Menuju konten utama
Periksa Fakta

Menelisik Foto "Perempuan Tak Memakai Burqa" Yang Dibunuh Taliban

Berbagai media telah menyebarkan narasi perempuan dibunuh Taliban karena tidak mengenakan burqa, bagaimana faktanya?

Menelisik Foto
Header Periksa Fakta IFCN. tirto.id/Quita

tirto.id - Baru-baru ini, sebuah foto yang menampilkan perempuan bersimbah darah di distrik Taloqan di Afghanistan tersebar di jagat maya. Foto tersebut diiringi dengan narasi bahwa perempuan tersebut telah ditembak oleh kelompok Taliban karena keluar rumah dengan tidak mengenakan burqa.

Foto ini dibagikan oleh akun Twitter bernama @Hell_Era_2021 (arsip) pada 18 Agustus 2021 lalu. Pada unggahan tersebut, akun itu menuliskan, “Foto ini menunjukkan seorang wanita di distrik Taloqan, provinsi Takhar, yang terbaring berlumuran darah saat orang tuanya dan orang-orang lain merunduk di sekelilingnya, dengan sebuah kendi di tanah di dekatnya. Ia ditembak dan dibunuh karena keluar tanpa burqa. Taliban masih membunuh dan memukuli wanita."

Periksa Fakta Perempuan Tak Memakai Burqa dibunuh

Periksa Fakta: Menelisik Foto 'Perempuan Tak Memakai Burqa' Yang Dibunuh Taliban. Foto/Hotline Periksa Fakta Tirto/history artikel Foxnews/Twitter/Aroma

Selain di Twitter, foto ini juga sempat dibagikan oleh beberapa media seperti Fox News dan New York Post. Judul berita Fox News, yang dipublikasikan pada 18 Agustus 2021, adalah "Taliban claims it'll be more moderate, but killings continue in Afghanistan", atau yang berarti Taliban mengklaim bahwa mereka akan menjadi lebih moderat, tapi pembunuhan tetap berlangsung di Afghanistan. Sementara itu, New York Post juga memberitakan hal tersebut sehari sebelumnya, pada 17 Agustus 2021.

Foto dan narasi bahwa telah terjadi pembunuhan terhadap perempuan Afghanistan yang tidak mengenakan burqa juga tersebar melalui beberapa situs berita lain seperti California News Times dan Metro.co.uk.

Lantas, bagaimana sebetulnya fakta di balik foto ini?

Penelusuran Fakta

Baru-baru ini, Taliban telah menyatakan kemenangan di Afghanistan setelah berhasil merebut ibukota negara, Kabul, yang mengakhiri keberadaan koalisi negara asing yang dipimpin Amerika Serikat di negara itu selama hampir 20 tahun, seperti dilansir dari BBC.

Dengan kembalinya kekuasaan di tangan Taliban, pemerintah Afghanistan telah kolaps, dan Presiden Ashraf Ghani juga melarikan diri dari negara tersebut.

Setelah kemenangan tersebut, pada 18 Agustus 2021 lalu, Taliban berjanji untuk menghormati hak-hak perempuan, memaafkan orang-orang yang memerangi mereka, dan memastikan Afghanistan tidak menjadi surga teroris, seperti dilaporkan oleh Associated Press (AP). Mereka menjanjikan ini untuk meyakinkan dunia dan masyarakat Afghanistan yang ketakutan.

Pernyataan ini jauh berbeda dengan kondisi Afghanistan di bawah kekuasaan Taliban di masa lalu, ketika Taliban mengurung wanita di rumah, melarang televisi dan musik, dan melakukan eksekusi di tempat umum, menukil dari laporan AP. Kekuasaan Taliban baru tergeser setelah adanya invasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat pasca serangan 11 September 2001. Oleh karena itu, banyak masyarakat yang tak percaya soal klaim ini dan berusaha kabur dari negara tersebut.

Lalu, bagaimana soal foto tersebut?

Per 22 Agustus 2021, Fox News dan New York Post telah menurunkan foto tersebut. Fox News menuliskan dalam catatan editornya bahwa foto yang sebelumnya disertakan dalam laporan ini digunakan secara tidak sengaja. Pengambilan foto itu disebut tidak dilakukan tahun ini.

Tim Tirto pun menemukan sebuah pesan di forum di internet yang menyebutkan bahwa AP, Fox News, New York Post tidak memeriksa berita mereka tentang perempuan yang terbunuh karena tidak mengenakan burqa.

Forum tersebut juga menyebut soal unggahan dari sebuah akun Twitter bernama @2007_rostayee (arsip) yang menunjukkan foto-foto pertempuran antara Taliban dan pemerintahan Afghanistan selama seminggu lebih di Kota Qala, Provinsi Takhar, yang salah satunya memuat foto yang sama dengan yang diklaim sebagai perempuan yang terbunuh karena tak mengenakan burqa.

Cuitan bertanggal 13 Februari 2019 tersebut berbunyi: "Sudah seminggu, pertempuran terus berlangsung di kota Dasht-e Qala di provinsi Takhar, dan perseteruan antara aparat pemerintah dan Taliban telah menyebabkan lebih dari 40 orang meninggal dan terluka, dan ribuan orang tersingkir di tengah cuaca musim dingin."

از يك هفته به اينسو جنگ در شهرستان دشت قلعه استان تخار جريان داشته و درگيري بين نيرو هاي دولتي و گروه طالبان بيش از چهل تن كشته و زخمي بجا گذاشته و هزاران تن ديگر از باشنده هاي آن در هواي سرد زمستان بيجا شده اند. pic.twitter.com/LFqWelfhW0— Loqman Rostayee (@2007_rostayee) February 13, 2019

Namun demikian, kami tidak menemukan berita terkait perempuan tersebut.

Unggahan @2007_rostayee sebetulnya tidak ramai dikomentari, namun sebuah akun Twitter baru-baru ini, pada 19 Agustus 2021, meninggalkan komentar bahwa foto wanita yang terbunuh itu sempat disalahgunakan oleh jurnalis Metro.co.uk.

Pertempuran yang dijelaskan akun @2007_rostayee kemungkinan merupakan penyerangan pos-pos pemeriksaan di Provinsi Faryab Utara oleh Taliban yang menewaskan sedikitnya 22 tentara Afghanistan, seperti dilaporkan TRT World.

Saat itu, Taliban telah mengendalikan hampir setengah wilayah Afghanistan dan meluncurkan serangan hampir setiap hari terhadap pasukan keamanan Afghanistan. Serangan terus berlanjut bahkan ketika Taliban telah mengadakan negosiasi langsung dengan Amerika Serikat yang bertujuan untuk mengakhiri perang yang saat itu telah berlangsung selama kurang lebih 17 tahun.

Perlu diketahui, bahwa Taliban dibentuk pada 1994. Kelompok ini terdiri dari para mantan pejuang perlawanan Afghanistan, yang dikenal juga sebagai mujahidin. Mereka memerangi pasukan Soviet pada 1980-an. Taliban bertujuan menghilangkan pengaruh asing di Afghanistan dan menerapkan interpretasi mereka terhadap hukum Islam di negara tersebut.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa foto perempuan bersimbah darah di distrik Taloqan tersebut tidak terjadi baru-baru ini, melainkan kemungkinan besar pada tahun 2019. Informasi yang tersebar di media dan Twitter, baru-baru ini, terkait perempuan itu bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Irma Garnesia

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Irma Garnesia
Editor: Farida Susanty