Menuju konten utama

Mengapa Kata "Lolly" dan "Candy" yang Dipilih Pedofil?

Asal-Usul istilah "Lolly" terkait pedofilia.

Mengapa Kata
Ilustrasi. FOTO/Shutterstock

tirto.id - Bukan tanpa sengaja administrator grup pedofil di Facebook yang baru terungkap menggunakan kata Candy dan Loly. Dalam Oxford Dictionary, lolly diartikan sebagai gula-gula atau es batangan. Diperkirakan sejak pertengahan abad 19 kata ini mulai dipergunakan.

Lolly juga berelasi dengan Lolita. Pada tahun 1955, penulis Rusia Vladimir Nabokov menulis novel berjudul Lolita yang menceritakan tentang romansa antara seorang laki-laki paruh baya bernama Humbert dengan putri tirinya yang baru berusia 12 tahun.

Novel karya Nabokov ini mencapai kesuksesan secara penjualan maupun literer. Kendati mengisahkan kisah seorang pedofil yang mengekspoloitasi dan memanipulasi seorang bocah, termasuk secara seksual, namun novel ini jauh dari picisan. Karya ini diakui sebagai salah satu karya penting dalam sejarah sastra dunia.

Nabokov dengan sangat meyakinkan menjlentrehkan suara dan aspirasi Humbert sebagai kewajaran, alamiah dan logis secara perkembangan karakter. Pembaca disodori rincian dan perkembangan tokoh-tokoh dari sudut pandang Humbert dengan segala alur pikirannya yang njlimet.

Dalam dunia fashion, dikenal gaya berbusana lolita yang dipopulerkan pertama kali di Jepang sekitar tahun 1980-an. Lolita fashion mengadaptasi gaya busana pada era Victorian dan Edwardian dan pada intinya berupaya menampilkan kesan gadis yang seperti anak-anak atau boneka.

Ciri yang umum ditemukan pada lolita fashion adalah rok atau dress pendek berbentuk seperti lonceng dengan dalaman (petticoat), dilengkapi dengan aksesori berenda atau pita, serta kaus kaki panjang yang biasanya monokrom.

Infografik Paedofilia

Gambaran mengenai pedofilia kerap kali diasosiasikan dengan laki-laki yang mendekati anak kecil dengan memberikan permen atau lolipop, salah satu makanan kegemaran mereka. Film Amerika memilih judul “Hard Candy” untuk kisah tentang predator seksual 32 tahun yang mengincar gadis 14 tahun. Rupanya gambaran ini bukan sekadar rekaan.

Dilansir WA Today, dalam sebuah kasus pedofilia di Australia Barat, Pendleton, sang pelaku, sempat menawari lolly kepada korbannya supaya dia mau menyentuh alat kelamin laki-laki 23 tahun tersebut.

Urban Dictionary mencantumkan makna konotatif dari candy: eufimisme untuk seks atau iming-iming yang digunakan untuk bisa meniduri seseorang. Sementara dalam The New Partridge Dictionary of Slang and Unconventional English: J-Z (2006), lolly memiliki makna konotasi vagina di Bahama. Lollypop dalam konteks penggunaan di Amerika juga dapat berarti perempuan muda yang menarik secara seksual, sedangkan lollipop artist mempunyai makna konotatif laki-laki homoseksual.

Makna kata lolly tidak hanya berkisar pada hal-hal manis yang merujuk pada preferensi seks dengan anak kecil. Lolly juga dapat diartikan uang. Maka dapat dimengerti mengapa kedua hal ini dipakai sebagai nama grup karena selain merujuk pada pedofilia, grup ini juga menerapkan sistem pembayaran berdasarkan jumlah view kepada anggota yang mengunggah foto atau video berkonten seksual dengan anak.

Baca juga artikel terkait PEDOFILIA atau tulisan lainnya dari Patresia Kirnandita

tirto.id - Humaniora
Reporter: Patresia Kirnandita
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Zen RS