dasar tanaman seperti prokinetik dapat membantu mobilitas pencernaan dan meringankan gejala dispepsia. Penggunaan obat-obatan tersebut tetap perlu konsultasi dengan dokter.
Dispepsia atau maag perlu segera di konsultasikan ke dokter, terlebih apabila penderita berusia lebih dari 50 tahun. Karena maag dapat mengakibatkan kehilangan berat badan secara drastis, kehilangan nafsu makan, muntah parah, tinja berwarna hitam dan lembek, serta merasakan benjolan di perut (kanker perut dapat menimbulkan gejala seperti maag).
Editor: Yulaika Ramadhani