tirto.id - Rabu (24/5/2017) malam menjadi hari yang cukup kelabu. Dua ledakan terjadi di terminal Kampung Melayu, Jakarta. Setidaknya, lima orang tewas dan sebelas orang lainnya luka-luka akibat ledakan tersebut. Dari korban tewas, 3 di antaranya adalah polisi yang sedang bertugas, 2 lainnya diduga pelaku bom bunuh diri.
Dari sejumlah video yang beredar di media sosial, terlihat kepanikan seketika melanda akibatan ledakan tersebut. Tak lama setelahnya, Facebook, mengaktifkan fitur Facebook Safety Check bagi para penggunanya yang terdeteksi berada di dekat wilayah ledakan tersebut.
Facebook Safety Check merupakan fitur pada media sosial Facebook yang berfungsi memberitahu teman di platform tersebut, bahwa orang yang melakukan konfirmasi dengan fitur tersebut, aman terhadap suatu kejadian, baik bencana maupun serangan teroris.
Dikutip dari laman Newsroom Facebook, Facebook Safety Check setidaknya memiliki dua fungsi inti. Pertama, digunakan untuk memberitahu keluarga dan sahabat bahwa pengguna Facebook yang menerima notifikasi Facebook Safety Check, aman dari bencana atau serangan. Kedua, fitur tersebut juga berguna untuk mengkonfirmasi pengguna lainnya yang menjadi teman di platform media sosial tersebut.
Facebook Safety Check, sebagaimana diungkapkan Mark Zuckerbeg melalui akun pribadi Facebook-nya pada 16 Oktober 2014 menerangkan bahwa fitur tersebut terinsiprasi dari penggunaan internet dan media sosial untuk mengabari teman dan keluarga dan memberikan pertolongan saat terjadi gempa bumi dan tsunami di Tohoku Jepang pada tahun 2011. Saat peluncuran fitur baru di platform miliknya tersebut, Zuckerberg tengah berada di Jepang.
Awalnya, Facebook Safety Check akan dinamai “Disaster Message Board”. Nama Disaster Message Board merupakan nama awal atau nama eksperimen fitur tersebut saat teknisi Facebook di Jepang, membuat sebuah fitur yang memberi kemudahan bagi mereka dan orang lain berkomunikasi kala bencana datang.
Facebook Safety Check, pada mulanya hanya dirancang untuk mengabari teman atau keluarga di Facebook ketika bencana alam terjadi. Dari Oktober 2014 hingga November 2015, setidaknya Facebook Safety Check telah aktif 8 kali. Bencana alam gempa bumi di bulan April dan Mei 2015 yang melanda Nepal, merupakan bencana alam pertama yang memanfaatkan fitur tersebut selepas peluncurannya.
Melalui unggahan foto di Facebook, Zuckerbeg mengklaim terdapat 7 juta orang yang memanfaatkan fitur Facebook Safety Check dan mengkonfirmasi bahwa mereka aman atas bencana yang meluluhlantakan Nepal tersebut.
Seiring makin masifnya serangan teroris yang menyebabkan timbulnya banyak korban jiwa, Facebook kemudian mengaktifkan fitur Facebook Safety Check untuk kejadian selain bencana alam. Serangan yang melanda Paris pada November 2015, merupakan kejadian non-bencana alam pertama yang memanfaatkan Facebook Safety Check untuk memastikan keamanan orang-orang yang berada di sekitar kejadian tersebut.
Sayangnya, selepas mengaktifkan Facebook Safety Check di Paris, Facebook tidak melakukan hal yang sama kala serangan terjadi di Beirut. Dikutip dari Wired, kala serangan melanda Beirut, jumlah korban jiwa pada serangan tersebut lebih banyak dua kali lipat dibandingkan apa yang melanda Paris. Setidaknya, 43 orang tewas akibat serangan di Beirut. Facebook, yang tidak mengaktifkan Facebook Safety Check, dikritik atas kebijakan mereka itu.
Lagi-lagi, melalui unggahannya di akun Facebook pribadi, Zuckerberg membela diri atas apa yang dilakukan perusahaannya tersebut. Menurutnya, Facebook Safety Check masih merupakan fitur baru dan penggunaan selain bencana alam, baru terjadi kala serangan melanda Paris. Perlu waktu untuk menyempurnakan fitur tersebut agar digunakan secara luas.
Facebook nampaknya masih belum belajar banyak karena dinilai terlalu memilih-milih tempat fitur Facebook Safety Check aktif. Pada bulan Januari 2016, saat terjadi ledakan di Jakarta, Facebook tidak mengaktifkan fitur Facebook Safety Check. Para pengguna media sosial di Jakarta pada akhirnya menggunakan tagar #safetycheckJKT di akun Twitter mereka masing-masing untuk menyatakan bahwa mereka aman terhadap teror di awal tahun tersebut. Padahal, Jakarta dan Indonesia secara keseluruhan, merupakan pasar yang sangat berharga bagi Facebook. Dikutip dari Wall Street Journal, pada tahun 2014 lalu, menurut Anand Tilak yang kala itu menjadi pimpinan Facebook Indonesia, mengungkapkan bahwa media sosial tersebut memiliki 69 juta pengguna aktif bulanan asal Indonesia. Menjadikannya salah satu yang terbesar dibandingkan negara-negara lain di seluruh dunia.
Akibat berbagai kritikan tersebut, sejak November 2016, “saklar on” aktifnya fitur Facebook Safety Check, dikendalikan oleh komunitas Facebook, bukan oleh Facebook sebagai perusahaan media sosial itu sendiri.
Rabu lalu, fitur milik Facebook tersebut aktif saat dua bom mengguncang Jakarta. Sayangnya, banyak pengguna yang kurang bijak menggunakan fitur Facebook Safety Check. Banyak pengguna yang bermain-main dengan fitur tersebut. Padahal, fitur tersebut memiliki tujuan yang baik agar teman atau keluarga si pengguna Facebook yang kebetulan berada di lokasi serangan, bisa memberi kabar bahwa ia aman dan baik-baik saja.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti