tirto.id - Andrianto Purnawan meninggal dunia kemarin di RS Soetomo Surabaya karena COVID-19. Dia adalah ketua tim percepatan partisipasi masyarakat penanggulangan COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Dokter ahli saraf di RSUP Soeradji Tirtonegoro Klaten, Jawa Tengah itu merupakan penggalang donasi Alat Pelindung Diri (APD) yang tekun.
Humas PB IDI Halik Malik juga menuturkan, Andrianto juga rajin melakukan edukasi ke masyarakat terkait COVID-19. Itu semua melalui tulisan yang ia kirimkan ke media dan menjadi pembicara dalam berbagai diskusi.
"Sejak muda memang sudah dikenal sebagai aktivis di lembaga kesehatan mahasiswa Islam dan aktif dalam berbagai pelayanan sosial kebencanaan di Indonesia., sungguh kami merasa kepergiannya merupakan kehilangan yang sangat besar," kata Halik.
Mendiang Andrianto, kata Halik, dikenal sebagai sosok yang ramah dan ceria termasuk kepada para juniornya.
"Dokter TOP begitu beliau akrab kami sapa adalah sosok yang ramah dan ceria termasuk kepada saya yang lebih junior, bekerja dengannya membuat semua urusan rasanya lebih mudah," tuturnya.
Andrianto tergabung dalam Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia. Sebelumnya ia juga sudah menjadi pengurus PB IDI. Pada periode 2019-2021 kemarin, ia menjadi anggota bidang hubungan lembaga pemerintah dan media massa PB IDI.
Pria kelahiran Malang, Jawa Timur itu lulusan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya. Dia lalu menempuh pendidikan spesialis bedah saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya. Dia menerima layanan kesehatan seperti bedah saraf, mikrodisektomi, laminektomi, konsultasi penyakit saraf.
Pada Jumat (22/5/2020) yang lalu, di Kompleks Kepatihan Pemda DIY, Andrianto pernah mengatakan, setiap warga di Indonesia harus siap beradaptasi dengan New Normal COVID-19. Salah satu contohnya, mal diperbolehkan tetap dibuka, asal mematuhi protokol kesehatan pandemo COVID-19.
"Apakah mereka tidak memikirkan keluarganya cleaning service yang ada di sana (mal) dan lain-lain. Mereka butuh makan. Tidak apa-apa mal dibuka tapi perilaku hidup bersih dan sehat harus dijalankan. Yang penting jangan menyentuh hidung dan mata karena kita tidak tahu menyentuh benda yang abis disentuh siapa," terang Andrianto kala itu.
Dia juga melawan pelabelan negatif dan diskriminasi terhadap pasien yang terjangkit COVID-19. Menurutnya, pasien justru harus dirangkul, bukan dikucilkan.
"Pasien COVID-19 itu bagian dari masayarakat. Dukung mereka yang sakit supaya stresnya berkurang,” ujarnya.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Dieqy Hasbi Widhana